Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Sherly Tjoanda: Simfoni Populisme yang Menyentuh Hati atau Sekedar Cermin dari Realitas Politik Lokal

3 Desember 2024   16:49 Diperbarui: 4 Desember 2024   15:51 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://medan.tribunnews.com/2024/10/25/profil-sherly-tjoanda-istri-benny-laos-yang-akhirnya-maju-sebagai-calon-gubernur-maluku-utara

Selain itu, kenapa perlu janji perubahan struktural atau perbaikan ekonomi yang memerlukan waktu dan perencanaan panjang, jika bisa langsung menyentuh hati masyarakat dengan sesuatu yang lebih praktis dan instan seperti kebanggaan terhadap budaya? Dan apa yang lebih kuat dari janji yang bersifat emosional seperti ini?

Ini merupakan strategi jitu dan efektif dalam memenangkan pertarungan pada Pilkada 2024, khususnya di Maluku Utara sehingga dapat duduk di tampuk kekuasaan tertinggi di tingkat lokal sebagai Gubernur.

Populisme Lokal: Janji Besar menjadi lebih berharga dari Aksi Nyata

Ini bagian paling menarik dari kemenangan Sherly, yaitu keberhasilannya dalam memainkan populisme lokal yang ciamik. Pada dasarnya, populisme adalah bentuk politik yang menekankan ketegangan antara masyarakat dan elite.

Hal ini dipotret jelas oleh Sherly, bahwa bagaimana menciptakan citra dirinya sebagai sosok yang dekat dengan masyarakat, yang berlawanan dengan para elite yang dianggap hanya peduli pada kepentingan pribadi daripada kepentingan umum.

Bukan hanya sekedar berkampanye dengan bahasa yang mudah dipahami, Sherly berhasil menanamkan pesan bahwa dia adalah pilihan rakyat kecil, bukan bagian dari sistem yang dianggap korup dan jauh dari kebutuhan masyarakat.

Ini adalah formula yang sudah teruji dalam banyak kontestasi Pilkada di Indonesia. Tentu saja bukan pendekatan baru, tetapi yang menarik adalah bagaimana Sherly mengemasnya dengan sangat mulus dan soft landing.

Dengan melalui media sosial, pertemuan langsung dengan warga, dan tentu dengan bantuan tim kampanye yang ahli dalam menciptakan narasi, Sherly berhasil meraih simpati publik yang menginginkan perubahan tanpa terlalu memperhatikan apa yang sebenarnya akan dia lakukan setelah terpilih.

Menurut Mudde (2023) dalam penelitiannya tentang populisme dalam politik lokal, bahwa retorika yang mengidentifikasi rakyat sebagai pihak yang dirugikan dan elit sebagai pihak yang menyalahgunakan kekuasaan, terbukti efektif dalam meraih dukungan pada konteks daerah yang marjinal dan kurang berkembang.

Dalam hal ini, Sherly dapat dikatakan sangat cerdas dalam memanfaatkan situasi dan narasi yang diciptakannya untuk membangun koneksi yang luas dan meraih dukungan yang sebesar-besarnya.

Demokrasi atau hanya Kemengan Ilusi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun