Akhirnya, kemenangan Sherly Tjoanda pada Pilkada 2024 di Maluku Utara patut dirayakan sebagai kemenangan demokrasi. Kendati kita harus bertanya, apakah kemenangan ini benar-benar mencerminkan suara rakyat yang rasional, atau hanya refleksi dari strategi politik yang sangat terencana dan berbasis pada personal branding.
Dalam dunia politik yang semakin dipenuhi dengan manipulasi informasi dan sentimen populer, kita sering lupa bahwa kemenangan sejati dalam demokrasi bukan hanya soal siapa yang paling bisa memikat hati, tetapi siapa yang benar-benar mampu membawa perubahan konkret bagi masyarakat.
Mungkin untuk saat ini, Sherly Tjoanda adalah simbol kemenangan bagi sistem politik yang lebih mengutamakan emosi daripada kebijakan.
Seiring waktu, kita akan melihat apakah dia akan mampu mengubah janj-janji politiknya menjadi realitas yang dapat dinikmati oleh masyarakat Maluku Utara, atau apakah ini hanya kemenangan sementara yang dibangun atas ilusi semata? Wallahu 'alam bissawab.
Referensi
Heath, A. (2022). The Politics of Identity: How Culture Shapes Electoral Politics in the Global South. Cambridge University Press.
Keddie, N. (2023). Culture and Politics: Local Traditions in Modern Democracy. Routledge.
Lilleker, D. (2022). Political Communication and Campaigning in a Changing Media Landscape. Oxpord University Press.
Moffitt, B., & Tormey, S. (2021). Populism and the Politics of Change. Political Studies Review, 19(3), 353-367.
Mudde, C. (2023). Populism: A Very Short Introduction. Oxford University Press.