Di Banten, dengan keanekaragaman suara dan pengaruh politik yang tersebar, Airin mungkin kekurangan koalisi yang solid dan dapat menarik massa pemilih dari berbagai kalangan.
Sementara calon lain yang mungkin tidak sepopuler Airin, tetapi memiliki dukungan politik yang lebih kuat dan berhasil memanfaatkan situasi tersebut sehingga membalikkan keadaan dengan memperoleh suara yang lebih besar darinya.
Apakah Kegagalan ini Sebenarnya Keberhasilan Tersembunyi?
Lalu apabila kita sedikit lebih sarkas, apakah kegagalan Airin sebenarnya merupakan keberhasilan yang tersembunyi? Sebuah pembebasan dari tanggung jawab politik yang jauh lebih rumit daripada yang kita bayangkan?
Kemenangan dalam Pilkada sering kali lebih rumit daripada sekedar duduk di tampuk kekuasaan sebagai Gubernur dan meresmikan berbagai mega proyek.
Pemimpin yang menang, sering kali terjebak dalam birokrasi dan politik yang mengikat. Sementara mereka yang gagal, sering kali bebas untuk menjadi figur yang dihormati tanpa harus terjerat dalam perangkap politik yang tidak menguntungkan.
Pada akhirnya, kita bisa melihat bahwa kekalahan Airin dalam Pilkada Banten bukan sekedar kegagalan, melainkan sebuah pelajaran penting tentang bagaimana politik lokal di Indonesia lebih kompleks dari yang tampak di permukaan.
Untuk Airin, mungkin inilah waktu yang tepat untuk mundur sejenak dan merenungkan kembali arah politiknya. Siapa tahu, dengan tidak terpilih menjadi Gubernur, Airin malah mendapatkan kesempatan untuk merancang langkah politik berikutnya yang lebih cerdas, strategis, dan menyentuh hati masyarakat.
Penulis ucapkan demikian sebagai pelipur lara dan pemanis di tengah pahitnya kekalahan serta terjungkalnya Airin dalam gelanggang politik lokal. Namun apapun itu, suara rakyatlah yang menentukan kemenangan. Berbahagialah Rakyat!
Referensi
Nurhayati, I.,& Setiawan, A. (2022). Politik Lokal dan Dinamika Pemilihan Kepala Daerah: Studi Kasus di Jawa. Jurnal Politik Indonesia, 27(2), 113-127.