gambar 3. reverberating flow in VA (V2 extracranial) pada kasus brain death.
darah otak di bawah 100 ml/menit sejalan dengan kematian 100%.Â
kombinasi tes intrakranial dan ekstrakranial meningkatkan sensitivitas hingga 100%. sensitivitas isolated transcranial color duplex scanning lebih rendah dan bergantung waktu. gambaran ultrasound dari henti darah akan sangat terlihat dan mampu menegakkan diagnosis brain death.
4. Hasil Analisa Kasus Brain Death pada modalitas Kedokteran Nuklir
Hasil kriteria brain death meliputi: tidak adanya aliran melalui arteri karotis interna, serebral tengah dan serebral anterior pada studi aliran, dan tidak adanya penyerapan di otak besar dan otak kecil pada gambar.Â
Namun, temuan skintigrafi dari brain death pada studi radionuklida pertama, yang tidak selalu langsung. disosiasi aliran darah supratentorial dan infratentorial, atau adanya perfusi pada satu belahan otak, mengindikasikan dipertahankannya satu bagian fungsi otak. Oleh karena itu, pasien belum dapat dikatakan meninggal, meskipun keadaannya buruk dan kematian dapat terjadi dalam waktu singkat. Dalam situasi seperti ini, diperlukan penelitian ulang. Penilaian kematian otak yang akurat dan tepat waktu merupakan pengambilan keputusan yang sangat penting dari perspektif medis, hukum, etika, dan keuangan. Dengan demikian, pencitraan serial penting untuk memantau pasien yang diduga mati otak berdasarkan pencitraan radionuklida.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kematian otak atau brain death merupakan kondisi serius dalam dunia medis yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk konsumsi obat/racun, hipotermia, dan kurangnya sirkulasi serebral. Penelitian di berbagai negara, seperti Rusia, Korea, dan Turki, menunjukkan pentingnya analisis mendalam untuk memastikan diagnosis kematian otak. Di Turki, misalnya, CT angiografi digunakan untuk menganalisis 14 pasien yang didiagnosis menderita kematian otak, dengan fokus pada sirkulasi serebral. Di Rusia, sonografi dupleks warna transkranial dan ekstrakranial digunakan untuk menyelidiki aliran darah otak pada 20 pasien dengan kematian otak.Â
Dalam konteks kedokteran nuklir, 24 pasien menjalani skintigrafi otak menggunakan Tc 99m DTPA atau HMPAO, yang menunjukkan tidak adanya aliran darah ke arteri serebral dan aktivitasÂ
di sinus vena, menandakan kematian otak. Penelitian menggunakan MRI 3-tesla mencoba memverifikasi efektivitas berbagai metode, termasuk T2WI, DWI, TOF, MRA, GRE, dan SWI, dalam mendiagnosis kematian otak, dengan hipotesis bahwa temuan tersebut spesifik untuk kematian otak.
Secara keseluruhan, penelitian-penelitian ini menunjukkan pentingnya menggunakan berbagai modalitas diagnostik untuk mendeteksi dan memverifikasi kematian otak, yang penting bagi diagnosis yang akurat dan tepat waktu, terutama dalam konteks organ donor.