Mohon tunggu...
Muhammad nur habib
Muhammad nur habib Mohon Tunggu... Aktor - Mahasiswa

Hy

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Implementation in Diagnosing Brain Death with A Review of Radiological Modalities Including CT Scan MRI USG and Nuclearmedicine

13 Juni 2024   09:48 Diperbarui: 14 Juni 2024   00:13 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Modalitas MRI yang digunakan adalah dengan 3T MRI system (Signa VHi, GE Medical System) dengan 8-channel high resolution brain coil Tidak ada pemberian kontras melalui intravena. Pemeriksaan MRI terdiri dari Fast Spin Echo T2WI sagittal, fast spin echo  T2WI aksial, GRE, dan DWI (single shot, spin echo, echo planar pulse sequence dengan nilai b0 dan 1000 s/mm2) aksial. TOF-MRA 3D tambahan dilakukan di masing-masing tujuh pasien yang terakhir. SWI dilakukan untuk tambahan evaluasi tambahan pada 11 pasien. Parameter pencitraan dari urutan denyut nadi ditunjukkan pada Tabel 2. Raw data pasien yang diperoleh kemudian di processing dengan image display maximum intensity projection algorithm. 

sebagai hasil, pasien pada kelompok 1 (n=10) menunjukkan tonsillar herniation, loss of intraarterial flow signal void (LIFSV), difusi cortical high signal intensity dan pembengkakan cerebral sulci pada gambaran T2WI.

   Pada DWI menunjukkan high signal intensity pada cerebral hemisphere dan cytotoxic edema serta BTCVS pada GRE. MRA pada kelompok 1 (n=4) menunjukkan loss intracranial arterial flow signal intensities (LIAFSI). SWI pada kelompok 1 (n=7) menunjukkan BTCVS. (gambar 2). 

    Dengan kontras pada kelompok 2 (n=7) menunjukkan tidak adanya tonsillar herniation dan juga LIFSV (gambar 3). kemudian pada MRA kelompok 2 (n=3) tidak menunjukkan LIAFSI (gambar 4).

   Pada T2WI , enam pasien ditemukan cortical high signal intensity dan pembengkakan cerebral sulci sementara satu orang tidak.pada DWI, tiga pasien menunjukkan high signal intensity, sedangkan empat pasien lainnya tidak. pada GRE, dua pasien menunjukkan adanya BTCVS, sedangkan lima pasien lainnya tidak. SWI pada kelompok 2 semuanya menunjukkan adanya BTCVS.

MRI dengan CTA mampu memberikan hasil yang akurat dan objektif 

dalam kasus brain death. pada hasil yang diperoleh, TH, LIFSV, dan LIAFSI pada MRA mampu menegakkan diagnosa brain death dengan akurasi 100%. Namun, LIFSV dan LIAFSI pada MRA merupakan

fenomena yang alami. Sebagai rekomendasi, T1 sagittal atau T2WI dan axial T2WI serta TOF-MRA dengan melibatkan pasien yang lebih banyak serta penggunaan media kontras IV akan lebih meyakinkan temuan brain death, serta adanya peningkatan intracranial contrast, peningkatan carotid artery, nasal dan skull akan menonjol serta temuan "MR not nose" sign akan dapat dievaluasi.

Hyperintensity pada DWI dan penurunan ADC menjadi indikasi temuan brain death yang akurat. Namun, parameter SWI yang dioptimalkan untuk mengurangi scan time dapat mempengaruhi temuan pada brain death.

3. Hasil Analisa Kasus Brain Death pada modalitas USG 

Studi yang dilakukan pada Moscow hospital intensive care units pada 2009 dengan 20 pasien brain death, traumatic brain injury dan intracranial hemorrhage dengan pemeriksaan ultrasound termasuk penggunaan color duplex sonography menunjukkan bahwa penggunaan color duplex sonography (CDS) untuk diagnosis brain death memungkinkan dapat dilakukan di samping tempat tidur, pemeriksaan yang tidak memakan banyak waktu, aman bagi pasien, sensitif, spesifik, dan terlindungi dari faktor eksternal. dimana CDS memiliki peluang visualisasi langsung lumen. yang paling penting adalah analisis kualitatif dari spectrogram dengan spesifik pattern oscillating atau reverberating flow yang kemudian akan mengindikasikan perkembangan circulatory blood arrest. kualitatif yang dimaksud adalah systolic velocity, index of gosling, volumetric flow rate. Kemudian pasien dengan BD umumnya bergantung pada dua faktor yaitu tekanan darah sistolik (gambar 1) dan tekanan intrakranial (gambar 2) dimana beberapa penelitian menunjukkan bahwa penurunan volume total aliran gambar 2. lonjakan sistolik pada MCA jika terjadi brain death.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun