Kalian tentu pernah melihat orang yang suka "ge-er" atau tingkat "kepedean" melebihi orang normal pada umumnya. Meskipun memiliki tingkat kepedean yang tinggi baik untuk beberapa kondisi, namun, lebih dari ge-er dan kepedean juga tidak baik loh. Ada sebuah gangguan mental yang disebut dengan istilah erotomania.
Erotomania merupakan gangguan kejiwaan yang ditandai dengan keyakinan delusional jika orang lain yang biasanya memiliki derajat lebih tinggi mencintai dirinya. Meskipun tidak ada bukti apapun untuk itu atau tidak adanya perasaan yang berbalas.Â
Padahal mencintai adalah hal yang wajar jika dalam batas normal. Namun, penderita erotomania memiliki delusi jika orang tersebut suka pada dirinya dan sudah menjalin hubungan asmara dengan dirinya.
Dilansir dari Very Well Mind, Gary Tucker seorang Psikoterapis mengatakan sebuah penelitian menunjukkan bahwa gangguan delusi menyerang sekitar 15 dari setiap 100.000 orang pertahun dan wanita tiga kali lebih mungkin terdiagnosis dari pria.
Orang yang mengidap erotomania kerap merasa jika orang lain punya ketertarikan pada dirinya. Ketika berinteraksi dengan orang tersebut akan muncul perasaan-perasaan delusional bahwa lawan bicaranya ini naksir padanya.
Untuk mengantisipasi hal ini, ada beberapa gejala yang bisa kita temukan pada orang dengan gangguan erotomania.
Pertama, Memiliki Obsesi Lebih kepada Orang yang Disukai
Kedua, Menciptakan Situasi Palsu untuk Menarik Perhatian
Ketiga, Secara Konstan Mengirim Sesuatu Seperti Hadiah
Terus memberikan hadiah, Sumber [Freepik/master1305]
![Terus memberikan hadiah, Sumber [Freepik/master1305]](https://assets.kompasiana.com/items/album/2024/07/04/ucapan-terima-kasih-untuk-wali-m-20230623050623-6686d07834777c2c465a7682.jpg?t=o&v=770)
Memberikan hadiah atau mengirim sesuatu secara konstan kepada orang yang disukai. Ini merupakan salah satu gejala orang dengan erotomania.
Keempat, Kehilangan Minat pada Hal yang Lain selain Berkomunikasi dengan Dirinya
Sebenarnya dari beberapa gejala diatas rasanya cukup normal dirasakan orang yang sedang jatuh cinta. Namun, situasi ini berbeda karena kita sedang membahas erotomania. Ada perasaan tidak nyaman dirasakan orang yang menjadi obsesi seseorang dengan erotomania.
Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Begitu pula dengan erotomania, tidak mungkin hal ini terjadi kalau tidak ada penyebab.
Penyebab erotomania belum diketahui secara pasti. Namun, penyebab genetik, lingkungan serta psikologis yang paling berpengaruh.
Hal ini diperparah dengan adanya media sosial. Akses informasi yang tidak terbatas membuat khayalan penderita erotomania semakin liar. Dia bisa melihat aktivitas orang yang disukainya tanpa harus bertemu secara langsung.
Penderita erotomania masih bisa disembuhkan. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengobati erotomania.
Pertama, Psikoterapi
Terapi perilaku kognitif adalah salah satu terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi erotomania. Seorang terapis akan mengajarkan pasien cara menggali penyebab dari emosi dan perasaan yang sedang ia rasakan.
Melakukan terapi ini secara berulang akan memberikan dampak yang baik untuk penderita erotomania. Ia akan lebih mampu mengontrol perasaannya sendiri.
Kedua, Konsumsi Obat-obatan
Cara selanjutnya adalah dengan konsumsi obat-obatan. Penderita erotomania akan diberikan obat antidepresan atau pengendali suasana hati. Tentu hal ini tidak boleh terlepas dari pantauan dokter agar tidak melebihi dosis yang di anjurkan.
Jika kalian mengalami kondisi seperti ini, segeralah untuk konsul dengan dokter agar mendapat terapi lebih lanjut.
Itulah beberapa penjelasan mengenai erotomania, delusi yang menyesakkan hati dan perasaan.
Terimakasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI