Sebenarnya dari beberapa gejala diatas rasanya cukup normal dirasakan orang yang sedang jatuh cinta. Namun, situasi ini berbeda karena kita sedang membahas erotomania. Ada perasaan tidak nyaman dirasakan orang yang menjadi obsesi seseorang dengan erotomania.
Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Begitu pula dengan erotomania, tidak mungkin hal ini terjadi kalau tidak ada penyebab.
Penyebab erotomania belum diketahui secara pasti. Namun, penyebab genetik, lingkungan serta psikologis yang paling berpengaruh.
Hal ini diperparah dengan adanya media sosial. Akses informasi yang tidak terbatas membuat khayalan penderita erotomania semakin liar. Dia bisa melihat aktivitas orang yang disukainya tanpa harus bertemu secara langsung.
Penderita erotomania masih bisa disembuhkan. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengobati erotomania.
Pertama, Psikoterapi
Terapi perilaku kognitif adalah salah satu terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi erotomania. Seorang terapis akan mengajarkan pasien cara menggali penyebab dari emosi dan perasaan yang sedang ia rasakan.
Melakukan terapi ini secara berulang akan memberikan dampak yang baik untuk penderita erotomania. Ia akan lebih mampu mengontrol perasaannya sendiri.
Kedua, Konsumsi Obat-obatan
Cara selanjutnya adalah dengan konsumsi obat-obatan. Penderita erotomania akan diberikan obat antidepresan atau pengendali suasana hati. Tentu hal ini tidak boleh terlepas dari pantauan dokter agar tidak melebihi dosis yang di anjurkan.