Daging yang biasanya dikonsumsi adalah daging sapi. Namun ada juga yang memilih daging kambing dan kerbau. Ini hanya soal selera.
Tradisi meugang bisa dikatakan cukuplah unik, dan hanya ada di Aceh. Selain unik, hari meugang juga cukup kental dan tidak terlepas dari nilai-nilai sejarah.
Tercatat dalam Qanun Meukuta Alam Al Asyi atau Undang-Undang Kesultanan Aceh, tradisi Meugang pertama sekali dilakukan pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda periode 1607 hingga 1636.
Meugang dulu juga disebut dengan madmeugang. Ada juga yang menyebut dengan meuramien (makan bersama) menjelang Ramadan dan hari raya.Â
Saya bersama keluarga biasanya sering melakukannya setiap menjelang Ramadan.Â
Kami biasanya rutin meuramien sambil menikmati keindahan alam. Karena di tempat tinggal saya lumayan dekat dengan pegunungan, kami sering memilih gunung sebagai tempat meuramien (makan bersama).
Ibu biasanya menyiapkan banyak menu untuk meuramien, mulai dari daging sapi, ikan, hingga lauk-lauk lainnya.Â
Kami biasanya meuramien pada hari meugang yang kedua. Jadi selesai pulang meuramien, pada malamnya kami bisa langsung melaksanakan salat tarawih.
Tradisi Meugang Sekarang Sudah Banyak Mengalami Pergeseran
Meugang pada masa Kesultanan Aceh sangat erat dengan nilai-nilai islam. Dalam Qanun Meukuta Alam yang tercantum pada Bab II, Pasal 47 disebutkan bahwa, Sultan Aceh dulu memerintah Qadi Mua'zzam Balai Silatur Rahmi untuk mengumpulkan dirham, kain-kain, sapi dan kerbau yang kemudian akan dipotong pada hari meugang.