Mohon tunggu...
Muhammad NashifAshiddiqi
Muhammad NashifAshiddiqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tidur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Biografi Jendral Achmad Yani

4 Juli 2024   14:20 Diperbarui: 4 Juli 2024   14:21 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam biografi Jenderal Ahmad Yani, seorang pahlawan nasional yang sangat dihormati di Indonesia.

 Jenderal Ahmad Yani merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia dan mempunyai pengaruh besar dalam membangun negeri ini.

 Berikut biografi Jenderal Ahmad Yani yang dapat kita jadikan sebagai pengetahuan.

 Profil, Keluarga dan Pendidikan Jenderal Ahmad Yani Jenderal Ahmad Yani lahir pada tanggal 19 Juni 1922 di Purworejo, Jawa Tengah, dari keluarga sederhana.

 Ayahnya, Raden Soetarjo, adalah seorang petani, dan ibunya, Raden Sukinem, adalah seorang ibu rumah tangga.

 Meski tumbuh dalam kemiskinan, Ahmad Yani menunjukkan bakat dan minat luar biasa terhadap militer sejak usia dini.

 Ahmad Yani mendapat pendidikan dasar setara sekolah dasar pada tahun 1935 di sekolah Hollandsch-Inlandsche-HIS di Bogor.

 Ia kemudian melanjutkan studi universitasnya pada tahun 1938 di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs-MULO, juga di Bogor.

 Selanjutnya Ahmad Yani melanjutkan studi kesetaraan SMA di Algemeene Middelbare-AMS School di Jakarta.

 Karena peraturan militer Belanda saat itu, studinya tidak selesai.

 Ahmad Yani bergabung dengan Departemen Topografi Militer KNIL di Malang pada tahun 1940 dan belajar di Sekolah Militer Bandung dengan pangkat sersan.

 Ia ikut serta dalam pertempuran pertama penyerangan Belanda terhadap Jepang di Ciater, Lembang, dimana Jepang memenangkan pertempuran tersebut.

 Ahmad Yani kemudian dipenjarakan dan dibebaskan sebagai warga negara pada tahun 1942.

 Ahmad Yani bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air) pada tahun 1943 sebagai penerjemah, berbicara dalam bahasa Inggris, Belanda dan Jepang.

 Ahmad Yani menunjukkan keterampilan militernya selama ujian.

 Ia mendapat pelatihan militer di banyak tempat, antara lain pelatihan Heiho di Magelang dan pelatihan militer Shodancho di Bogor.

 Sumbangan Jenderal Ahmad Yani Semasa hidupnya, Ahmad Yani menunjukkan kepiawaiannya sebagai panglima militer Republik Indonesia sejak tahun 1945.

 Momen penting adalah ketika ia berhasil memukul mundur pasukan Inggris yang maju ke Magelang pada tanggal 21 November 1945.

, dengan bantuan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan tentara pemuda yang dipimpinnya.

 Meski hanya satu kompi tentara Inggris yang lolos, Ahmad Yani menunjukkan keberaniannya.

 Pada tahun 1949, Ahmad Yani berperan penting dalam konfrontasi dengan tentara Belanda pada serangan umum tanggal 1 Maret.

 Ia memimpin Brigade IX yang wilayah operasinya terbentang dari utara Kedu hingga ke selatan Semarang Barat.

 Anak buahnya secara aktif menunda gerak maju Belanda menuju Yogyakarta, menghancurkan pos-pos Belanda di jalan yang menghubungkan Yogyakarta dengan Jawa Tengah, dan mengubah wilayah utara Magelang menjadi garis pertahanan yang tidak dapat ditembus.

 Tahun 1950-an merupakan puncak karir militer Ahmad Yani.

 Ia memimpin Banteng Raiders, satuan khusus TNI AD yang bertugas menumpas kekuatan separatis seperti DI/TII dan PRRI/Permesta, serta berperan aktif dalam pembebasan Irian Barat.

 Pada tahun 1955-1956, Ahmad Yani juga mengikuti pelatihan militer di Amerika dan Inggris, menunjukkan komitmennya untuk memajukan karirnya sebagai panglima militer.

 Ahmad Yani diangkat menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) pada tahun 1962 menggantikan A.H.

 Nasution merupakan salah satu perwira militer terdekat Presiden Sukarno.

 Pernikahan Sang Jenderal dan Akhir Hidupnya Ahmad Yani adalah seorang perwira militer yang bertemu dengan Bandiah Yayu Rulia di Purworejo saat ia sedang belajar mengetik sebelum bersekolah di Sekolah Militer Shodancho di Bogor.

 Mereka menikah pada akhir tahun 1944 dan membesarkan delapan orang anak di Magelang.

 Ahmad Yani menggantikan Abdul Harris Nasution sebagai Menteri Komando Angkatan Darat dengan pangkat Letnan Jenderal pada tahun 1963.

 Namun situasi politik di Indonesia berubah drastis pada tahun 1965.

 PKI mulai mendominasi kursi di Kongres dan pemerintahan, sedangkan Ahmad Yani Yani menganjurkan pandangan dunia Pancasila yang berbeda dengan doktrin komunis yang semakin mendominasi pemerintahan.

 PKI mengembangkan Angkatan Kelima dan Nasakom (Nasionalis-Agama-Komunis) melalui Presiden Sukarno, yang meningkatkan ketegangan.

 Meski taat kepada presiden, Ahmad Yani tetap berusaha menghentikan program PKI yang mempersenjatai massa yang sebagian besar adalah buruh dan petani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun