Mohon tunggu...
Muhammad Miftaqur Rozak
Muhammad Miftaqur Rozak Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Filsafat UIN SATU

Saya menyukai dunia sastra sedari belia, namun saya lebih menyukai pacar saya hehe

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Marsinah Sang Arloji Sejati

31 Oktober 2023   14:45 Diperbarui: 31 Oktober 2023   15:00 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

MARSINAH SANG ARLOJI SEJATI

Puisi Essay Yang Ditulis Oleh: Muhammad Miftaqur Rozak

Mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Siapa tak kenal Marsinah, wanita yang menjadi korban kekejaman Rezim Orde Baru

Ia dibungkam, Ia diculik dan disekap, Ia dianiaya, bahkan dianggap hilang

Rela menjadi buruh sebuah pabrik hanya demi sesuap nasi belaka

Tabah dan kuat walau dikekang oleh kodrat sebagai wanita

Ia tak banyak melontarkan kehendak

Ia berbicara tak lain kerena memperjuangkan hak

Bukan imbalan yang didapat, justru kepalanya ditetak

Menyuarakan hak sesuai edaran Gubernur, namun ditolak

Mulanya, Ia tak tinggal diam, Ia melakukan unjuk rasa

Berbekal suara dan didampingi para buruh yang bernasib sama

Setiap langkah mereka diisi dengan doa dan usaha

Namun tindakannya justru dinilai melanggar peraturan yang ada

Lahir di Nganjuk pada 10 April 1969 dan dinyatakan hilang pada 8 Mei 1993

Seperti kata Sapardi, Marsinah adalah sebuah Arloji

Raganya memang hilang tanpa bukti, namun kisahnya akan tetap abadi

Ceritanya banyak diabadikan sebagai puisi, hingga namanya melekat dalam nadi

Setiap detik Ia berkedip, setiap gerak jantungnya berdetak, tetap fokus pada pekerjaan

Terkungkung dalam sunyi, makan tak diberi, merana karena kehausan

Jerih payahnya tak terbayarkan, justru berakhir menjadi berita kematian

Tubuh yang seharusnya elok sewajarnya wanita, justru dibiru lebamkan

Dalam bentuk penganiayaan, ia bahkan diperkosa

Tubuhnya diseret dan dihujam besi disetiap bagiannya

Terikat dikursi, disekap diruang pengap tanpa cahaya

Berteriak dengan lengkingan yang memekikkan telinga

Tak ada yang peduli, tak ada yang mengerti, tak ada yang tau Marsinah akan mati

Mulutnyapun disumpal, keringatnya menitik tak henti

Tak terurus dan tak ada yang ambil peduli

Dalam hembusan angin sepoi, Marsinah meregang dengan waktu yang bersaksi

Dalam detik terakhirnya ia mengadu kepada sang Pencipta

Mewartakan bahwa jiwa raganya tengah tersiksa

Menahan perih dan rasa sakit yang menjalar hingga ke ujung kepala

Semoga sakitnya terbayarkan dengan hidup layak di Surga

“ Menolak Lupa” 

Puisi singkat diatas adalah sedikit dari panjangnya derita yang dialami seorang Marsinah, korban kekejaman Oknum Militer pada masa Orde Baru. Ia hanyalah buruh pabrik yang ingin memperjuangkan haknya, menuntut sesuai dengan edaran pemerintah tentang kenaikan upah. Namun usahanya tak dinilai dengan apresiasi, justru dianggap sebuah kelancangan, hingga Marsinahpun mati.

BIOGRAFI PENULIS

Nama              : Muhammad Miftaqur Rozak

Ttl                    : Blitar, 23 Desember 2004

Prodi               : Aqidah Dan Filsafat Islam

Universitas  : UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun