Mohon tunggu...
Muhammad Lutfi
Muhammad Lutfi Mohon Tunggu... Penulis - Pengen Manfaat aje

Aku suka nulis, bagiku penulis dihargai, baik dari pikiran, harapan, jiwa, nurani, serta ide. Segala yg ada dalam tubuh kita, kita sampaikan. Aku nulis dan suka kayak hamka, apalagi bang pi'ie. Nulis, dan terus membela kebenaran. Kayak pendekar dan jago yang membela segala prinsip kebenaran. Celengireng yang berdosa dan banyak nyampah kayak aye juga bisa bergune nih. Celeng yang busuk dan bersiung mampu mengubah keadaan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terhempas dan Tertemukan

8 Maret 2022   21:01 Diperbarui: 8 Maret 2022   21:02 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Fi'ie kembali ke gubuk. Dia menemukan sebuah surat dari lontar di atas kendi.

Isi surat: maaf kakang, aku harus pergi meninggalkan kamu. Kamu terlalu suka berkelana, aku lebih suka hidup dengan lelaki lain. Sekali lagi maaf, kakang. Terlalu banyak wanita mencintai dan menginginkan kamu. Terlalu banyak wanita mendamba dan mencintai kamu. Sekian, dan maafkan aku.

Fi'ie membuang kendi dan surat ke lantai. Dia marah sekali. Membacokkan goloknya ke meja. Dan mengikhlaskan Lia. Bagi Fi'ie cinta dan dunia adalah fana, tiada yang kekal. Semua hanya persinggahan. Tiba-tiba terketuk suara pintu.

Febriana: assalamualaikum, kakang, aku bawakan pisang setundun untuk kamu. Makanlah dari kebonku sendiri.

Fi'ie: terimakasih Febri. Aku semakin merasa kamu semakin jadi baik dan kalem.

Febriana: dari dulu aku memang kalem walau sedikit judes.

Fi'ie: hai Febri, kemari sebentar.

Febriana: kamu memintaku?

Fi'ie: (memegang tangan Febriana) kalau kamu kujadikan bini bagaimana?

Febrana: sudah purnama kah cintaku kini?

Fi'ie: tentu, jawabanku adalah mentari bagimu.

Febriana: hamba sedia mencintai kakang.

Fi'ie: aku merasa rindu melihat pundakmu yang putih bersih itu. Mengkilap sekali.

Febriana: (membuka selendang pundak) lihatlah kakang jika kakang mau.

Fi'ie: (menahan tangan Febriana) jangan, belum saatnya. Sampai kita bertemu dengan Kyai Rizal yang akan kuminta menikahkan kita. Temanku itu pasti mau.

Fi'ie menemui Kyai Rizal di padepokan Thoriqotul.

Kyai Rizal: ada apa sahabatku?

Fi'ie: aku ingin kau menikahkanku dengan Febriana.

Kyai Rizal: mantan murid padepokan sini, sekaligus muridmu?

Fi'ie: betul, kawan.

Kyai Rizal: beruntung tenan kawanku ini. Sudah tampan, ahli sastra, dan Febriana mencintai kamu.

Fi'ie: apakah Arjuna harus melupakan Subadra.

Kyai Rizal: tidak kawan, Arjuna memang harus menikahi Subadra. Ayolah kemari, aku nikahkan kalian.

Fi'ie: sayangku, kemari lah.

Febriana dan Fi'ie akhirnya menemui cinta. Cinta Febriana kepada Fi'ie tidak sia-sia belaka.

Bersambung.........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun