Menghilangnya Wiji Thukul bukan berarti karya-karyanya pun ikut hilang juga. Bahkan karya puisinya semakin banyak digaungkan yang bahkan menjadi inspirasi bagi orang lain sampai sekarang. Hal ini tak luput dari perjuangannya dalam menyuarakan aspirasinya di berbagai tempat.
Diketahui Wiji Thukul telah banyak mengirimkan sajaknya ke berbagai media cetak local hingga internasional. Hal ini membawanya kepada suatu penghargaan bersamaan dengan W.S Rendra ketika menerima Wertheim Encourage Award yang diberikan oleh Wertheim Stichting di Belanda.
Memang tak diragukan lagi kemampuannya dalam berpuisi. Beberapa karya-karyanya yang terkenal, seperti “Peringatan”, “Istirahatlah Kata-kata”, “Kenangan Anak-anak Seragam”, “Tanpa Judul”, dan “Nyanyian Akar Rumput”.
Wiji Thukul dan para rekan seperjuangannya menunjukkan betapa sulitnya perjuangan melawan ketidakadilan dalam konteks politik yang tidak stabil. Kasus penghilangan mereka merupakan pukulan berat bagi keluarga dan kerabat mereka, tetapi juga menjadi cerminan dari tantangan dan risiko yang dihadapi para pejuang hak asasi manusia. Keberadaan mereka yang simpang siur menjadi panggilan bagi kita semua untuk terus menuntut kebenaran dan keadilan, serta untuk menghormati perjuanga mereka dalam mencari kebebasan dan keadilan bagi setiap manusia. Meskipun begitu, karya-karya Wiji Thukul tetap hidup sebagai bukti nyata keberaniannya dalam mengecam ketidakadilan yang sekaligus sebagai bentuk penghormatan kepada beliau. Karya-karyanya diharapkan menjadi sumber inspirasi bagi generasi-generasi selanjutnya dalam mengejar keadilan dan memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan. Dan kisah perjuangannya yang tidak kenal takut dan lelah dalam menyuarakan aspirasinya diharapkan dapat diimplementasikan pada generasi sekarang ini dalam bersuara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI