Akhir-akhir ini, media sosial digegerkan dengan RP (Role Playing) yang dapat berdampak buruk bagi anak yang salah satunya membuat anak kecanduan dan berpura-pura menjadi orang dewasa sehingga karakter anak dipaksa dirinya sendiri untuk menjadi dewasa. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai apa itu RP (Role Playing), bagaimana penggunaan RP (Role Playing), manfaat RP (Role Playing) dan bagaimana RP (Role Playing) bisa berpengaruh negatif bagi anak?
Definisi RP dan Ruang Lingkupnya
Cambridge Dictionary mendefinisikan RP (Role Playing) sebagai kegiatan bermain peran sebagai karakter tertentu dan berperilaku sesuai dengan karakter tersebut. Biasanya, pemain RP (Role Playing) akan memilih peran yang memiliki sifat berbeda dengan dirinya di dunia nyata. Secara sederhana, RP (Role Playing) adalah permainan di mana pengguna dapat mengisi karakter artis, idola, atau tokoh terkenal favorit mereka lewat aplikasi Twitter, Telegram, Instagram, dan Line. Permainan ini dilakukan dengan tim atau grup.
Pemanfaatan RP (Role Playing)
Jika digunakan secara bijak, sebenarnya RP (Role Playing) dapat dimanfaatkan seperti di bidang pendidikan, untuk terapi, dan hiburan. Dalam bidang pendidikan misalnya, RP (Role Playing) digunakan secara luas dalam pendidikan sebagai alat pembelajaran yang efektif. Dalam konteks pendidikan, RP (Role Playing) dapat membantu siswa memahami dan menerapkan konsep-konsep abstrak, meningkatkan keterampilan sosial, dan mengembangkan pemecahan masalah. Misalnya, dalam pelajaran sejarah, siswa dapat memainkan peran tokoh-tokoh penting dalam peristiwa sejarah untuk memahami perspektif mereka.
Sebagai terapi, RP (Role Playing) digunakan dalam bidang terapi untuk membantu individu mengatasi masalah emosional atau sosial. Dalam terapi, seseorang dapat memainkan karakter untuk memperoleh wawasan tentang diri mereka sendiri, mengatasi ketakutan atau trauma, dan mengembangkan keterampilan sosial. RP (Role Playing) terapeutik dapat digunakan dengan anak-anak, remaja, dan orang dewasa dalam berbagai konteks, seperti terapi kelompok atau individu.
Sebagai hiburan, RP (Role Playing) juga digunakan sebagai bentuk hiburan dan rekreasi. Dalam permainan video, permainan papan, atau permainan peran berbasis teks, pemain dapat mengambil peran karakter dalam dunia imajinatif yang diciptakan oleh permainan tersebut. Ini memberikan pemain kesempatan untuk menjelajahi dunia fiktif, menghadapi tantangan, dan berinteraksi dengan pemain lain.Â
Setidaknya ada lima manfaat RP (Role Playing) diantaranya:
Pertama adalah kreativitas, RP (Role Playing) memungkinkan pengembangan imajinasi dan kreativitas. Dalam bermain peran, seseorang harus membuat karakter, latar belakang, dan menyusun cerita. Ini merangsang imajinasi dan kreativitas pemain.
Kedua Pembelajaran, RP (Role Playing) dapat menjadi alat pembelajaran yang efektif. Dalam konteks pendidikan, pemain dapat belajar tentang sejarah, budaya, atau konsep abstrak melalui pengalaman langsung dalam permainan peran.
Ketiga Pengembangan sosial, melalui RP (Role Playing), pemain dapat meningkatkan keterampilan sosial mereka. Mereka belajar berkomunikasi, bekerja sama dalam tim, dan memahami perspektif orang lain.
Keempat Pemecahan masalah, dalam RP (Role Playing), pemain sering dihadapkan pada situasi yang memerlukan pemecahan masalah. Ini melatih pemain dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan strategi, dan mengambil keputusan yang efektif.
Dampak Negatif
Ada beberapa dampak negatif dari RP (Role Playing) yang perlu diketahui oleh orang tua guna memfasilitasi pengalaman bermain yang sehat bagi anak-anak.
1. Kesulitan membedakan antara realitas dan fantasi
Salah satu dampak negatif RP (Role Playing) adalah adanya risiko anak-anak kesulitan membedakan antara realitas dan fantasi. Ketika terlalu sering terlibat dalam peran yang fiktif, anak-anak dapat mengalami kesulitan membedakan dunia nyata dengan dunia imajinatif mereka. Hal ini dapat mempengaruhi persepsi mereka tentang kenyataan dan menyebabkan kebingungan dalam memahami norma sosial yang berlaku.
2. Pengaruh negatif dari karakter fiktif
Dalam RP (Role Playing), anak-anak sering kali mengadopsi karakter fiktif dengan kekuatan dan sifat yang unik. Namun, terlalu banyak terlibat dalam karakter ini dapat berdampak negatif terhadap perilaku dan sikap anak-anak di dunia nyata. Mereka mungkin mencoba meniru perilaku yang tidak pantas atau agresif dari karakter mereka, yang dapat mempengaruhi hubungan sosial dengan teman sebaya dan mengganggu proses pembelajaran di sekolah.
3. Ketergantungan pada dunia maya
Dalam era digital ini, RP (Role Playing) sering kali terjadi dalam bentuk permainan online atau melalui platform media sosial. Anak-anak yang terlalu banyak terlibat dalam RP (Role Playing) online dapat mengembangkan ketergantungan pada dunia maya. Ini dapat mengarah pada isolasi sosial, gangguan tidur, penurunan kinerja akademik, dan berkurangnya waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi secara langsung dengan teman sebaya atau berpartisipasi dalam kegiatan fisik.
4. Gangguan emosional dan psikologis
Pada beberapa kasus, anak-anak yang sangat terlibat dalam RP (Role Playing) dapat mengalami gangguan emosional dan psikologis. Terlalu banyak bermain peran fiktif dapat memengaruhi stabilitas emosi mereka, menyebabkan kecemasan, depresi, atau bahkan masalah identitas. Anak-anak mungkin mengalami kesulitan memisahkan diri dari karakter mereka dan merasa kesulitan dalam mengatasi situasi dunia nyata.
5. Pengaruh negatif terhadap keterampilan sosial dan komunikasi
RP (Role Playing) yang berlebihan dapat menghambat perkembangan keterampilan sosial dan komunikasi anak-anak. Saat terlalu terfokus pada dunia fiktif, mereka mungkin kurang terlatih dalam berinteraksi dengan orang lain secara langsung. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas, memahami emosi orang lain, dan bekerja dalam tim dapat terganggu, yang dapat memiliki dampak negatif dalam kehidupan sosial mereka di dunia nyata.
Meskipun RP (Role Playing) dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan dan mengembangkan imajinasi anak-anak, orang tua perlu menyadari dampak negatif yang mungkin terjadi. Penting bagi orang tua untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk RP (Role Playing), memantau jenis permainan yang dimainkan anak-anak, dan mengedukasi mereka tentang perbedaan antara fantasi dan kenyataan. Dengan pendekatan yang seimbang dan pengawasan yang tepat, RP (Role Playing) dapat menjadi pengalaman yang bermanfaat bagi anak-anak, tanpa mengorbankan kesehatan mental, sosial, dan perkembangan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H