Langkah selanjutnya setelah memvaluasi track record management dan pemegang saham pengendali adalah mengetahui bisnis model serta menghitung prospek usaha emiten.
Saat ini di Bursa Efek Indonesia terdapat 11 sektor usaha dari sebelumnya hanya dibagi menjadi 9 sektor, yakni : energi, barang baku, barang konsumen primer, barang konsumen non primer, perindustrian, kesehatan, keuangan, property/real estate, teknologi, infrastructure dan transportasi/logistic. Masing-masing sektor memiliki karakteristik tersendiri yang mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan maupun mengelola biaya. Ini bisa berasal dari sisi external maupun internal.
Model bisnis sektor energy tidak sepenuhnya bisa mengontrol pendapatan disebabkan harga jual produknya ditentukan oleh harga pasar internasional. Yang dapat dilakukan perusahaan hanya meningkatkan volume produksi dan penjualan dengan mengakuisisi perusahaan sejenis ataupun menambah izin usaha pertambangan yang baru. Dari sisi biaya produksi pun juga tidak sepenuhnya bisa dikontrol oleh perusahaan dikarenakan untuk meningkatkan volume produksi/penjualan memerlukan bahan bakar yang harganya juga ditentukan oleh pasar internasional. Jadi yang perlu dipantau adalah trend harga komoditas internasional yang mempengaruhi pendapatan dan biaya perusahaan dalam menghasilkan laba. Untuk itu penting mempelajari demand-supply yang mempengaruhi harga komoditas tersebut, apakah akan mengalami trend naik, turun atau mendatar. Ini berkaitan dengan potensi pertumbuhan ekonomi global, tensi geopolitik yang bisa mengganggu supply, pandemi yang dapat berdampak terhadap permintaan dan penawaran, ditemukannya cadangan mineral baru, naik-turunnya Dollar Index dll. Naiknya Dollar Index dapat memicu melemahnya permintaan karena akan menjadikan harga komoditas dinilai menjadi lebih mahal. Selain itu perlu juga memantau cadangan terbukti yang dimiliki emiten serta corporate action perusahaan dalam melakukan ekspansi secara organic maupun anorganic serta langkah-langkah efisiensi yang dilakukan.
Sector energy yang ada di Indonesia biasanya adalah export oriented dengan pembukuan keuangannya dalam US Dollar. Sehingga apresiasi maupun depresiasi nilai tukar Rp terhadap Dollar AS akan mempengaruhi tingkat imbal hasil yang akan diterima oleh investor. Penguatan Rp akan menurunkan potensi imbal hasil sedangkan melemahnya Rp akan menaikkan potensi yield investor. Emiten yang menjual komoditasnya dengan harga spot price akan lebih diuntungkan pada saat harga komoditas naik dibandingkan emiten yang menjual produknya melalui skema kontrak dengan pembeli. Sebaliknya, emiten yang menjual produknya dengan harga kontrak akan lebih diuntungkan daripada emiten yang menjual dengan spot price pada saat harga komoditas menurun.
Emas sebagai sarana investasi, tingkat permintaan dan penawarannya akan dipengaruhi oleh tingkat laju suku bunga internasional serta pertumbuhan ekonomi global. Harga emas diperkirakan turun apabila laju inflasi dan suku bunga cenderung naik, begitu pula sebaliknya, harga emas diperkirakan naik jika laju inflasi dan suku bunga kecenderungannya menurun. Dengan memantau perkembangan ekonomi internasional serta trend suku bunga global yang bisa mempengaruhi harga emas maka kita bisa melakukan strategi investasi terhadap perusahaan-perusahaan yang mayoritas penjualannya berasal dari emas atau perdagangan emas, apakah akan overweight (alokasi bobot pada portfolio yang lebih tinggi dari bobot pasar) atau underweight (alokasi bobot pada portfolio yang lebih rendah dari bobot pasar).
Contoh lainnya adalah komoditas nickel. Gencarnya rencana pemerintah untuk menerapkan ekonomi hijau dengan memberikan stimulus terhadap kendaraan listrik serta pembangkit listrik non polusi akan menaikkan permintaan terhadap komoditas nickel dan alumunium serta emiten yang memiliki pembangkit listrik bukan bersumber dari non polusi. Untuk batubara akan dipengaruhi oleh rencana pemerintah yang akan menghentikan beroperasinya PLTU pada tahun 2060 sehingga permintaan terhadap komoditas ini akan menurun secara bertahap dalam jangka panjang.
Jadi karakteristik yang perlu diperhatikan pada sektor ini, karena akan mempengaruhi naik turunnya harga komoditas serta laba/rugi emiten adalah : pertumbuhan ekonomi global, tensi geopolitik, pandemi, pergerakan dollar index dan nilai tukar Rp/USD, harga kontrak ataukah spot price, ditemukannya cadangan mineral baru, kebijakan pemerintah, harga komoditas substitusi, efisiensi dan cadangan terbukti.
Berikut perbandingan pergerakan harga saham dengan harga komoditas yang merupakan produk utama Emiten :Â
Berikut perbandingan EPS dengan kinerja emiten subsector barang kimia :