Mohon tunggu...
Muhammad Karim
Muhammad Karim Mohon Tunggu... Konsultan - Investment Banker, Business Shariah Consultant, Portfolio Management Specialist and Financial Planner

Suka dengan ekonomi, politik, pemerintahan, corporate finance, investment banking, capital market, financial planning, business shariah dan strategy serta spiritual quotient (SQ). Hobi traveling, boxing, swimming dan jogging.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Sebelum Berinvestasi Pastikan Mengetahui Bisnis Model dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Emiten!

18 Maret 2024   14:30 Diperbarui: 18 Maret 2024   14:40 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : BEI dan ICE, diolah

Langkah selanjutnya setelah memvaluasi track record management dan pemegang saham pengendali adalah mengetahui bisnis model serta menghitung prospek usaha emiten.

Saat ini di Bursa Efek Indonesia terdapat 11 sektor usaha dari sebelumnya hanya dibagi menjadi 9 sektor, yakni : energi, barang baku, barang konsumen primer, barang konsumen non primer, perindustrian, kesehatan, keuangan, property/real estate, teknologi, infrastructure dan transportasi/logistic. Masing-masing sektor memiliki karakteristik tersendiri yang mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan maupun mengelola biaya. Ini bisa berasal dari sisi external maupun internal.

Model bisnis sektor energy tidak sepenuhnya bisa mengontrol pendapatan disebabkan harga jual produknya ditentukan oleh harga pasar internasional. Yang dapat dilakukan perusahaan hanya meningkatkan volume produksi dan penjualan dengan mengakuisisi perusahaan sejenis ataupun menambah izin usaha pertambangan yang baru. Dari sisi biaya produksi pun juga tidak sepenuhnya bisa dikontrol oleh perusahaan dikarenakan untuk meningkatkan volume produksi/penjualan memerlukan bahan bakar yang harganya juga ditentukan oleh pasar internasional. Jadi yang perlu dipantau adalah trend harga komoditas internasional yang mempengaruhi pendapatan dan biaya perusahaan dalam menghasilkan laba. Untuk itu penting mempelajari demand-supply yang mempengaruhi harga komoditas tersebut, apakah akan mengalami trend naik, turun atau mendatar. Ini berkaitan dengan potensi pertumbuhan ekonomi global, tensi geopolitik yang bisa mengganggu supply, pandemi yang dapat berdampak terhadap permintaan dan penawaran, ditemukannya cadangan mineral baru, naik-turunnya Dollar Index dll. Naiknya Dollar Index dapat memicu melemahnya permintaan karena akan menjadikan harga komoditas dinilai menjadi lebih mahal. Selain itu perlu juga memantau cadangan terbukti yang dimiliki emiten serta corporate action perusahaan dalam melakukan ekspansi secara organic maupun anorganic serta langkah-langkah efisiensi yang dilakukan.

Sector energy yang ada di Indonesia biasanya adalah export oriented dengan pembukuan keuangannya dalam US Dollar. Sehingga apresiasi maupun depresiasi nilai tukar Rp terhadap Dollar AS akan mempengaruhi tingkat imbal hasil yang akan diterima oleh investor. Penguatan Rp akan menurunkan potensi imbal hasil sedangkan melemahnya Rp akan menaikkan potensi yield investor. Emiten yang menjual komoditasnya dengan harga spot price akan lebih diuntungkan pada saat harga komoditas naik dibandingkan emiten yang menjual produknya melalui skema kontrak dengan pembeli. Sebaliknya, emiten yang menjual produknya dengan harga kontrak akan lebih diuntungkan daripada emiten yang menjual dengan spot price pada saat harga komoditas menurun.

Emas sebagai sarana investasi, tingkat permintaan dan penawarannya akan dipengaruhi oleh tingkat laju suku bunga internasional serta pertumbuhan ekonomi global. Harga emas diperkirakan turun apabila laju inflasi dan suku bunga cenderung naik, begitu pula sebaliknya, harga emas diperkirakan naik jika laju inflasi dan suku bunga kecenderungannya menurun. Dengan memantau perkembangan ekonomi internasional serta trend suku bunga global yang bisa mempengaruhi harga emas maka kita bisa melakukan strategi investasi terhadap perusahaan-perusahaan yang mayoritas penjualannya berasal dari emas atau perdagangan emas, apakah akan overweight (alokasi bobot pada portfolio yang lebih tinggi dari bobot pasar) atau underweight (alokasi bobot pada portfolio yang lebih rendah dari bobot pasar).

Contoh lainnya adalah komoditas nickel. Gencarnya rencana pemerintah untuk menerapkan ekonomi hijau dengan memberikan stimulus terhadap kendaraan listrik serta pembangkit listrik non polusi akan menaikkan permintaan terhadap komoditas nickel dan alumunium serta emiten yang memiliki pembangkit listrik bukan bersumber dari non polusi. Untuk batubara akan dipengaruhi oleh rencana pemerintah yang akan menghentikan beroperasinya PLTU pada tahun 2060 sehingga permintaan terhadap komoditas ini akan menurun secara bertahap dalam jangka panjang.

Jadi karakteristik yang perlu diperhatikan pada sektor ini, karena akan mempengaruhi naik turunnya harga komoditas serta laba/rugi emiten adalah : pertumbuhan ekonomi global, tensi geopolitik, pandemi, pergerakan dollar index dan nilai tukar Rp/USD, harga kontrak ataukah spot price, ditemukannya cadangan mineral baru, kebijakan pemerintah, harga komoditas substitusi, efisiensi dan cadangan terbukti.

Berikut perbandingan pergerakan harga saham dengan harga komoditas yang merupakan produk utama Emiten : 

Sumber : BEI dan ICE, diolah
Sumber : BEI dan ICE, diolah
Sumber : Laporan keuangan Bukit Asam Tbk dan ICE, diolah
Sumber : Laporan keuangan Bukit Asam Tbk dan ICE, diolah
Sedangkan sektor barang baku merupakan sektor perusahaan yang produk dan jasanya digunakan oleh industri lain sebagai bahan baku utama untuk memproduksi barang akhir yang sudah jadi seperti barang kimia, material konstruksi, produk kayu dan kertas. Indikator yang mempengaruhi kinerja laba/rugi beberapa sub sektor tersebut berbeda-beda karena perbedaan input dan output. Untuk sub sektor barang kimia, faktor utama yang mempengaruhi kinerja laba usahanya adalah harga minyak mentah. Harga minyak yang meningkat akan menaikkan laba usahanya, sedangkan jika harga minyak turun maka akan menurunkan laba usahanya, dengan asumsi tidak ada factor anorganic lain yang mempengaruhi kinerja laba usaha. Hal ini karena produk yang dihasilkan adalah polyolefin, polyethylene, ethanol, methanol, naptha dll yang merupakan produk turunan dari minyak mentah. Sebagai barang komoditas maka harga minyak akan ditentukan oleh permintaan dan penawaran atas minyak. Sehingga perlu mengetahui karakteristik yang akan mempengaruhi naik turunnya harga komoditas, seperti dikemukakan diatas.

Berikut perbandingan EPS dengan kinerja emiten subsector barang kimia :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun