Mohon tunggu...
muhammad jericho
muhammad jericho Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa universitas muhammadiyah jakarta prodi ilmu komunikasi

memiliki keinginan untuk membagikan hasil tulisan disini

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pemanfaatan Big Data dalam Strategi Komunikasi Politik Modern

20 November 2024   01:08 Diperbarui: 20 November 2024   04:20 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Nama: Muhammad Jericho Ramadhan

Nim: 2310400080

Prodi: Ilmu Komunikasi

Dosen Pengampu: Amin Shabana. S. Sos,. M.Si.

 

Pemanfaatan Big Data dalam Strategi Komunikasi Politik Modern

Di era digital yang semakin berkembang, big data telah mengubah lanskap komunikasi politik secara fundamental. Pemanfaatan big data dalam strategi komunikasi politik modern tidak hanya menghadirkan cara baru dalam memahami dan menjangkau pemilih, tetapi juga telah merevolusi bagaimana kampanye politik direncanakan dan dilaksanakan. Esai ini akan mengeksplorasi bagaimana big data mentransformasi komunikasi politik kontemporer, serta dampak dan implikasinya bagi demokrasi modern.

Transformasi Fundamental Komunikasi Politik

Big data telah menghadirkan paradigma baru dalam komunikasi politik. Jika dahulu strategi kampanye politik lebih mengandalkan intuisi dan pengalaman para konsultan politik, kini keputusan strategis dapat diambil berdasarkan analisis data yang komprehensif dan terukur. Para kandidat dan tim kampanye dapat mengakses dan menganalisis volume data yang sangat besar mengenai preferensi pemilih, perilaku daring, demografi, dan berbagai variabel lainnya yang dapat mempengaruhi keputusan politik.

Kemampuan untuk mengumpulkan dan menganalisis data dalam skala besar ini memungkinkan tim kampanye untuk membuat pesan yang lebih personal dan targetted. Misalnya, melalui analisis posts media sosial, riwayat penelusuran internet, dan data demografis, tim kampanye dapat mengidentifikasi isu-isu yang paling relevan bagi kelompok pemilih tertentu dan menyesuaikan pesan kampanye mereka sesuai dengan preferensi tersebut.

Microtargeting dan Personalisasi Pesan

Salah satu aplikasi paling signifikan dari big data dalam komunikasi politik adalah microtargeting. Teknik ini memungkinkan tim kampanye untuk mensegmentasi pemilih ke dalam kelompok-kelompok kecil berdasarkan karakteristik spesifik dan mengirimkan pesan yang disesuaikan untuk masing-masing segmen. Pendekatan ini jauh lebih efektif dibandingkan komunikasi massa tradisional yang menggunakan pesan yang sama untuk semua pemilih.

Microtargeting berbasis big data memungkinkan kampanye politik untuk:

• Mengidentifikasi pemilih yang masih ragu-ragu (swing voters)

• Memprediksi isu-isu yang paling mungkin mempengaruhi keputusan pemilih

• Mengukur dan mengadaptasi efektivitas pesan secara real-time

Privasi dan Etika

Pengumpulan dan penggunaan data pribadi pemilih menimbulkan pertanyaan serius tentang privasi dan etika. Seberapa jauh tim kampanye dapat menggunakan informasi pribadi untuk kepentingan politik? Bagaimana menyeimbangkan kebutuhan untuk memahami pemilih dengan hak privasi mereka?

Polarisasi Politik

Microtargeting yang terlalu presisi dapat memperdalam polarisasi politik dengan menciptakan "echo chambers" di mana pemilih hanya terpapar informasi yang sesuai dengan pandangan mereka yang sudah ada.

Manipulasi dan Dezinformasi

Kemampuan untuk menargetkan pesan secara presisi juga dapat disalahgunakan untuk menyebarkan dezinformasi atau manipulasi yang ditargetkan kepada kelompok-kelompok rentan.

Kesimpulan

Big data telah mengubah cara kita memahami dan melakukan komunikasi politik. Di satu sisi, teknologi ini menawarkan peluang untuk komunikasi politik yang lebih efektif dan terukur. Namun di sisi lain, kita harus tetap waspada terhadap potensi penyalahgunaan dan dampak negatifnya terhadap proses demokratis.

Keberhasilan pemanfaatan big data dalam komunikasi politik modern akan bergantung pada kemampuan untuk menyeimbangkan efektivitas dengan etika, transparansi dengan privasi, dan personalisasi dengan kepentingan publik yang lebih luas. Para praktisi politik perlu mengembangkan framework etis yang jelas untuk memandu penggunaan big data, sambil tetap memanfaatkan potensinya untuk meningkatkan kualitas diskursus politik dan partisipasi demokratis.

Pada akhirnya, big data hanyalah alat. Dampaknya terhadap demokrasi akan bergantung pada bagaimana kita memilih untuk menggunakannya. Yang penting adalah memastikan bahwa pemanfaatan big data dalam komunikasi politik tetap sejalan dengan prinsip-prinsip demokratis dan berkontribusi positif terhadap diskursus publik yang sehat.

 

Referensi

Tactical Tech Collective. (2019). "Personal Data: Political Persuasion - Inside the Influence Industry." Repo

Woolley, S. C., & Howard, P. N. (2019). "Computational Propaganda: Political Parties, Politicians, and Political Manipulation on Social Media." Oxford University Press

Kreiss, D. (2021). "Social Media and Democracy: The State of the Field, Prospects for Reform." International Journal of Press/Politics, 26, 505-512.

Bennett, W. L., & Lyon, D. (2019). "Data-Driven Elections: Implications and Challenges for Democratic Societies." Internet Policy Review, 8(

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun