Mohon tunggu...
Rail fauzan
Rail fauzan Mohon Tunggu... Penulis - Pegawai jalanan

Belajar dari semua dimensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sinopsis Sejarah Kerajaan Letta

5 Juni 2023   09:58 Diperbarui: 5 Juni 2023   10:16 2773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

sekitar pada abad ke-17 M, Pitu (7) Massenrempulu' berubah nama menjadi Lima Massenrempulu' karena Kerajaan Baringin dan Kerajaan Letta' tidak bergabung lagi ke dalam federasi Massenrempulu'.

Sejak abad ke-14 M, daerah ini disebut Massenrempulu yang artinya meminggir gunung atau menyusur gunung, sedangkan sebutan Enrekang dari Endeg yang artinya Naik Dari atau Panjat dan dari sinilah asal mulanya sebutan Endekan. Pada mulanya Kabupaten Enrekang merupakan suatu kerajaan besar bernama Malepong Bulan. Kerajaan ini kemudian bersifat Manurung (terdiri dari kerajaan-kerajaan yang lebih kecil) dengan sebuah federasi yang menggabungkan 7 kawasan/kerajaan yang lebih dikenal dengan federasi "Pitue Massenrempulu",

Pitu (7) Massenrempulu' ini terjadi kira-kira dalam abad ke-14 M. Tetapi sekitar pada abad ke-17, Pitu (7) Massenrempulu' berubah nama menjadi Lima Massenrempulu' karena kerajaan Baringin dan kerajaan Letta' tidak bergabung lagi ke dalam federasi Massenrempulu'.

Akibat dari politik Devide et Impera, pemerintah Belanda lalu memecah daerah ini dengan adanya Surat Keputusan dari Pemerintah Kerajaan Belanda (Korte Verklaring), dimana kerajaan Kassa dan kerajaan Batu Lappa' dimasukkan ke Sawitto. Ini terjadi sekitar 1905 sehingga untuk tetap pada keadaan Lima Massenrempulu' tersebut, maka kerajaan-kerajaan yang ada didalamnya yang dipecah.

Beberapa bentuk pemerintahan di wilayah Massenrempulu' pada masa itu.

Kerajaan-kerajaan di Massenrempulu' pada zaman penjajahan Belanda secara administrasi Belanda berubah menjadi Landshcap. Tiap Landschap dipimpin oleh seorang Arung (Zelftbesteur) dan dibantu oleh Sulewatang dan Pabbicara /Arung Lili, tetapi kebijaksanaan tetap ditangan Belanda sebagai Kontroleur.

 Federasi Lima Massenrempulu' kemudian menjadi: Buntu Batu, Malua, Alla'(Tallu Batu Papan/Duri), Enrekang (Endekan) dan Maiwa.

Pada tahun 1912 sampai dengan 1941 berubah lagi menjadi Onder Afdeling Enrekang yang dikepalai oleh seorang Kontroleur (Tuan Petoro).

KERAJAAN LETTA DAN KERAJAAN BONE

pada zaman Kerajaan Letta terkenal sebagai tanah subur sehingga apabila padinya rubuh, maka dua atau tiga petak sawah dapat tertutupi oleh padi yang rubuh itu. Berdasarkan kenyataan itu, maka raja Bone berminat mengambil bibit padi dari Letta yang terkenal itu untuk ditanam di wilayah Kerajaan Bone. Utusan pun diberangkatkan ke Letta untuk me-

nemui penguasa setempat (Raja Letta) untuk meminta benih padi khas Kerajaan Letta. Sesampainya di Letta, utusan dari Kerajaan Bone menyampaikan pesan Raja Bone untuk meminta benih (bine)

kepada Raja Letta. Mendengar kata bine (isteri), maka Raja Letta tersinggung dan marah, sehingga utusan yang terdiri dari

beberapa orang itu, sebagian besar dibunuh dan yang selamat kemudian kembali ke Bone melaporkan kepada Raja Bone bahwa mereka tidak diberi benih padi seperti pesan tuan. Raja Bone pun murka dan akhirnya menghukum Kerajaan Letta dengan jalan perang. Peperangan ini terjadi hanya karena perbedaan bahasa yaitu bahwa Raja Letta tersinggung pada waktu utusan Raja Bone meminta benih (bine) padi. 

Raja Letta mengira bahwa yang diminta oleh utusan Raja Bone itu adalah isterinya (binena) sehingga utusan itu dianggap kurang ajar sehingga utusan itu sebagian dibunuhnya (Wawancara La Djide, 19 Maret 2011). 

Kerajaan Letta sebelumnya adalah anggota persekutuan kerajaan Massenrempulu, akan tetapi kemudian ia keluar dari keanggotaan tersebut. Terakhir anggota persekutuan

Massenrempulu terdiri dari Kerajaan Batulappa, Kassa, Duri dan Maiwa serta Enrekang. Kerajaan Duri adalah juga merupakan anggota dari persekutuan Tallu Batu Papan yang beranggotakan antara lain; Kerajaan Malua, Kerajaan AIla', Kerajaan Bunfubatu. Pada tahun 1685, 

Kerajaan Letta ditaklukkan oleh Kerajaan

Bone, ketika itu Bone diperintah oleh Arung Palakka MalampeE Gemme'na. Ketika itu, Letta bertindak sangat gegabah karena membunuh utusan Kerajaan Bone yang berkunjung ke Kerajaan Letta. Pihak raja Bone menganggap bahwa perlakuan raja Letta itu sudah keterlaluan dan menginjak-injak harga diri rakyat dan Kerajaan Bone. Oleh karena persoalan itulah sehingga Kerajaan Bone menghukum Kerajaan Letta dengan jalan perang. Penaklukkan Kerajaan Letta tentu tidak dapat menahan serangan Kerajaan Bone karena serangan itu merupakan serangan gabungan dari beberapa kerajaan besar sekutunya seperti; Kerajaan Wajo, Soppeng dan Sidenreng. Akibatnya, raja Kerajaan Letta kalah dan harus mengakui keunggulan dan kemenangan Kerajaan Bone bersama sekutunya. Serangan ini berakibat sangat fatal karena bukan hanya Kerajaan Letta yang dihancurkan, tetapi kerajaan lain yang ada di sekitarnya juga turut dihancurkan yang kemudian dimasukkan ke dalam daerah palili (aasal staat) dari Kerajaan Sawitto (Bram Morris,1890, hlm.1). 

Sementara itu, orang-orang yang ditawan dalam pertempuran itu dinyatakan sebagai budak atau hamba yang kemudian dibagi empat oleh masing-masing raja yang membantu Kerajaan Bone. 

Pasca kekalahan Kerajaan Letta dari serangan Kerajaan Bone bersama sekutunya, maka keanggotaan Kerajaan Letta dicabut kemudian digantikan oleh Kerajaan Maiwa yang tadinya aasal atat lili dari Kerajaan Sidenreng. Oleh karena itu, Kerajaan Maiwa juga ditingkatkan kedudukannya menjadi kerajaan berdaulat. Sedangkan Bilokka, CorawaliE, Awanio dan WettaE yang tadinya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Soppeng, dimasukkan ke dalam ansal ataulili dari Kerajaan Sindereng Mengenai sejarah tertua dari kerajaan Massenrempulu tidak dapat diketahui dengan pasti. 

Tetapi besar kemungkinan bahwa kerajaan-kerajaan yang tergabung dalam federasi Massenrempulu dan Tana Toraja pemah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Luwu hingga masa keemasan Kerajaan Luwu pudar. Ada juga kemungkinan bahwa kerajaan-kerajaan yang tergabung dalam federasi Massenrempulu sendiri yang membebaskan dirinya menjadi kerajaan-keralaan yang merdeka dan berdaulat penuh kemudian membentuk sendiri persekutuan Bugis disebut Ma' sinrimpulu yang berarti daerah yang berdekatan dengan gunung. 

Ada pun daerah Tana Toraja tetap menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Luwu hingga memasuki tahm7947 yang sejalan dengan pembentukan Hadat Tinggi oleh pemerintah NIT oleh Gubernemen Celebes (daerah-daerah pemerintahan langsung) termasuk Tana Toraja yang ditingkatkan statusnya setaraf dengan swapraja asli atau neo Swaprnjo.

Pada tahun 1686, Federasi Massenrempulu berada di bawah supremasi kekuasaan Kerajaan Bone yang diperintah oleh Arung Palakka Petta MalampeE Gemme'na hingga masa pemerintahan berikutnya yaitu raja Bone La Patau. 

Memasuki tahun 7724-7749 kembali Massenrempulu berada di bawah kekuasaan Kerajaan Luwu pada masa pemerintahan Batara Toja (Bram Morris,7992,

hlm.2).

Pada tahun 7670, arung Letta datang ke Makassar untuk menghadap dengan tujuan mengadakan persahabatan dengan Kompeni Hindia Timur dan Letta, ketika itu langsung diterima menjadi anggota Perserikatan Celebes. Dan pada tanggal 27 Apil \671, Artng Enrekang datang juga ke Makassar dan diterima menjadi anggota Perserikatan Celebes oleh Kompeni Hindia Timur. Setelahitu tidakada lagi raja-raja dari kerajaanpegunungan yang datang ke Makassar untuk menjalin persahabatan dengan Kompeni Hindia Timur ( Bram Morris, 1992,h1m.2). Nanti pada tahun 1824, muncul lagi utusan raja-raja dari Federasi Massenrempulu di Makassar untuk menghadap kepada

Gubernur Van Der Capellen untuk mengadakan persahabatan atau kontrak perjanjian Bungaya yang baru, tetapi mereka tidak

berhasil karena pihak Kompeni hanya menginginkan raja mereka

sendiri yang datang. Dan pada tanggal 26 Desember 1825,

Gubernur Makassar dikuasakan kembali untuk memasukkan

raja-raja Massenrempulu ke dalam kontrak kekuasaan, namun

hal ini tidak pernah terlaksana (Bram Morris, 1992,h1m.2-3)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun