Pada tahun 1686, Federasi Massenrempulu berada di bawah supremasi kekuasaan Kerajaan Bone yang diperintah oleh Arung Palakka Petta MalampeE Gemme'na hingga masa pemerintahan berikutnya yaitu raja Bone La Patau.Â
Memasuki tahun 7724-7749 kembali Massenrempulu berada di bawah kekuasaan Kerajaan Luwu pada masa pemerintahan Batara Toja (Bram Morris,7992,
hlm.2).
Pada tahun 7670, arung Letta datang ke Makassar untuk menghadap dengan tujuan mengadakan persahabatan dengan Kompeni Hindia Timur dan Letta, ketika itu langsung diterima menjadi anggota Perserikatan Celebes. Dan pada tanggal 27 Apil \671, Artng Enrekang datang juga ke Makassar dan diterima menjadi anggota Perserikatan Celebes oleh Kompeni Hindia Timur. Setelahitu tidakada lagi raja-raja dari kerajaanpegunungan yang datang ke Makassar untuk menjalin persahabatan dengan Kompeni Hindia Timur ( Bram Morris, 1992,h1m.2). Nanti pada tahun 1824, muncul lagi utusan raja-raja dari Federasi Massenrempulu di Makassar untuk menghadap kepada
Gubernur Van Der Capellen untuk mengadakan persahabatan atau kontrak perjanjian Bungaya yang baru, tetapi mereka tidak
berhasil karena pihak Kompeni hanya menginginkan raja mereka
sendiri yang datang. Dan pada tanggal 26 Desember 1825,
Gubernur Makassar dikuasakan kembali untuk memasukkan
raja-raja Massenrempulu ke dalam kontrak kekuasaan, namun
hal ini tidak pernah terlaksana (Bram Morris, 1992,h1m.2-3)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H