Karomah Mbah Ali Mas'Ud Pagerwojo
KH. Ali Mas'ud (Mbah Ud) Pagerwojo Sidoarjo merupakan satu dari sedikit Ulama Sidoarjo yang diberi pangkat kewalian oleh Allah SWT. Kisah hidupnya sampai sekarang terus dibicarakan banyak orang. Banyak riwayat cerita yang berkembang di masyarakat kelurahan Kauman Sidoarjo, Daleman dan sekitarnya termasuk warga Pucang Anom Sidoarjo, mereka tahu betul siapa Mbah Ud, Ulama yang dikenal memiliki karomah.
Tidak betah dirumah
Warga sekitar sudah sangat hafal dengan kebiasaan Mbah Ud, beliau ini tidak pernah betah diam dirumah, kebiasaannya keliling dari rumah ke rumah, warga sekitar yang rumahnya didatangi Mbah Ud akan membawa arti tersendiri. Kedatangannya oleh warga dijadikan penanda/peringatan bagi si tuan rumah
Perilaku jadzab Mbah Ud menjadi cerita yang tak pernah habis, seperti halnya cerita para wali-wali Allah SWT.
Suatu ketika, rumah salah seorang warga Kauman didatangi Mbah Ud, tanpa basa-basi Mbah Ud langsung nyelonong masuk rumah, saat itu dirumah tersebut ada salah satu keluarganya meninggal dunia, tiba-tiba Mbah Ud bilang "Khusnul Khotimah" ucapan ini terlontar beberapa kali dari mulutnya, setelah itu Mbah Ud langsung pergi dari rumah orang tersebut.
Cerita sampai ke Jombang
Suatu ketika saya berziarah kemakam Mbah Sayyid Sulaiman Mbetek Mojoagung Jombang, seperti biasa sebelum ke makam mampir dulu ke tempat wudlu masjid dikomplek makam Mbah Sayyid Sulaiman, cuci muka menyegarkan wajah karena selama dijalan cuacanya lumayan panas
Setelah selesai wudlu langsung menuju ke Makam, kebetulan peziarah waktu itu tidak terlalu banyak. Jadi agak longgar tempatnya, langsung saja saya duduk dekat pesarean, disamping kiri saya jaraknya sekitar 1 meter ada kakek tua kira-kira umurnya kisaran 80 tahun,.
Sesaat kemudian kakek ini menghampiri saya, memperkenalkan diri kalau aslinya Malang, lebih tepatnya Malang Selatan daerah Bululawang arah Dampit, Kakek ini mengaku namanya Mbah Tori, beliau bilang sering berziarah ke Makam Mbah Sayyid Sulaiman. Meski usianya terbilang sudah sangat tua, badannya cukup sehat dan kelihatan segar mukanya
Dirinya sering berziarah ke Makam para Wali, termasuk makam-makam wali ditanah Jawa ini sudah pernah dia datangi, setelah dari sini  (Makam Mbah Sayyid) Mbah Tori akan melanjutkan perjalanan ke Makam Mbah Ud.
Sambil memperlihatkan sepeda onthel yang dibekali beberapa baju ganti, Mbah Tori mengaku sendirian selama puluhan tahun berziarah,hanya  ditemani sepeda onthelnya.
Mbah Tori bercerita tentang karomah Mbah Ud, suatu ketika waktu usianya masih muda dia ziarah ke Makam Mbah Sayyid Sulaiman, Mbah Tori sering bertemu Mbah Ud saat ziarah ke Mbah Sayyid, dulu waktu masih hidup Mbah ud sering kesini ngumpul sama para musafir.
Doa Mbah Ud
Suatu ketika ada orang yang hajatan mengirim tumpeng ke Masjid Mbah Sayyid Sulaiman, tumpeng ini disuguhkan ke para musafir yang tinggal di komplek makam Mbah Sayyid, saat itu ada Mbah Ud termasuk saya ngumpul bersama, siap-siap untuk makan tumpeng orang syukuran tadi.
Para musafir meminta Mbah Ud untuk mendoakan, sebelum didoakan Mbah Ud membuka tumpengan dengan disaksikan para musafir yang hadir, saat dibuka lauk pauknya sangat sedikit sekali, melihat lauknya sedikit Mbah Ud bilang dengan suara menggerutu dalam bahasa jawa "wong medit" artinya orang pelit.
Kemudian tumpeng ditutup kembali seperti semula sama daun pisang oleh Mbah Ud untuk dido'akan, para musafir sudah tidak sabar menanti tumpeng untuk segera dimakan.
Selesai berdo'a, Mbah Ud kemudian membuka tumpengnya, alangkah kagetnya para musafir yang hadir saat itu, awalnya lauknya sedikit sekali, setelah tutup daun pisang dibuka Mbah Ud,  lauk yang ada di tumpeng tadi  jadi banyak, awalnya tidak ada lauk ayamnya sekarang jadi ada, akhirnya tumpeng tadi ikannya cukup dimakan para musafir yang ada di Makam Mbah Sayyid Sulaiman.
Cerita dari Makam Sunan Giri Gresik
Suatu ketika, sore menjelang maghrib sepulang dari kerja, saya berziarah kemakam Sunan Giri Gresik. Perjalanan dari tempat kerja menuju makam Sunan Giri kurang lebih sekitar 1 jam perjalanan.
Tiba di makam sekitar pukul 6 sore, saya  langsung menuju Masjid Sunan Giri untuk sholat maghrib, setelah selesai sholat lanjut ziarah ke makam, letaknya bersebelahan dengan masjid, masjid dan makam Sunan Giri jadi satu komplek.
Malam itu peziarah cukup banyak, ada beberapa kendaraan memakai nomer polisi luar daerah jawa timur, seperti daerah Jawa Tengah, Jawa Barat dan yang terbanyak kendaraan nomer polisi daerah Jawa Timur
Selepas ziarah mampir ke warung nasi langganan saya, lokasi warungnya  ditempat parkiran bawah, dekat pintu utama masuk Makam. Disana ketemu dengan peziarah bapak-bapak usianya sekitar 50 an tahun.
Bapak ini bilang kalau tinggalnya di Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik, perjalanan dari Bunga ke Makam sekitar 1 jam perjalanan, Â jaraknya sama dengan tempat tinggal saya daerah Sidoarjo.
Saat saya mengaku dari Sidoarjo, tiba-tiba bapak ini dengan semangatnya bercerita tentang sosok Mbah Ud, dari cerita bapak ini, sosok Mbah Ud tidak asing bagi masyarakat Bungah Gresik.
"Mbah Ud dulu sewaktu masih hidup sering pergi ke daerah Bungah Gresik, warga Bungah sangat akrab dengan Mbah Ud, ulama yang dikenal karomahnya itu. Suatu ketika saat Mbah Ud pergi ke Bungah Gresik dengan naik becak, ditengah perjalanan ke Bungah tiba-tiba Mbah Ud minta becaknya dihentikan, setelah becak berhenti Mbah Ud pergi tanpa pamit, tukang becaknya bingung.
Tidak lama kemudian Mbah Ud muncul lagi, si tukang becak ini mencoba bertanya "dari mana tadi Mbah? Dengan wajah datar Mbah Ud menjawab pertanyaan si tukang becak, "teko segoro, nolong kapal arep ngguling" artinya "dari laut, menolong kapal yang mau terguling", sambil memperlihatkan tangan dan bajunya yang basah".
Wali  Jadzab
Banyak cerita yang mengatakan bahwa Mbah Ud adalah Wali Allah yang Jadzab, lantas apa yang dimaksud jadzab?
Dalam istilah tasawuf Jadzab adalah suatu maqom atau keadaan di luar kesadaran seseorang, atau bahkan, sudah tidak tertaklif secara syariat? asal-usul lafadz JADZAB adalah-Jadzaba-Yajdzibu-Jadzban-yang berarti mempunyai makna "menarik".
Sementara obyek atau maf'ulnya adalah majdzub yang berarti mengandung makna tertarik, di dalam istilah sufi, biasanya jadzab di gunakan terhadap situasi bagi seseorang yang sedang mengalami (khoriqul adat) atau jenis yang lain,seperti nyleneh, keluar dari adat kebiasaan umum, atau mungkin bisa di kategorikan orang gila yang berkeramat.
Di katakan gila sebab munculnya pemahaman bahwa jadzab adalah hilangnya keumuman secara manusia, tentu beda dengan arti dari gila sendiri, sebab gila di dalam bahasa arabnya adalah Junna-Junuunan-gila- atau, Janna-Yajunnu-Jannan-yang artinya menutup.
Secara etimologis, jadzab adalah bentuk mubalaghah dari kata jadzaba, yang artinya "menarik", dan dalam format mubalaghah (superlatif) dapat diartikan "sangat menarik". Dalam terminologi pesantren, ia sering digunakan dalam konteks pengalaman batin dan pemahaman seseorang yang dimanifestasikan dalam perbuatan dan kata yang kurang dapat dipahami oleh publik.
Bersambung.......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H