Rasanya tidak puas, kalau berbicara tentang rapai dabus tanpa ada bukti-bukti otentik. Bukti otentik tersebut merupakan pembeda antara rapai debus Aceh dan dabus dari masyarakat di luar Aceh. Mungkin, foto di bawah ini dapat mewakili beberapa bukti otentik untuk memperkuat bahwa rapai debus Aceh berbeda dengan dabus di daerah lainnya. Â
Jika kita melihat sepintas, tidak ada beda antara rapai debus Aceh dengan dabus di daerah lain. Namun, jika kita perhatikan secara saksama, dapat kita temui bahwa di belakang para pendebus, terlihat beberapa orang yang memegang rapai (nama alat music yang digunakan).Â
Orang-orang yang memegang ataupun memainkan alat musik rapai tersebut adalah orang-orang khusus yang memahami ritme, irama, dan alunan dari syair-syair yang dilantunkan.Â
Biasanya, orang-orang yang memukul atau memainkan rapai berjumlah tujuh sampai dengan 10 orang tergantung dari grup atau kelompok dabus itu sendiri.Â
Disamping para pemain rapai, ada juga syekh atau khalifah yang menjadi juru kunci dalam atraksi dabus. Peran syekh atau khalifah adalah untuk merapalkan syair-syair (atau bahasa lain mantra) untuk atraksi dabus.Â
Peran syekh atau khalifah dalam hal ini sangatlah vital, karena sumber dari kekebalan tersebut berasal dari rapalan-rapalan khusus daripada syeikh atau khalifah.
Menurut pengalaman pribadi penulis, sebelum atraksi rapai dabus dimulai, ada beberapa hal atau persyaratan yang harus diketahui, seperti: (1) tidak boleh sombong atau takabur, (2) harus memahami tata aturan yang berlaku (karena setiap syekh atau khalifah memiliki aturan tersendiri, (3) orang yang ingin bergabung atau bermain debus harus meminta izin terlebih dahulu kepada syeikh, (4) rapai harus dimainkan (tanpa henti) sewaktu atraksi debus dilakukan.
  Berikut penulis cantumkan penggalan teks atau bait syair dari rapai dabus.
"Beso puteh ilallah bak nabi Adam, beso itam ilallah bak siti Hawa. Sabe mole, ya Allah, Lon puphoen dengon bismillah dile awai, awai-awai lon puphoen. Lon ten surot jinoe asai, asai bak mula. Lon ten surot jinoe asai, asai bak sia. Syeikh dua blah jinoe nyo sajan-sajan sereta".