"Besi putih ya Allah pada nabi Adam, besi hitam ya Allah pada siti Hawa. Selalu mole, ya Allah, Saya dahulukan dengan bismillah. Saya tahan mundur asal-asal mula. Saya tahan mundur asal-asal pada sia. Syeikh dua belas sekarang bersama kita".
"...hak teusurak ilmu taburu bisu, aku tahu asal bisu, darah pendek asalmulamu jadi, beuso itam beuso puth, nur muhammad mulamu jadi... urat kawat tulang besi. Pantang kau makan kulitku, haram kau jilat darahku, karena kutahu asal mulamu".
Jika kita memahami dan mengerti tentang syair---syair di atas tentunya akan lebih mudah untuk mengerti maksud dan tujuan dari syair tersebut. Akan tetapi, karena kelemahan penulis sendiri, penulis hanya dapat menyajikan penggalan syair saja karena faktor bahasa yang digunakan sukar untuk dimengerti.
Terakhir, penulis ingin menyampaikan, bahwa rapai dabus di Aceh harus selalu dilestarikan dan dikembangkan, Generasi muda Aceh khususnya harus memahami dan mengetahui unsur-unsur kebudayaan, karena budaya adalah identitas dan jati diri seseorang. Seperti peribahasa orang Aceh, "Mate aneuk meupat jirat, gadoh adat hana pat tamita" atau, "Mati anak kita tahu pusara (kuburan), tapi hilang adat tidak tahu mau cari kemana". Wallahualam.
Rujukan
https://acehprov.go.id/berita/kategori/jelajah/mengenal-sekilas-tentang-seni-rapai-dabus-di-aceh-selatan/di akses pada Senin, 3 September 2022.
Mouna, Ardial Rizki, 2020. Nilai-Nilai Dakwah dalam Syair Rapa'i Debus di Kabupaten Aceh Selatan. Banda Aceh: Universitas Uin ar-Raniry.
Youtube: Sigupai Entertaimen/Pusaka (music)---Jeki Irwandi. 2022.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H