Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal Fahimy
Muhammad Iqbal Fahimy Mohon Tunggu... Lainnya - PELAJAR

Suara yang tak bernada. Detak yang tak berdenyut. Hiduplah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Warisan Endatu: Rapai Dabus, Kesenian Aceh yang Melegenda

7 Oktober 2022   18:00 Diperbarui: 7 Oktober 2022   18:10 1755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rapai Dabus di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada tahun 2017. foto: tempo.com

Rasanya tidak puas, kalau berbicara tentang rapai dabus tanpa ada bukti-bukti otentik. Bukti otentik tersebut merupakan pembeda antara rapai debus Aceh dan dabus dari masyarakat di luar Aceh. Mungkin, foto di bawah ini dapat mewakili beberapa bukti otentik untuk memperkuat bahwa rapai debus Aceh berbeda dengan dabus di daerah lainnya.  

Foto antaraksi dabus. blog.unnes.ac.id/Supriyadims
Foto antaraksi dabus. blog.unnes.ac.id/Supriyadims

Rapai Dabus di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada tahun 2017. foto: tempo.com
Rapai Dabus di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada tahun 2017. foto: tempo.com

Jika kita melihat sepintas, tidak ada beda antara rapai debus Aceh dengan dabus di daerah lain. Namun, jika kita perhatikan secara saksama, dapat kita temui bahwa di belakang para pendebus, terlihat beberapa orang yang memegang rapai (nama alat music yang digunakan). 

Orang-orang yang memegang ataupun memainkan alat musik rapai tersebut adalah orang-orang khusus yang memahami ritme, irama, dan alunan dari syair-syair yang dilantunkan. 

Biasanya, orang-orang yang memukul atau memainkan rapai berjumlah tujuh sampai dengan 10 orang tergantung dari grup atau kelompok dabus itu sendiri. 

Disamping para pemain rapai, ada juga syekh atau khalifah yang menjadi juru kunci dalam atraksi dabus. Peran syekh atau khalifah adalah untuk merapalkan syair-syair (atau bahasa lain mantra) untuk atraksi dabus. 

Peran syekh atau khalifah dalam hal ini sangatlah vital, karena sumber dari kekebalan tersebut berasal dari rapalan-rapalan khusus daripada syeikh atau khalifah.

Menurut pengalaman pribadi penulis, sebelum atraksi rapai dabus dimulai, ada beberapa hal atau persyaratan yang harus diketahui, seperti: (1) tidak boleh sombong atau takabur, (2) harus memahami tata aturan yang berlaku (karena setiap syekh atau khalifah memiliki aturan tersendiri, (3) orang yang ingin bergabung atau bermain debus harus meminta izin terlebih dahulu kepada syeikh, (4) rapai harus dimainkan (tanpa henti) sewaktu atraksi debus dilakukan.

    Berikut penulis cantumkan penggalan teks atau bait syair dari rapai dabus.

"Beso puteh ilallah bak nabi Adam, beso itam ilallah bak siti Hawa. Sabe mole, ya Allah, Lon puphoen dengon bismillah dile awai, awai-awai lon puphoen. Lon ten surot jinoe asai, asai bak mula. Lon ten surot jinoe asai, asai bak sia. Syeikh dua blah jinoe nyo sajan-sajan sereta".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun