Namun, karena doktrin, dogmatis, dan kabar-kabar burung yang belum tentu benar, kita enggan berkomunikasi secara "manusiawi' dengan dosen dan menganggap dosen adalah cerminan daripada kesempurnaan yang jika salah, akan menjelma kebencian.
Ada korelasi antara doktrin, dogmatis, atau kabar-kabar burung yang menciptakan overthinking. Yaitu sifat tidak boleh, tidak baik, tidak betul, tidak mungkin, yang mengotak-ngotakkan pikiran kita hingga tercipta belenggu kuat yang sukar untuk di hancurkan.
Jika kita akarkan masalah overthinking secara prinsip, overthinking hanyalah sebuah ilusi yang membelenggu manusia. Belenggu yang terbuat dari kekhawatiran, kecemasan, kegelisahan, dan ketakutan yang berlebihan terhadap sesuatu hal yang sesuatu tersebut bersifat abstrak (samar-samar).
Dalam dimensi sastra, dikenal istilah fiksi yaitu suatu rekaan atau tidak mengandung kebenaran yang nyata.Â
Mungkin, kita pernah membaca, menonton, atau sekedar mendengar novel Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck karya Alm. Prof. Buya Hamka dan novel Siti Nurbaya karya Alm. Marah Roesli.
Novel yang begitu spektakuler, kontroversial, dan hebat tersebut, dibangun atas dasar-dasar kenyataan yang kemudian dibungkus dalam bingkaian fiksi.
Kita tidak akan pernah menemukan tokoh Zainuddin dan Hayati (dalam novel Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck) atau tokoh Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih (dalam novel Siti Nurbaya), atau tokoh-tokoh lainnya dalam kehidupan nyata.Â
Mereka semua tercipta melalui manifestasi dari Alm. Prof. Buya Hamka dan Alm. Marah Roesli saat melihat lingkungan sosial yang ada disekitarnya.
Demikian juga overthinking. Ia tercipta melalui pemikiran-pemikiran yang berlebihan, hingga berwujud kecemasan dan kegelisahan yang pada kenyataannya, hal tersebut belum pernah atau tidak pernah terjadi.
Overthinking tidak lebih daripada ilusi yang jika diibaratkan seperti dua sisi mata uang: yang tidak dapat dipisahkan dan selalu menyatu.Â
Ilusi yang selalu ditolak oleh kenyataan dan tidak akan pernah bersatu. Ilusi hanya mengumpulkan khayalan, kepalsuan, dan kefanaan yang tidak akan pernah habis dan berakhir.