Mohon tunggu...
TIMPEK
TIMPEK Mohon Tunggu... Mahasiswa - PELAJAR

Suara yang tak bernada. Detak yang tak berdenyut. Hiduplah!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Artikel Utama

Refleksi Pendidikan di Era Pandemi: Pembelajaran dan Perbaikan

8 Mei 2022   12:30 Diperbarui: 9 Mei 2022   10:29 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah pandemi covid-19 menemukan titik terang, dunia perlahan-lahan mulai pulih kembali. Agresi covid-19 yang merambah ke seluruh penjuru dunia, gradualnya, segala sistem, lini, dan sektor kehidupan manusia bergerak secara stagnan bahkan pada tahapan yang lebih parah memasuki area degradasi.

Sektor pendidikan misalnya. Di Indonesia, sehemat penulis, terjadi kemerosotan yang luar biasa dalam aktivitas pendidikan.

Lembaga pendidikan di Indonesia, dari pengambil kebijakan dan penyelenggara pendidikan tingkat pusat hingga daerah mengalami kemerosotan yang luar biasa pada awal-awal terjadinya pandemi covid-19. 

Segala aktivitas pendidikan: penyelenggara pendidikan, proses belajar--mengajar, dan kegiatan inti dalam pendidikan lainnya mengalami hambatan yang luar biasa.

Awal-awal diberlakukan status pandemi covid-19 diiringi kebijakan-kebijakan baru dalam rangka pencegahan penyebaran covid-19 di mana segala aktivitas sosial, pemerintahan, dan pendidikan dibatasi geraknya.

Pendidikan yang dalam konsepnya mengharuskan adanya interaksi secara tatap muka (langsung) antara pendidik dan peserta didik, dipaksa untuk berputar haluan. 

Jika semula proses belajar--mengajar diharuskan bertatap muka (langsung) pada keadaan pandemi covid-19 terjadi gap atau pemisah antara pendidik dan peserta didik.

Gap atau pemisah tersebut terlihat dari pola pembelajaran yang dilakukan secara daring (dalam jaringan) yang memanfaatkan media (aplikasi) online dalam praktik pendidikan.

Pendidik dan peserta didik seperti hilang arah dan hilang kontrol terhadap konsep pendidikan dan pembelajaran tersebut. Hal ini terlihat karena konsistensi pendidikan hilang begitu saja.

Ketidakmampuan Menghadapi Tekanan dan Kejutan Dunia

Pendidik dan peserta didik dalam dunia pendidikan merupakan unsur yang paling fundamental. Lembaga pendidikan di dalam organismenya, memosisikan pendidik dan peserta didik sebagai promotor utama. Karenanya, partisipasi dan aktivitas pendidik dan peserta didik yang baik, mengerahkan pendidikan ke arah yang baik pula.

Namun, jika kita melihat kembali peranan pendidik dan peserta didik di Indonesia, khususnya pada masa pandemi covid-19 mengalami kemerosotan yang luar biasa. 

Kemerosotan tersebut dilandasi atas beberapa hal. Pertama, ketidaksanggupan pendidik dan peserta didik atas kejutan dunia. Kedua, ketidaksanggupan pendidik dan peserta didik terhadap transformasi konsep pendidikan. Ketiga, kecenderungan pendidik dan peserta didik yang selalu berada di zona nyaman. Keempat, ketidaksiapan pendidik dan peserta didik beradaptasi terhadap gejolak-gejolak baru yang diwarnai oleh dunia sekarang.

Kejutan yang paling dekat tersebut adalah bertransformasinya pendidikan. Dari sistem, konsep, dan tata pelaksanaan pendidikan pada masa pandemi covid-19.

Hal ini menyebabkan pendidik dan peserta didik kewalahan dalam tata pelaksanaan sistem pendidikan yang baru. Efek dominonya adalah berubahnya pola pendidikan dan pengajaran oleh pendidik, dan orientasi pendidik dan peserta didik yang tidak padu.

Ketidakpaduan orientasi pendidik dan peserta didik tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal: prinsip dan kontekstual.

Sumber Foto: pixabay.com/geralt
Sumber Foto: pixabay.com/geralt

Dari segi prinsip, pendidik dan peserta didik seperti hilang power pendidikan, ruh dan sifat pendidik dan peserta didik seperti tenggelam begitu saja karena tidak dapat beradaptasi dan bertransformasi dengan keadaan dan situasi. 

Prinsip pendidik sebagai penyelenggara pendidikan dan peserta didik sebagai audiens pendidikan berbalik keadaan. Yang penulis rasakan saja (sebagai seorang mahasiswa), jika semula pendidik sebagai penyelenggara pendidikan, tapi pada satu posisi, peserta didik lah (seperti) yang memaksa kehendak terjalinnya proses pendidikan.

Pendidik seperti abai dan apatis terhadap pendidikan. Peserta didik dibiarkan begitu saja tanpa ada arahan, petunjuk dan konsep yang jelas. 

Dapat penulis kalkulasikan (di awal-awal diberlakukan status pandemi covid-19 dan diiringi kebijakan-kebijakan baru) proses belajar mengajar hanya terjadi sekitaran 30%. Selebihnya pendidik dan peserta didik bergerak secara terpisah tanpa ada keterikatan sama sekali.

Dari segi kontekstual, pendidik dan peserta didik tidak mampu beradaptasi terhadap transformasi pendidikan. Sederhananya saja, dalam pemanfaatan ilmu teknologi.

Ada kegugupan yang nyata antara pendidik dan peserta didik saat dipaksa untuk beralih metode pendidikan. Saat pendidik dan peserta didik harus beralih media pendidikan secara daring (online).

Di satu sisi, banyak pendidik yang gaptek (baca: tidak paham teknologi). Pendidik yang tidak mampu menjalankan dan mengaplikasikan media-media teknologi (media pembelajaran) untuk proses belajar mengajar.

Di sisi lain, peserta didik diberi kebebasan dan keluasan untuk mengaplikasikan teknologi, tanpa kontrol dan kebijakan yang sistematis terhadap penggunaan teknologi oleh orang tua dan keluarga.

Dari kedua aspek tersebut, penulis merumuskan bahwa ada ketidaksanggupan dan ketidakmampuan pendidik dan peserta didik untuk membendung arus transformasi pendidikan yang merambah ke semua struktur.

Akibat genosida ini, laju pendidikan di Indonesia terhambat dan mengalami hambatan yang berefek panjang.

Momentum Pembelajaran dan Perbaikan

Seperti kata pepatah, "Orang bijak, adalah orang yang dapat mengambil hikmah dan perbaikan dari suatu pengalaman". Di sisi lain, pepatah pun berkata, "Pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan".

Intinya, setiap kejadian yang telah terjadi, merupakan suatu pengalaman dan pembelajaran yang luar biasa. Bagi mereka yang tahu dan memahaminya.

Pandemi covid-19 telah mengubah semua organisasi kehidupan manusia dan merombak tatanan kehidupan di dunia. Sadar atau tidak sadar, itulah yang terjadi. 

Dunia mengalami transisi yang begitu cepat dalam semua sektor. Ditambah lagi dengan pergaulan dunia (globalisasi) yang mengarah pada pemanfaatan teknologi dan pendominasian mesin sebagai pembantu operasional manusia.

Wajah pendidikan berubah secara drastis. Sistem, konsep, metode, dan media dalam proses pendidikan pun mengalami transisi yang begitu pesat.

Ini menegaskan bahwa pergeseran dunia merupakan hal yang harus diwanti-wanti secara baik. Perubahan dunia tersebut bergerak begitu cepat dan di semua lapisan.

Karenanya, pendidikan Indonesia harus menempatkan posisinya sebagai defender dalam artian mempertahankan sifat-sifat keluhuran keindonesiaan. 

Serta menjadi partisipan aktif dalam rangka proses adaptasi terhadap pergaulan dunia agar pendidikan Indonesia tidak bergerak stagnan dan degradasi.

Semua elemen pendidikan di Indonesia setidaknya mampu memahami dan membaca kondisi lapangan. Mengenai tata pelaksana pendidikan yang lebih adaptif dan dinamis. 

Pemanfaatan teknologi: metode pendidikan, penguatan kapasitas dan kapabilitas unsur pendidikan melalui soft dan hard skill, kepaduan visi misi dari hierarki pusat dan daerah, kolaborasi unsur pendidikan (internal)  dengan masyarakat, orang tua, dan elemen penunjang pendidikan lainnya.

Dengan adanya pembaharuan dan perpaduan yang kompleks, diharapkan terwujudnya pendidikan Indonesia sesuai titah pendidikan itu sendiri yang tidak menghilangkan sendi-sendi kultural, normatif, dan kearifan lokal Indonesia.

Bagaimanapun, perubahan dunia jangan sampai mengubah pola hidup yang luhur masyarakat Indonesia.

Dengan momentum pandemi covid-19 dan masa transisi ini, diharapkan pendidikan Indonesia lebih sadar, paham, dan ekstra berbenah terhadap segala kelemahan selama pandemi covid-19.

Perbaikan dan perubahan harus diciptakan secara continue dan terukur. Setidaknya, pendidikan Indonesia mampu keluar dari gejolak-gejolak internal dan mampu mencatatkan namanya di arena dunia sebagai salah satu pendidikan terbaik dunia.

Tentunya, hal ini harus didukung oleh semua elemen, terkhususnya pemerintah, pendidik, dan peserta didik.

Penulis sangat percaya, bahwa yang dapat mengubah Indonesia, mulanya adalah dari sistem pendidikan. Pendidikan lah yang menjadi tolak ukur utama dan yang paling dasar untuk mengubah orientasi Indonesia menjadi negara yang maju disertai sifat-sifat luhur bangsa Indonesia.

Harapannya, Indonesia betul-betul sebagai bangsa yang independen, merdeka, dan luhur dan arif sesuai sifat alamiah Indonesia: yang berbeda-beda tapi satu: bhinneka tunggal ika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun