Ada beberapa metode dalam manajemen konflik yang konstruktif untuk menciptakan suasana dalam organisasi berlangsung dinamis, yaitu metode akomodatif, menghindar, kolaborasi, kompromi, kompetisi dan konglomerasi.[1]
a. Akomodatif
Metode ini memposisikan pimpinan atau manajer sebagai penengah dan pendamai para pihak yang terlibat konflik dengan membuka diri untuk menerima dan menampung seluruh aspirasi dan pendapat dari pihak yang berkonflik, sehingga konflik dapat dikendalikan dan dimasukkan pengaruh positifnya bagi kemajuan perusahaan.
b. Menghindar dari Konflik
Strategi ini dilakukan sebagai langkah antisipasi untuk mencegah dan menghindari potensi konflik. Di sini, seseorang dituntut untuk memiliki kepekaan dan daya analisis yang tajam dengan mampu mengidentifikasi adanya berbagai hal yang dapat mengakibatkan konflik, sehingga bisa mengambil kebijakan yang tepat sebelum terlanjur terjadi konflik.
c. Kolaborasi
Metode ini berupaya memecahkan konflik dengan cara membiarkan semua pihak yang terlibat konflik untik merundingkan bersama atau berkolaborasi dalam mencari dan menemukan penyelesaian yang menyeluruh. Pihak-pihak yang terlibat konflik harus terbuka dan berusaha mencari penyelesaian yang bijaksana dan adil yang dapat diterima oleh semua pihak. Namun sistem kolaborasi ini hanya akan efektif bila kedua belah pihak bisa menyepakati tujuan bersama.
d. Kompromi
Metode kompromi ini penyelesaian konflik dilakukan dengan upaya untuk mencapai kompromi, yakni masing-masing pihak yang terlibat konflik bersedia meminimalkan atau mengurangi tuntutan, keinginan atau kehendak, sehingga menghasilkan titik temu yang bisa diterima oleh kedua belah pihak. Metode ini merupakan metode manajemen konflik yang paling umum dilaksanakan dengan tujuan dapat memenangkan semua pihak dan tidak ada yang merasa dirugikan.
e. Kompetisi
Metode kompetisi diterapkan dengan cara membiarkan kedua belah pihak yang terlibat konflik untuk dapat berkompetisi secara sehat. Pimpinan/manajer bertindak sebagai penengah atau 'wasit' yang memantau dan mengawasi kedua belah pihak. Hal itu dapat didorong dengan pemberian bonus dan penghargaan bagi siapa yang berhasil menunjukkan prestasi yang tinggi. Jika persaingan dapat dipertahankan pada level yang tinggi dan sehat maka akan dapat mengarah pada konflik yang positif dan produktif.