Mobil pun melaju keluar gerbang komplek, menuju jalan raya. Di samping jalanan ini, kami pernah jogging berdua. Hari itu adalah hari minggu, berharap badan kami akan sehat, malah akhirnya kami berdua membeli es krim di dekat sini. Lagi-lagi, itu adalah toko es krim terbaik di kota ini, katanya. Aku pun hanya bisa mengangguk.
Empat kilometer dari toko es krim itu, ada bioskop yang dulunya kami pernah menonton bersama disana. Film-film yang kami tonton adalah film-film komedi. Katanya, "biar kita aja yang romantis, filmnya jangan." Aku terdiam, merah di wajahku tak bisa kusembunyikan, tak tahu harus berkata apa. Ironisnya, sepanjang film, kami hanya tertawa terbahak-bahak.
Pulang dari sana, kami singgah di salah satu restoran yang tak jauh dari bioskop itu.
"Ini adalah restoran terburuk di kota ini," katanya. "Aku mesen teh manis gak ada manis-manisnya!"
"Biarin. Cukup kamu aja yang manis," gombalku, membalasnya saat di bioskop tadi. Harapannya, kalimat itu akan menggoyahkan pertahanannya. Karena setiap kali aku gombal, dia malah balas dengan kata-kata yang lebih ampuh dariku.
"Basi tahu nggak!"
Rasa percaya diriku yang tadi sempat muncul langsung lenyap begitu saja. Tiba-tiba dia memalingkan muka cantiknya itu. Aku pun juga tak bisa menutupi muka merahku, tak menyangka aku bisa menang tanpa perlawanan. Hari itu pun ditutupi dengan kecanggungan yang tak dapat dibendung. Sesampainya di rumah, sehabis mengantarnya, aku buka ponsel dan mendapati dia mengirim pesan, "Basi tahu nggak." ANJIR! MASIH KEPIKIRAN SAMA DIA? Tak terpikir olehku, selama di restoran tadi dia masih memikirkan kalimatku tadi.
      "Maaf, Mas. Kita singgah dulu ke minimarket boleh nggak?" Tanya supir taksi itu, memecah lamunku.
      "Oh, gapapa, Pak. Santai aja, pesawatnya masih 4 jam lagi."
      Mobil pun menepi ke minimarket itu. Aku memilih untuk menunggu di mobil saja. Setelah memperhatikan minimarket ini dengan cermat, benakku langsung melayang ke masa ketika kami berdua pergi ke konser salah satu band favorit kami, Sheila On 7. Saat itu, tiba-tiba perutnya sakit lalu ia minta untuk singgah ke minimarket untuk beli minyak kayu putih. Padahal, kami sudah terlambat 10 menit, dan konsernya sudah mulai. Tapi apalah daya, aku pun juga tak bisa marah kepadanya.
      "Maaf, Mas, nunggu lama." Supir itu akhirnya kembali ke mobil.