Mohon tunggu...
Muhammad Hasan Mustofa
Muhammad Hasan Mustofa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

seorang mahasiswa yang gemar akan olahraga namun bukan hanya itu tapi apa yang didalamnyalah yang menarik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ternyata Inilah Alasan Anak SMA Kesulitan Belajar

27 Maret 2023   17:22 Diperbarui: 27 Maret 2023   17:32 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan merupakan suatu hal yang wajib dimiliki semua orang dengan pendidikan kita dapat mengetahui berbagai banyak pengetahuan dan juga mengangkat derajat serta pemikiran kita terhadap suatu hal dengan benar. Pendidikan mengajarkan kita tentang perilaku yang baik dan benar serta menjadi salah satu yang menentukan kehidupan. Dalam menjadi penentu kehidupan,  pendidikan menjadikan seseorang untuk berusaha keras dan rajin dalam belajar. 

Namun, tidak semua orang memiliki kesempatan dan kemampuan yang sama dalam belajar. Dalam hal ini anak SMA (Sekolah Menengah Atas) cenderung sering mengalami kesulitan dan hambatan dalam belajar padahal masa inilah dimana mereka menentukan nasib mereka akan kearah mana apakah akan bekerja atau melanjutkan perkuliahan. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai mengapa anak SMA kesulitan belajar.

Adapun kesulitan yag dialami anak SMA adalah pertama motivasi belajar, kedua kurangnya keterampilan dalam belajar, ketiga adanya gangguan kesehatan mental, keempat adanya tekanan sosial dan yang terakhir kurangnya dukungan. Beberapa hal tersebut memiliki hubungan seperti gangguan kesehatan mental dan kurangnya dukungan mempengaruhi motivasi belajar dan keterampilan sosial yang mengakibatkan adanya tekanan sosial.

5 poin diatas merupakan hal hal yang sering kita temui diberbagai artikel maupun jurnal dan rasakan tentunya saat duduk dibangku SMA. hal tersebut mungkin terjadi pada beberapa orang dan lainnya tidak mengalaminya. Di sisi yang lain penulis juga memiliki opini yang sedikit berbeda dari 5 poin tersebut karena ada beberapa aspek yang belum terjelaskan dan dapat dipahami dengan mudah bisa alasan mengapa tidak termotivasi atau mengapa terjadinya tekanan sosial. Berikut ini merupakan faktor penghambat/kesulitan belajar pada anak SMA.

1. Kurang memiliki rasa perhatian

Rasa perhatian ini merupakan rasa yang sangat diinginkan bukan pada anak SMA saja namun untuk semua orang. Rasa perhatian ini timbul dari suasana lingkungan dan perasaan yang kuat terhadap rangsangan yang menimbulkan rasa perhatian. Oleh karena itu, rangsangan ini sering kali diabaikan oleh orangtua sebagai guru pertama anak-anak dan ini juga yang menjadi alasan mengapa tidak berani bertanya atau berpendapat karena dari kecil mereka dimungkinkan ketika mencoba untuk berbicara/mendapatkan perhatian dari ibunya.

Malahan ibunya ngrumpi atau berbicara dengan yang lainnya kemudian anaknya melakukan tindakan yang berbahaya/tidak diinginkan baru diomelin namun dalam konteks ini anak menjadi paham bahwa cara mendapatkan perhatian  adalah hal yang semacam itu. Jadi ketika dia sekolah terutama di SMA ini menjadi nakal/bandel bukan karena keinginannya menjadi nakal namu  hanya ingin diperhatikan

Perhatian ini bukan saja dari orangtua namun guru juga berperan memberikan perhatian seperti dalam teori kebutuhan maslow dimana perhatian menjadi tolak ukur dalam melakukan pendidika. Didalamnya ada afeksi, fisologi dan sebagainya. Perhatian ini bukan hanya terfokus pada anak yang paling pintar dan paling bodoh dikelas karena anak yang biasa saja juga membutuhkan perhatian. Sebab mereka juga harus dipenuhi kebutuhannya untuk diberi perhatian tentunya hal ini tidak mudah mengingat murid yang diajar tidak sedikit bisa 20-40an namun dengan memenuhi kebutuhan ini dibutuhkan kekreatifan guru dalam metode pembelajaran nya.

2. Anak SMA "tidak memiliki pilihan"

 Anak SMA tidak memiliki pilihan ini maksudnya beberapa dari mereka secara sadar ataupun tidak sadar mereka menjalankan persekolahan dengan bukan pilihannya sendiri melainkan karena teman atau dipaksakan oleh orang tuanya. Beberapa diantara mereka tidak memiliki pilihan karena mereka minim sekali akan kemampuan bernegosiasi nya atau berpendapat mengenai keinginannya karena mereka seringkali dibatasi oleh orangtuanya sendiri.

Sebagai contohnya ketika kecil kita diajak ke toko/warung untuk membeli sesuatu dan orangtua kita menawarkan/memberikan pilihan, ketika kita memilih es misalnya tidak diperbolehkan nanti sakit, nanti batuk dsb. Ketika memilih mainan dilarang karena dirumah udh banyak dan sebagainya sampai disana hanya membuang membuang waktu saja dan akhirnya tidak memilih atau dipilihkan orangtuanya secara tidak langsung. Seperti itulah alasan mengapa tidak bisa memilih karena adanya batasan tertentu yang akhirnya mengekang kebebasan memilih mereka. 

Disamping ketidakbisaan untuk memilih juga ada resiko anak terkena gangguan kesehatan mental seperti depresi, stress, cemas berlebihan dan sebagainya.

3. Materi yang diajarkan repetetif dan beban tugas yang berat

Materi yang diajarkan cenderung repetitif itu-itu saja tidak ada proses berkelanjutan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari karena materi yang diajarkan hanya berfokus pada hafalan yang akhirnya setelah diujikan perlahan akan menghilang dan hanya tersisa sedikit mungkin garis besar atau sedikit bab nya saja. Materi yang diajarkan sudah itu-itu saja ditambah tugasnya yang luar biasa banyak untuk anak SMA sekitar 11-17 mata pelajaran. 

Dari puluhan pelajaran tersebut apakah memungkin memberikan 1 tugas permata pelajaran? Tentunya tidak jika kita melihat kehidupan mereka diluar persekolahan ada beberapa tugas rumah, belum lagi untuk les/bimbel yang tentunya ada tugas/membuat belajar lebih lagi diluar mata pelajaran yang seharusnya, tugas yang diberikan cukup berat mengingat pada kelas 12 akan ada ujian nasional dan sekolah yang menambah waktu belajar yang membuat mereka kesulitan dalam berkonsentrasi pada pembelajaran karena beban yang cukup berat tersebut.

4. Tidak menghargai ilmu dan guru

Tidak menghargai ilmu dan guru mungkin sering sekali untuk ditemui pada mereka saat di jenjang SMA dimana pada masa setelah peralihan anak ke remaja menjadi remaja yang menjadi dewasa. Disini sering sekali adanya pencarian identitas yang membuat mereka lupa bahwa ada beberapa hal yang harus dilakukan selain mencari hal tersebut yaitu belajar. Dengan belajar kita akan menghargai ilmu sekecil apapun.  

Menghargai ilmu dan guru ini jika kita melihat pada kitab ta'lim mu ta'lim merupakan hal yang wajib dilakukan oleh seorang murid. Kita dapat menghargai ilmu seperti menaruh buku pada tempatnya, ketika membaca tidak meletakkannya dikaki, menghormati teman dalam menuntut ilmu baik yang kita ajari maupun yang mrngajari kita.

Hal tersebut merupakan etika dasar dalam menghargai ilmu namun dalam praktiknya beberapa orang melupakan hal dasar tersebut, merasa sombong dan merendahkan ilmu dengan berdalih ilmu tersebut tidak akan digunakan di kehidupan kita  perasaan sombong dan meninggi inilah yang membuat seseorang menjadi kesulitan dalam memperoleh ilmu karena memang harus diperlukan kerendahan hati untuk menerima ilmu dan hal ini terjadi dimungkinkan karena di zaman sekarang ini informasi/ilmu itu mudah didapatkan di internet atau disosmed.

Tidak menghargai guru juga termasuk dalam alasan kesulitan dalam belajar. Dalam beberapa kasus beberapa mahasiswa yang tidak menghargai gurunya seperti menghina, mencaci, mengolok olok sampai bermain fisik. Hal ini bertentangan dengan apa yang seharusnya dilakukan oleh murid dimana mereka seharusnya menghormati, tunduk, patuh dan menaatinya. Ketika kita tidak menaruh hormat pada guru kita maka kita tidak akan mendapatkan keberkahan dan kerelaan hati dari guru sehingga ilmu yang diberikan cenderung akan sulit untuk masuk/diterima. 

Tidak menghargai guru ini terjadi disebabkan beberapa faktor seperti guru yang menyampaikan dengan kurang baik/kesan yang diberikan tidak baik, murid yang merasa lebih tahu/paham akan materi dalam hal ini muncul kesombongan dalam hati murid karena beberapa kejadian mungkin karena informasi yang diberikan sudah pernah didengar atau dianggap tidak penting oleh muridnya sehingga ilmu yang diberikan hanya seperti angin lewat saja.

5. Kurang gizi/makanan yang tidak sehat

Gizi buruk atau bisa dikatakan kurang gizi, seseorang yang mengalami kurang gizi ini akan membuat tubuhnya menjadi lemah, tidak bertenaga, jaringan Otot dan tulang akan melemah yang memiliki resiko mengalami rapuh. Kurangnya gizi ini juga berdampak pada otak yang menyebabkan kesulitan dalam mengingat, berpikir, dan konsentrasi. Hal ini yang menjadi kendala di negara kita bahwa banyak anak yang masih mengalami kekurangan gizi padahal seharusnya tubuh manusia terutama anak-anak membutuhkan banyak kalori dan beberapa nutrisi yang memadai.

Alasan mengapa anak menjadi kurang gizi tidak lain disebabkan orang tuanya yang sebenarnya belum siap untuk melahirkan dan membesarkan anak. Orang tua orang tua yang seperti inilah yang membuat anak menjadi tidak mendapatkan gizi atau makanan yang seimbang hal ini disebabkan ekonomi mereka yang belum siap namun nekat untuk menikah dan membesarkan anak. Pernikahan mereka hanya untuk mengikat cinta saja tanpa memikirkan aspek untuk membesarkan dan mendidik anak dengan baik.

Kurangnya gizi ini juga berdampak pada panca indera anak yang tentunya akan menggangu seperti pendengaran yang kurang tidak akan mendapatkan informasi dengan mudah untuk ke otak. Kemudian contohnya penglihatan akan berdampak pada kemampuan untuk melihat huruf atau nomor/numerasi yang berlanjut pada kesulitan untuk memproses informasi dan memecahkan masalah.

Hal ini juga sesuai dengan teori maslow tentang kebutuhan fisologis yang disebut sebagai kebutuhan paling mendasar dari hirarki kebutuhan maslow. Kebutuhan ini sering disebut dengan kebutuhan primer yang meliputi makan, tempat tinggal dan pakaian. Seseorsng haruslah memenuhi kebutuhan paling mendasar nya terlebih dahulu sebelum ke kebutuhan selanjutnya karena hal inilah yang paling kuat dan paling penting untuk di penuhi.

Berdasarkan berbagai gejala yang teramati dan faktor penyebab kesulitan belajar, maka upaya dilakukan guru, murid dan orang tua antara lain:

1.Tempat duduk siswa

Anak yang mengalami kesulitan pendengaran dan penglihatan hendaknya mengambil posisi tempat duduk bagian depan.

Mereka akan dapat melihat tulisan di papan tulis lebih jelas. Begitu pula dalam mendengar semua informasi belajar yang diucapkan oleh guru.

2.Gangguan kesehatan

Anak yang mengalami gangguan kesehatan sebaiknya diistirahatkan di rumah dengan tetap memberinya bahan pelajaran dan dibimbing oleh orangtua dan keluarga lainnya. Untuk anak yang mengalami gangguan kesehatan yang berlebih seperti depresi, skizofrenia dan sebagainya perlu adanya rujukan untuk membawanya ketempat yang lebih tepat seperti rumah sakit jiwa dan ditangani oleh terapis.

3.Program remedial

Siswa yang gagal mencapai tujuan pembelajaran akibat gangguan internal, perlu ditolong dengan melaksanakan program remedial. Teknik program remedial dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di antaranya adalah mengulang kembali bahan pelajaran yang belum dikuasai, memberikan tugas-tugas tertentu kepada siswa, dan lain sebagainya.

4. Meningkatkan motivasi belajar murid

Pemberian motivasi pada murid akan meningkatkan belajar siswa. Dengan memberikan contoh pengalaman orang orang yang sukses atau pengalaman diri yang dapat memberikan pandangan agar murid bisa termotivasi dan tergerak untuk melakukan perubahan dengan belajar lebih giat.

Peningkatan motivasi belajar ini bisa dilakukan tidak secara langsung dengan motivasi ucapan namun dapat memperbaiki metode mengajar yang lebih tepat terhadap para muridnya. Menjadikan murid menjadi aktif dengan memberikan reward ketika mereka berhasil aktif baik dalam menjawab maupun aktif bertanya.

5.Bantuan media dan alat peraga

Penggunaan alat peraga pelajaran dan media belajar kiranya cukup membantu siswa yang mengalami kesulitan menerima materi pelajaran. Boleh jadi kesulitan belajar itu timbul karena materi pelajaran bersifat abstrak sehingga sulit dipahami siswa.

Media dan alat peraga ini dapat membantu guru untuk menjelaskan beberapa materi materi yang sulit menjadi materi yang mudah dan menyenangkan. Penggunaan media ini dapat merangsang dan memicu murid untuk meningkatkan motivasi belajar dan juga untuk menyamakan persepsi antara murid dan siswa pada materi yang diberikan

6. Suasana belajar menyenangkan

Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah menciptakan suasana belajar kondusif. Suasana belajar yang nyaman dan menggembirakan akan membantu siswa yang mengalami hambatan dalam menerima materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan teori maslow dari tingkatan kedua dan ketiga dimana dibutuhkan rasa aman dan rasa sosial dari suasana belajar yang menyenangkan.

7. Memberikan atensi/perhatian dan kesempatan terhadap murid

Pemberian atensi terhadap murid dapat meningkatkan rasa dianggap atau memiliki eksistensi. Perhatian ini bisa diberikan beberapa kali saat pelajaran maupun ketika guru menegur siswa yang "nakal" di kelas, dalam artian seperti suka menyela, menganggu temannya, menggunakan headset dan sebagainya. Ketika menegur siswa tersebut harus menggunakan teguran yang halus dengan menanyakan apa alasannya dia kemudian kita masuk agar akhirnya kita memberi saran agar melakukannya diluar/berhenti untuk melakukan hal yang buruk. Perhatian ini juga harus dilakukan oleh orangtua dengan menanyai kabar dan sebagainya yang tentunya akan memberikan rasa perhatian pada anaknya

Selalu berikan kesempatan terhadap murid agar melakukan sesuatu yang dia inginkan. Contohnya jika anak suka banyak gerak kita arahkan ke olahraga, anak yang suka berbicara bisa kita arahkan ke pidato/debat dan sebagainya. Hal ini memungkinkan untuk memunculkan bakat yang tersembunyi pada murid agar mendapatkan ruang supaya ia bisa menyalurkan bakatnya yang tentunya ini diperlukan pengamatan yang jeli dan teliti dari guru. Pemberian kesempatan ini tidak terlupa pada peran orangtua yang harus mendukung bakat anaknya jangan karena keegoisan diri yang dulu belum didapatkan kemudian dilimpahkan pada anak.

8. Mengedukasi makanan sehat

Terdapat stigma terhadap makanan yang sehat itu mahal padahal sebenarnya mereka belum memiliki pengetahuan tentang makanan apa saja yang termasuk makanan sehat. . Oleh karena itu mengedukasi makanan  sehat hal ini digunakan untuk memberikan pengetahuan dan menghindari serta mengatasi kurang gizi dari anak.

Dalam mengedukasi guru dapat memberikan pengetahuan dan cara mengatur makanan yang sehat pada murid/anak yang kemudian juga bisa mengajak orangtua untuk sadar untuk memberikan anak makanan yang sehat.  Pemerintah juga turut andil dalam masalah makanan sehat ini dengan mengadakan sosialisasi di posyandu maupun di tempat berkumpulnya masyarakat, serta melakukan kampanye makanan sehat agar masyarakat teredukasi.

Itulah beberapa alasan dan cara mengatasi kesulitan belajar pada anak SMA. Ternyata bukan peran guru saja yang berdampak pada kesulitan anak namun dari diri murid dan peranan orangtua juga. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan memotivasi untuk mengatasi kesulitan belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun