Setelah sholat dan khutbah Idul Fitri selesai, masyarakat biasanya tidak terburu-buru pulang ke kediaman masing-masing, masyarakat terlebih dahulu halal bihalal atau mushofahah yaitu bersalam-salaman atau bermaaf-maafan kepada sanak saudara baik itu yang bertinggal di Desa Kemu tersebut atau pun kepada para pemudik yang mudik ke Desa Kemu. Â
Setelah itu, masyarakat Desa Kemu memiliki tradisi untuk beramai-ramai menuju rumah orang tua seperti kakek dan nenek atau kerumah sanak saudara yang dituakan di anggota keluarga seperti paman tertua atau bibi tertua.Â
Para anggota keluarga besar berkumpul dan saling bermaaf-maafan. Kegiatan halal bihalal atau bermaaf-maafan dengan keluarga biasanya akan berjalan sekitar sampai dengan hari ketiga Idul Fitri.
Masyarakat Desa Kemu juga memiliki tradisi pada hari kedua Idul Fitri untuk berziarah ke makam-makam keluarga yang telah tiada pada pagi hari sekitar pukul 7 sampai dengan pukul 9 pagi, dalam kegiatan tradisi ini, masyarakat beramai-ramai ke pemakaman umum menuju ke makam-makam saudara dan berdoa untuk mendoakan sanak saudara yang telah terlebih dahulu meninggalkan dunia.Â
Selain mengirimkan doa kepada sanak saudara yang telah berpulang ke rahmatullah, masyarakat juga biasanya mengirimkan bacaan surah Yasin, selain itu juga menaburkan bunga dan juga menyiramkan air di makam-makam tersebut. Setelah berziarah ke kuburan sanak saudara, masyarakat biasanya akan kembali bersilaturahmi ke kediaman sanak saudara lain.
"Iya, kerasa beda lebaran sekarang sama dulu, apalagi desa nya udah di pecah jadi masing-masing desa," kata Bapak Ubaidillah, selaku pemudik yang sedang mudik ke kampung halaman istrinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H