Mohon tunggu...
MUHAMMAD GHIFARI ZIKRULLAH
MUHAMMAD GHIFARI ZIKRULLAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi 23107030110 UIN Sunan Kalijaga

Saya Zikry, saya tertarik artikel terkait olahraga, pendidikan, politik, agamis, atau berita-berita terbaru.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Hari Raya dan Tradisi di Desa Kemu, Sumatera Selatan

18 April 2024   23:15 Diperbarui: 19 April 2024   00:34 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah sholat dan khutbah Idul Fitri selesai, masyarakat biasanya tidak terburu-buru pulang ke kediaman masing-masing, masyarakat terlebih dahulu halal bihalal atau mushofahah yaitu bersalam-salaman atau bermaaf-maafan kepada sanak saudara baik itu yang bertinggal di Desa Kemu tersebut atau pun kepada para pemudik yang mudik ke Desa Kemu.  

masyarakat menuju kediaman sanak keluarga yang dituakan untuk bermaaf-maafan (Dok. Pribadi)
masyarakat menuju kediaman sanak keluarga yang dituakan untuk bermaaf-maafan (Dok. Pribadi)

tradisi bermaaf-maafan dengan sungkem kepada yang lebih tua (Dok. Pribadi)
tradisi bermaaf-maafan dengan sungkem kepada yang lebih tua (Dok. Pribadi)

Setelah itu, masyarakat Desa Kemu memiliki tradisi untuk beramai-ramai menuju rumah orang tua seperti kakek dan nenek atau kerumah sanak saudara yang dituakan di anggota keluarga seperti paman tertua atau bibi tertua. 

Para anggota keluarga besar berkumpul dan saling bermaaf-maafan. Kegiatan halal bihalal atau bermaaf-maafan dengan keluarga biasanya akan berjalan sekitar sampai dengan hari ketiga Idul Fitri.

tradisi berziarah kubur di hari kedua Idul Fitri (Dok. Pribadi)
tradisi berziarah kubur di hari kedua Idul Fitri (Dok. Pribadi)

Masyarakat Desa Kemu juga memiliki tradisi pada hari kedua Idul Fitri untuk berziarah ke makam-makam keluarga yang telah tiada pada pagi hari sekitar pukul 7 sampai dengan pukul 9 pagi, dalam kegiatan tradisi ini, masyarakat beramai-ramai ke pemakaman umum menuju ke makam-makam saudara dan berdoa untuk mendoakan sanak saudara yang telah terlebih dahulu meninggalkan dunia. 

Selain mengirimkan doa kepada sanak saudara yang telah berpulang ke rahmatullah, masyarakat juga biasanya mengirimkan bacaan surah Yasin, selain itu juga menaburkan bunga dan juga menyiramkan air di makam-makam tersebut. Setelah berziarah ke kuburan sanak saudara, masyarakat biasanya akan kembali bersilaturahmi ke kediaman sanak saudara lain.

berfoto dengan orang tua setelah bermaaf-maafan (Dok. Pribadi)
berfoto dengan orang tua setelah bermaaf-maafan (Dok. Pribadi)

"Iya, kerasa beda lebaran sekarang sama dulu, apalagi desa nya udah di pecah jadi masing-masing desa," kata Bapak Ubaidillah, selaku pemudik yang sedang mudik ke kampung halaman istrinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun