Agenda pawai obor dimulai kurang lebih sekitar pukul delapan malam. Di Desa Kemu sendiri awal mulanya dibagi 3 daerah dalam satu desa, dan masing-masing daerah tersebut terdapat satu masjid.Â
Ada daerah Kemu Ulu untuk desa bagian atas, kemudian Kemu Induk untuk desa bagian tengah, dan Kemu Anugerah untuk desa bagian bawah. Dan ketika puncak acara pawai obor atau pada malam menyambut Hari Raya Idul Fitri tiba, masing-masing masjid atau daerah akan mengirimkan masyarakat atau warga yang akan mengarak bedug yang telah dihias sedemikian rupa dengan lampu warna-warni sambil menggemakan takbir.Â
Sebelum Desa Kemu dipisah dan dijadikan 3 desa dengan masing-masing nama tersebut, awal mulanya masing-masing daerah mengirimkan masyarakat yang ikut meramaikan malam tersebut ke sebuah pertigaan tempat yang menghubungkan Desa Kemu bagian Kemu Ulu, Kemu Induk, dan Kemu Anugerah tersebut, setelah itu baru masyarakat beramai-ramai keliling daerah-daerah atau bagian-bagian dari Desa Kemu tersebut.
Namun saat ini, Desa Kemu telah dipisahkan, dan dijadikan masing-masing daerah tersebut dengan Kades atau Kepala Desa masing-masing. Karena hal tersebut juga, tradisi pawai obor yang biasa di lakukan pun berubah.Â
Saat ini masing-masing daerah atau desa tidak lagi berkumpul terlebih dahulu di pertigaan yang menghubungkan daerah-daerah Desa Kemu atau yang masyarakat setempat biasa menyebutnya Simpang Kemu.Â
Seperti contohnya masyarakat atau warga yang berada di daerah atau di Desa Kemu Induk, saat ini hanya melakukan kegiatan pawai obor dengan berkeliling di sekitaran Desa Kemu Induk dan tidak melewati batas wilayah daerah Desa Kemu Ulu maupun Desa Kemu Anugerah.
"Ya beginilah sekarang, kayaknya pawai obor udah gak semeriah dulu lagi, jadi lumayan sepi gini pawai obornya," ujar Wawan, selaku warga yang bertinggal di Desa Kemu Induk.
"Kalau dulu enak (pawai obornya), jalannya juga jauh," kata Mahriniyati, seorang ibu kelahiran Desa Kemu yang saat ini bertinggal di Kota Bandar Lampung dan sedang mudik ke kampung halamannnya.
Tepat pada Hari Raya Idul Fitri, masyarakat setempat sekaligus juga pemudik melaksanakan sholat Idul Fitri di lapangan setempat di daerah masing-masing, seperti misalnya di Desa Kemu Induk masyarakat melaksanakan sholat Idul Fitri berjamaah di Lapangan Sepak Bola Kemu.Â
Sholat Idul Fitri di Desa Kemu dimulai dengan pembacaan ma'lumat-ma'lumat atau informasi terkait masjid di desa tersebut oleh pembuka acara, lalu kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Desa setempat, dan beberapa sambutan dari beberapa tokoh-tokoh masyarakat di Desa Kemu Induk begitu pula pada desa lainnya. Hingga setelah selesai sambutan-sambutan barulah dimulakan sholat Idul Fitri.Â