Mohon tunggu...
Muhammad Ghathfan Faiz Faruq
Muhammad Ghathfan Faiz Faruq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Uin Maulana Malik Ibrahim Malang

Di harapkan tulisan yang saya susun dapat bermanfaat bagi para pembacanya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kecerdasan Kognitif dalam Toxic Relationship

13 Oktober 2022   10:55 Diperbarui: 11 November 2022   01:51 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa saja orang yang toxic muncul karena merasa dirinya sangat dicintai dan disayangi sehingga ia lupa menghargai bahkan merendahkan orang yang tulus padanya karena merasa paling disayangi dan dicintai disini kita melihat bahwa orang toxic bisa di katakan bodoh karena telah menyia-nyiakan orang yang telah tulus padanya.

Jadi seperti itulah gambaran kecerdasan kognitif dalam toxic relationship sang pelaku atau orang yang toxic lalu bagaimana gambaran kecerdasan kognitif sang korban?

Beralih kesudut pandang korban bisa dikatakan si korban toxic relationship ini kerap tidak menggunakan akal sehatnya untuk melihat bahwa dirinya itu dikasarin, direndahkan, dihina.

Bahkan, hingga kehilangan kepercayaan dirinya dikarenakan kerap diperlakukan tidak adil maka ia mengaggap dirinya pantas di perlakukan demikian itu semua karena kehilangan jati diri dan kepercayaan dirinya.

Pada kasus ini si korban tak dapat melawan karena rasa sayang si korban yang begitu besar kepadanya, lalu mengapa bisa sesayang itu? banyak faktor mengapa korban dari toxic relationship ini tetap bertahan meskipun sudah berkali-kali disakiti, dikecewakan bahkan direndahkan.

Pertama si korban ini merasa bahwa inner childnya itu senang dengan si pelaku sebab semenjak kecil si korban di perlakukan hampir sama dan yang ke dua bisa saja si korban orang yang sangat sulit untuk jatuh cinta jadi sekali ia merasa jatuh cinta ia akan mencintai perempuan yang bisa membuatnya jatuh cinta.

Bagaimanapun kondisinya yang yang terakhir besar kemungkinan si korban ini baru pertama kali dalam menjalin hubungan spesial jadi belum dapat membedakan mana itu hubungan yang sehat mana itu hubungan yang toxic.

Kebanyakan korban dari toxic relationship ini adalah orang yang tulus tanpa ada alasan untuk dicintai dan disayangi kembali dan ditambah lagi si korban merasa si pelaku suatu saat nanti akan berubah dan dia akan memetik hasil dari perjuangan penantian panjangnya.

Namun dari penjelasan diatas bisa di katakan bahwa si korban ini mengalami gangguan pada fungsi kognitifnya sebab ia tidak dapat merasakan dan mengenali hal yang telah dilakukan si pelaku toxic ini pada dirinya sendiri.

Di sini saya memiliki teman yang terjebak pada toxic relationship karena rasa sayangnya begitu besar pada pasangannya sehingga sulit untuk meninggalkan hubungan ini kesaksian beliau mengenai hubungannya ialah baik ia mau pun pasangannya ingin sekali berubah untuk menjallani hubungan yang sehat.

Beliau mengatakan pasangannya itu masih belajar untuk menghargai dia karena pasangannya itu memiliki trauma dan pasangannya itu kondisinya sedang tidak baik-baik saja banyak faktor yang membentuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun