Lebih dari itu, AI masih sangat bergantung pada data historis untuk memproses jawabannya, sehingga kurang dapat memahami konteks terkini atau menilai dinamika sosial-politik yang sedang berlangsung.Â
Di sinilah peran jurnalis manusia menjadi sangat penting. Jurnalis tidak hanya melaporkan fakta, tetapi juga memberikan konteks, analisis kritis, dan perspektif manusiawi yang belum bisa ditiru oleh AI.
Selain itu, ada isu serius terkait etika dan akuntabilitas. Pavlik (2023) menekankan bahwa AI, meskipun pintar, tidak memiliki kesadaran etis. Ini berpotensi berbahaya, terutama ketika kita berbicara tentang berita palsu (fake news) atau manipulasi informasi.Â
Pada tahun 2022, misalnya, penggunaan teknologi AI untuk membuat gambar atau berita palsu telah menimbulkan masalah serius dalam hal disinformasi, yang semakin memperkeruh kepercayaan masyarakat terhadap media.Â
Dalam survei yang dilakukan oleh Pew Research Center (2022), lebih dari 65% orang dewasa di AS mengatakan bahwa mereka khawatir tentang dampak berita palsu di media digital.
Di sisi lain, AI juga menawarkan peluang besar bagi pendidik media dan jurnalisme. Pavlik menyarankan bahwa pendidikan harus mulai mengintegrasikan AI ke dalam kurikulum untuk membantu siswa memahami teknologi ini dan memanfaatkannya secara etis.Â
Dengan pengawasan yang tepat, AI bisa menjadi alat yang kuat dalam meningkatkan kualitas pelaporan dan penyampaian informasi. Pada saat yang sama, para pendidik harus tetap fokus pada pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan etis di antara siswa.
Maka dari itu, sementara AI dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat dalam mendukung jurnalisme modern, itu tetap memerlukan bimbingan manusia untuk memastikan bahwa kualitas, integritas, dan akurasi informasi tetap terjaga.
***
Penggunaan AI dalam jurnalisme membawa dualisme antara ancaman dan peluang. Di satu sisi, AI, seperti ChatGPT, mampu meningkatkan efisiensi dan mempercepat proses pengolahan data, memungkinkan jurnalis untuk lebih fokus pada tugas yang membutuhkan kreativitas dan analisis mendalam.Â
Namun, seperti yang disampaikan Pavlik (2023), AI juga menimbulkan tantangan besar dalam hal etika, akurasi, dan kepercayaan publik terhadap media. AI belum mampu menggantikan sensitivitas manusia dalam menghadapi isu-isu kompleks dan dinamis yang sering kali melibatkan banyak aspek sosial.