Mohon tunggu...
MUHAMMAD FEBRIAN MUHARAM
MUHAMMAD FEBRIAN MUHARAM Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCU BUANA

NIM: 41123110005

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menjadi Sarjana dan Menciptakan Etika Kebahagiaan

27 Januari 2025   20:46 Diperbarui: 27 Januari 2025   20:46 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Power Point Pertemuan 1,2, 3 Mata kuliah Kode Etik Umd Hal. 3

Aristotle mengajarkan konsep jalan tengah (golden mean), yaitu kebajikan yang berada di antara dua ekstrem. Sebagai sarjana, kita dapat menerapkan prinsip ini dalam berbagai aspek kehidupan:

  • Belajar dengan seimbang: Tidak terlalu malas (kurang usaha) tetapi juga tidak berlebihan hingga mengorbankan kesehatan atau hubungan sosial.
  • Berinteraksi dengan orang lain: Menjadi tegas tanpa menjadi agresif, atau bersikap baik tanpa terlalu pasif.
  • Manajemen waktu: Menyeimbangkan studi, pekerjaan, dan waktu luang untuk menjaga kesehatan mental dan fisik.

Bagaimana Kita dapat menerapkan etika kebahagiaan dengan

Setelah menyelesaikan pendidikan, seorang sarjana dihadapkan pada tantangan untuk mengintegrasikan nilai-nilai etika kebahagiaan ke dalam kehidupan profesional. Dunia kerja sering kali penuh dengan tekanan, persaingan, dan godaan untuk mengorbankan prinsip-prinsip moral demi keuntungan pribadi. Namun, dengan berpegang pada pandangan Aristotle tentang kebajikan, seorang sarjana dapat menjadi profesional yang tidak hanya sukses, tetapi juga bermartabat.

Kebijaksanaan dalam Pengambilan Keputusan

Dalam dunia kerja, kebijaksanaan (phronesis) adalah kemampuan untuk membuat keputusan yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga adil dan bermoral. Misalnya, seorang manajer yang bijaksana tidak hanya fokus pada keuntungan perusahaan, tetapi juga mempertimbangkan kesejahteraan karyawan dan dampak sosial dari keputusan bisnisnya.

Etika Kebajikan dalam Kepemimpinan

Seorang sarjana yang menjadi pemimpin harus memahami pentingnya kebajikan dalam kepemimpinan. Pemimpin yang baik adalah seseorang yang memiliki integritas, keadilan, dan empati. Ia mampu menginspirasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama tanpa mengorbankan nilai-nilai etis.

Kontribusi kepada Masyarakat

Sebagai bagian dari masyarakat, seorang sarjana memiliki tanggung jawab untuk menggunakan ilmunya untuk kebaikan bersama. Misalnya, seorang dokter yang memahami etika kebahagiaan Aristotle tidak hanya fokus pada pengobatan penyakit, tetapi juga pada peningkatan kualitas hidup pasien secara keseluruhan.

*  Aristotle. (2009). Nicomachean Ethics (Terj. W.D. Ross). Oxford University Press.
(Sumber utama tentang etika kebahagiaan dan konsep eudaimonia)

*  Broadie, S., & Rowe, C. (2002). Aristotle: Nicomachean Ethics: Translation, Introduction, and Commentary. Oxford University Press.
(Penjelasan mendalam tentang etika Aristotle dan relevansinya di era modern)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun