Hal ini bisa terjadi jika saham yang dimiliki tidak dapat terjual dengan cepat atau menyesuaikan harga yang diinginkan. Sedangkan, penjualan perlu dilakukan demi mencegah sebuah kerugian. Misalnya saja kamu memiliki saham B yang dibeli pada harga Rp5.000/lembar, dan kamu ingin menjual kembali pada harga Rp5.500/lembar. Namun, saham B sulit terjual pada harga yang telah kamu tentukan. Akhirnya kamu menjual saham B Â dengan harga lebih rendah, dari yang kamu harapkan.Â
- Resiko Inflasi
Waspadai ketika terjadi inflasi yang meningkat karena daya beli yang menurun. Artinya, setiap nilai uang hanya dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Misalnya, jika dulu uang Rp50.000 bisa cukup untuk beli dua cup kopi favorit, sekarang hanya bisa untuk satu cup.
Sehingga, dampak dari harga saham yang kamu miliki juga mengalami penurunan. Inflasi juga dapat mengakibatkan harga saham menjadi lebih rendah daripada saat kamu membelinya, pada akhirnya membuat kamu merugi ketika akan menjual saham tersebut.
- Resiko Delisting
Delisting saham adalah penghapusan saham perusahaan atau emiten oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dari daftar perusahaan publik. Sehingga sahamnya tidak dapat diperjualbelikan lagi di pasar saham. Penyebab terjadinya delisting saham antara lain, perusahaannya berhenti beroperasi, menyatakan bangkrut, merger, tidak sesuai ketentuan bursa, atau memutuskan untuk menjadikan perusahaan tertutup.
Proses delisting saham bisa berlangsung sukarela oleh perusahaan atau emiten bersangkutan, yang seringkali terjadi karena volume perdagangan sahamnya rendah. Ada juga delisting yang terpaksa karena perusahaan tersebut melanggar aturan atau standar keuangan yang ditetapkan otoritas bursa.
Siapkan Strategi Berinvestasi
Resiko dalam berinvestasi tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, tapi bisa diminimalisir. Ada beberapa strategi yang perlu kamu siapkan untuk mengurangi resiko dalam investasi saham.Â
- Diversifikasi investasiÂ
Sebaiknya kamu menghindari hanya membeli pada satu macam saham saja. Cobalah membeli beberapa saham dari perusahaan atau sektor usaha yang berbeda-beda. Malah, ada baiknya kamu mengkombinasikan antara saham perusahaan besar dan perusahaan kecil. Karena, jika nilai salah satu saham turun, kamu masih mempunyai cadangan saham lain dengan nilai yang kemungkinan stabil. Bahkan meningkat dan menghasilkan keuntungan.
Diversifikasi bisa juga dilakukan dengan membeli berbagai instrumen investasi selain saham. Misalnya obligasi, emas, reksadana pasar uang atau pendapatan tetap, serta properti, dan lainnya.
- Rencanakan dengan matang
Sebaiknya jangan sekadar ikut-ikutan dalam membeli saham, nantinya kamu bakal menyesal berkepanjangan ketika melihat harga saham yang turun atau merugi. Resiko saham yang terbilang tinggi dibandingkan produk investasi lainnya merupakan peringatan untuk merencanakan investasi sebaik mungkin. Oleh karena itu, pikir dan rencanakan dulu tujuan keuangan sebelum membeli saham.Â
- Jadikan investasi jangka panjang
Saham bisa dijadikan sebagai instrumen investasi dalam mencapai tujuan keuangan jangka panjang. Mulai dari dana pensiun, biaya beli rumah, biaya pendidikan, atau modal usaha. Apapun tujuannya, kunci berinvestasi adalah memahami jangka waktu untuk meraih hasil yang diinginkan.