Investasi pastinya tidak akan terlepas dari sebuah resiko. Tapi, dengan cara mengelola investasi saham yang benar, kamu bisa mengurangi resikonya untuk memperoleh return yang diinginkan.
Pasar saham memang dapat dijadikan sebagai salah satu instrumen investasi untuk mengembangkan aset kamu, dengan kemungkinan hasil atau keuntungan yang lebih tinggi. Tentu saja, dengan return yang tinggi inilah pastinya memiliki resiko yang tinggi pula.Â
Sebagai investor pemula, rasa takut akan kerugian sering menjadi hambatan utama saat berinvestasi saham. Padahal, setiap investasi memang selalu ada resikonya.Â
Tenang saja, setiap resiko pastinya dapat diatasi atau diminimalisir jika mengetahui caranya. Berikut ini adalah tips mengelola investasi saham dengan benar.
Pahami Resikonya
Berinvestasi pada saham sangat dianjurkan untuk jangka panjang, karena bisa memberikan kesempatan pada investor untuk melewati pasang surut pasar lebih lama. Sehingga investasinya dapat memberikan keuntungan yang lebih baik. Kamu bisa melihat pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencatat tingkat pertumbuhan tahunan, dengan returns 19,33% per tahun dalam kurung waktu 20 tahun (2002-2021). Â
Oleh karena itu, kamu harus memahami pasar dan resiko terlebih dahulu. Jangan cuma menginginkan keuntungan saja dan tidak mau menerima kerugian. Investor perlu mempersiapkan diri menghadapi empat resiko utama dalam berinvestasi saham seperti berikut ini:
- Risiko Kehilangan Modal (Capital Loss)
Risiko yang terjadi ketika harga jual saham lebih rendah daripada harga yang kamu beli sebelumnya. Misalkan kamu membeli saham A dengan harga Rp3.500/lembar, setahun kemudian harga sahamnya turun menjadi Rp3.200/lembar. Dikarenakan takut harganya akan terus turun, kamu dengan instan langsung menjual sahamnya. Dengan begitu, kamu mengalami capital loss sebesar Rp300 pada setiap lembar saham dijual.
- Resiko Tertangguhkan (Suspend)
Suatu saat otoritas bursa efek bisa saja menghentikan perdagangan saham sebuah perusahaan. Penyebabnya bisa saja karena harga saham mengalami kenaikan atau penurunan luar biasa dalam waktu singkat, maupun perusahaan belum memberikan laporan keuangan sampai batas waktu yang ditentukan.
Akibatnya, para investor tidak dapat melakukan aktivitas saham apapun, baik membeli atau menjual saham yang dimilikinya. Jangka waktu suspend ini biasanya berlangsung selama beberapa hari perdagangan saham.
- Resiko Likuiditas
Hal ini bisa terjadi jika saham yang dimiliki tidak dapat terjual dengan cepat atau menyesuaikan harga yang diinginkan. Sedangkan, penjualan perlu dilakukan demi mencegah sebuah kerugian. Misalnya saja kamu memiliki saham B yang dibeli pada harga Rp5.000/lembar, dan kamu ingin menjual kembali pada harga Rp5.500/lembar. Namun, saham B sulit terjual pada harga yang telah kamu tentukan. Akhirnya kamu menjual saham B Â dengan harga lebih rendah, dari yang kamu harapkan.Â
- Resiko Inflasi
Waspadai ketika terjadi inflasi yang meningkat karena daya beli yang menurun. Artinya, setiap nilai uang hanya dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Misalnya, jika dulu uang Rp50.000 bisa cukup untuk beli dua cup kopi favorit, sekarang hanya bisa untuk satu cup.
Sehingga, dampak dari harga saham yang kamu miliki juga mengalami penurunan. Inflasi juga dapat mengakibatkan harga saham menjadi lebih rendah daripada saat kamu membelinya, pada akhirnya membuat kamu merugi ketika akan menjual saham tersebut.
- Resiko Delisting
Delisting saham adalah penghapusan saham perusahaan atau emiten oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dari daftar perusahaan publik. Sehingga sahamnya tidak dapat diperjualbelikan lagi di pasar saham. Penyebab terjadinya delisting saham antara lain, perusahaannya berhenti beroperasi, menyatakan bangkrut, merger, tidak sesuai ketentuan bursa, atau memutuskan untuk menjadikan perusahaan tertutup.
Proses delisting saham bisa berlangsung sukarela oleh perusahaan atau emiten bersangkutan, yang seringkali terjadi karena volume perdagangan sahamnya rendah. Ada juga delisting yang terpaksa karena perusahaan tersebut melanggar aturan atau standar keuangan yang ditetapkan otoritas bursa.
Siapkan Strategi Berinvestasi
Resiko dalam berinvestasi tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, tapi bisa diminimalisir. Ada beberapa strategi yang perlu kamu siapkan untuk mengurangi resiko dalam investasi saham.Â
- Diversifikasi investasiÂ
Sebaiknya kamu menghindari hanya membeli pada satu macam saham saja. Cobalah membeli beberapa saham dari perusahaan atau sektor usaha yang berbeda-beda. Malah, ada baiknya kamu mengkombinasikan antara saham perusahaan besar dan perusahaan kecil. Karena, jika nilai salah satu saham turun, kamu masih mempunyai cadangan saham lain dengan nilai yang kemungkinan stabil. Bahkan meningkat dan menghasilkan keuntungan.
Diversifikasi bisa juga dilakukan dengan membeli berbagai instrumen investasi selain saham. Misalnya obligasi, emas, reksadana pasar uang atau pendapatan tetap, serta properti, dan lainnya.
- Rencanakan dengan matang
Sebaiknya jangan sekadar ikut-ikutan dalam membeli saham, nantinya kamu bakal menyesal berkepanjangan ketika melihat harga saham yang turun atau merugi. Resiko saham yang terbilang tinggi dibandingkan produk investasi lainnya merupakan peringatan untuk merencanakan investasi sebaik mungkin. Oleh karena itu, pikir dan rencanakan dulu tujuan keuangan sebelum membeli saham.Â
- Jadikan investasi jangka panjang
Saham bisa dijadikan sebagai instrumen investasi dalam mencapai tujuan keuangan jangka panjang. Mulai dari dana pensiun, biaya beli rumah, biaya pendidikan, atau modal usaha. Apapun tujuannya, kunci berinvestasi adalah memahami jangka waktu untuk meraih hasil yang diinginkan.
Jadi, ketika kamu menjual kembali saham-saham yang dimiliki setelah jangka waktu yang lama, imbal hasil yang diperoleh juga lebih tinggi dan terhindar dari kerugian. Kalaupun pasar sedang menurun, kamu dapat menunda menjual saham hingga pasar kembali stabil.
- Tinjau strategi investasi secara berkala
Kamu tetap perlu memonitor tren pasar, dengan meninjau strategi investasi secara berkala, serta lakukan penyesuaian. Bisa dilakukan setiap tiga bulan atau enam bulan sekali tergantung kebutuhan. Dengan cara inilah kamu dapat memastikan apakah alokasi investasi telah sesuai sasaran, atau malah justru merugi.
Jangan Lupakan Keuangan Pribadi
Sebelum mendedikasikan uang yang kamu miliki untuk membeli saham, investor perlu menghitung atau mengetahui berapa banyak modal yang dimiliki untuk berinvestasi. Pastikan dahulu jika kebutuhan keuangan pribadi atau rumah tangga sudah terpenuhi.Â
Selanjutnya, lakukan pencatatan aset dan utang pribadi, serta siapkan rencana pengelolaan utang sesuai logika. Pastikan juga kamu mempunyai dana darurat, setidaknya untuk enam bulan ke depan di dalam akun keuangan yang mudah dicairkan. Karena memiliki rencana keuangan yang matang sangat berguna sekali, supaya kamu dapat menjalani investasi saham yang sifatnya jangka panjang dengan tenang.Â
Meskipun sudah direncanakan sebaik mungkin, resiko dalam berinvestasi tetaplah ada. Risiko merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari investasi. Kamu tidak akan mendapatkan keuntungan tanpa adanya harga yang harus dibayar. Jangan sampai hal ini mengecilkan keinginan kamu untuk berinvestasi saham. Ingat: "high risk-high return"
Namun, dengan perencanaan dan pertimbangan yang cermat, kamu dapat mengurangi risiko dan meningkatkan hasil investasi di pasar saham.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H