Mohon tunggu...
Muhammad FauzanJabir
Muhammad FauzanJabir Mohon Tunggu... Penulis - Namamu akan dikenang karena tulisanmu

Namamu akan dikenang karena tulisanmu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budaya, Ciri Khas dan Keunikan Makassar

5 Mei 2020   22:16 Diperbarui: 8 Juni 2021   13:08 9156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Budaya, Ciri Khas dan Keunikan Makassar (unsplash/arief hidayat)

Banyak budaya dan keunikan dari masyarakat Makassar, dari sisi keseharian. Maupun dalam aspek kehidupan global yang menyeluruh. Jika dilihat dari konsep hidup dari orang Makassar, ada beberapa poin yang sangat mereka junjung tinggi dalam kehidupan sehari -- hari.

Contohnya adalah Siri' atau harga diri, dimana orang Makassar sangat menjunjung tinggi konsep hidup ini. Harga diri atau disebut dengan siri' dalam bahasa Makassar menjadi hal yang sangat tabu. Siri' diterapkan oleh masyarakat Makassar sebelum bertindak dan melakukan sesuatu. Bahkan siri atau harga diri bagi orang makassar harus diperjuangkan bahkan dengan nyawa sekalipun.

Siri'ji nanimmantang attalasa' ri linoa, punna tenamo siri'nu matemako kaniakkangngami angga'na olo-oloka.

Baca juga : Sutanto Tan, Tolak Pinangan dari Luar Negeri, Tetap Bersama PSM Makassar

Artinya, hanya karena rasa malu kita bisa hidup di dunia ini jika rasa malu itu sudah hilang maka lebih baik mati karena engkau tak bearati lagi sama sekali bahkan binatang lebih berharga dibanding dirimu.

Perkataan ini selalu diyakini dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dan terbentuk menjadi budaya Siri' Na Pacce. Siri'berarti rasa malu (harga diri), sedangkan Pacce atau dalam bahasa Bugis disebut Pesse yang berarti : pedih atau pedas (keras, kokoh pendirian).

Pacce juga bisa berarti rasa Iba terhadap orang lain, dimana masyarakat Makassar juga menjunjung tinggi rasa iba terhadap orang lain yang kesusahan atau kesulitan. 

Dimana kita tidak boleh hanya tinggal diam dan keras hati apabila ada seseorang yang sedang kesusahan. Dalam artian lain, kita harus merasa pedih juga atas apa yang orang lain rasakan.

Adapun keunikan dari dan ciri khas dari kota makassar yaitu :

Phinisi

Pinisi atau phinisi merupakan nama jenis kapal yang khas dimana UNESCO menetapkan seni pembuatan kapal Pinisi sebagai Karya Agung Warisan Manusia yang Lisan dan Takbenda pada Sesi ke-12 Komite Warisan Budaya Unik pada tanggal 7 Desember 2017. 

Kapal bersistem layar pinisi adalah kapal layar tradisional Bugis terbesar, dan juga merupakan kapal layar tradisional Indonesia yang terbesar terbesar sejak menghilangnya jong raksasa.

Baca juga : Cara Membuat Putu Kacang, Kue Satu Khas Makassar

Coto Makassar

Coto makassar atau coto mangkasara adalah makanan tradisional Makassar, Sulawesi Selatan. Makanan ini terbuat dari jeroan (isi perut) sapi yang direbus dalam waktu yang lama. Rebusan jeroan bercampur daging sapi ini kemudian diiris-iris lalu dibumbui dengan bumbu yang diracik secara khusus. 

Coto dihidangkan dalam mangkuk dan dinikmati dengan ketupat dan "burasa" atau yang biasa dikenal sebagai buras, yakni sejenis ketupat yang dibungkus daun pisang.

Coto makassar diperkirakan telah ada semenjak masa Kerajaan Gowa di abad ke-16. Dahulu hidangan coto bagian daging sapi sirloin dan tenderloin hanya disajikan untuk disantap oleh keluarga kerajaan. Sementara bagian jeroan disajikan untuk masyarakat kelas bawah atau abdi dalem pengikut kerajaan.

Saat ini coto mangkasara sudah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, mulai di warung pinggir jalan hingga restoran. Masyarakat umum juga menyukai bagian daging sapi atau kerbau yang terletak di bagian punggung (sirloin) itu. 

Sementara beberapa penjual memberi pilihan daging sapi atau jeroan, atau campuran keduanya, untuk dihidangkan.

Coto makassar menjadi makanan khas dari kota makassar sendiri, rasanya yang cukup khas, dan campuran rempah -- rempah yang dicampur aduk sedemikian rupa, tentu menambah rasa gurih dari coto makassar.

Baca juga : Jodoh dan "Uang Panai" di Kalangan Masyarakat Suku Bugis Makassar

Sitobo Lalang Lipa 

Sitobo lalang lipa merupakan salah satu tradisi untuk mempertahankan siri' (harga diri) dimana ketika dua kubu memiliki masalah dan dari kedua kubu tersebut saling merasa benar karena berseteru, ini menjadi salah satu ritual yang dilaksanakan sebagai jalan terakhir apabila kedua belah pihak tidak bisa sepakat atas perseteruan mereka. 

Apalagi jika yang dipertaruhkan menyangkut harga diri. Sedikit penjelasan. Sitobo lalang lipa dilaksanakan oleh dua orang dalam satu sarung, dimana satu sama lain saling menyerang menggunakan senjata khas yaitu badik. 

Namun kembali dijelaskan bahwa cara atau ritual ini betul -- betul dilaksanakan apabila masalah tidak kunjung menemui titik terang dan masalah tersebut menyangkut harga diri dan keluarga.

Itulah tadi beberapa keunikan, budaya, dan konsep hidup orang makassar yang bisa saya jelaskan.

 "Kualleangi Tallanga Natowalia" artinya

 "Lebih Kupilih Tenggelam (di lautan) daripada Harus Kembali Lagi (ke pantai)".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun