Mohon tunggu...
Muhammad Fatahillah Darma
Muhammad Fatahillah Darma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa (43222010005)

Bicara seperlunya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kepemimpinan Serat WedhaTama Mangkunegara IV dalam Upaya Pencegahan Korupsi

10 November 2023   00:27 Diperbarui: 10 November 2023   00:28 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Integritas dan moral penting bagi pemimpin karena mereka membangun kepercayaan, kredibilitas, dan perilaku etis dalam suatu organisasi atau masyarakat.

Integritas mengacu pada ketaatan pada prinsip moral dan etika, kejujuran, dan konsistensi dalam tindakan dan keputusan. Ini adalah landasan kepercayaan antara pemimpin dan pengikutnya. Ketika pemimpin menunjukkan integritas, mereka menginspirasi kepercayaan dan loyalitas di antara bawahannya. Kepercayaan ini sangat penting untuk kepemimpinan yang efektif dan kelancaran fungsi organisasi.

Moral, di sisi lain, mencakup prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang memandu perilaku etis. Pemimpin yang memiliki nilai moral yang kuat bertindak sesuai dengan apa yang benar dan adil, dengan mempertimbangkan kesejahteraan orang lain dan kebaikan bersama. Mereka mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan etis, bukan keuntungan pribadi atau kepentingan pribadi.

Pemimpin yang memiliki integritas dan nilai moral yang kuat akan memberikan contoh positif bagi pengikutnya. Mereka menciptakan budaya kejujuran, keadilan, dan akuntabilitas dalam organisasi mereka. Hal ini menumbuhkan rasa persatuan, kerja sama, dan komitmen di antara anggota tim, yang mengarah pada peningkatan produktivitas dan kesuksesan.

Selain itu, pemimpin dengan integritas dan nilai-nilai moral yang kuat lebih mungkin mengambil keputusan etis, bahkan dalam situasi yang menantang. Mereka memprioritaskan kesejahteraan jangka panjang organisasi dan masyarakatnya dibandingkan keuntungan jangka pendek. Hal ini membantu mencegah korupsi, praktik tidak etis, dan penyalahgunaan kekuasaan.

Singkatnya, integritas dan moral penting bagi para pemimpin karena mereka membangun kepercayaan, menginspirasi loyalitas, mendorong perilaku etis, dan berkontribusi terhadap kesuksesan dan kesejahteraan organisasi atau masyarakat secara keseluruhan.

 Bukan sekedar cinta tapi juga kasih sayang. Menganggap orang lain, bagian atau dari dirinya sendiri itulah anurag. Mereka yang berada di tingkat atas harus sadar bahwa tanpa adanya orang-orang di bawah, jabatan mereka tidak berarti sama sekali. Tetapi mereka yang berada di bawah juga membutuhkan pemimpin yang bisa mengatur bawahan atau rakyatnya hidup tentram, aman dan nyaman. Jabatan, kekuasaan, dan wewenang Anda semuanya merupakan titipan, bahkan pemberian, dari rakyat. Menyadari hal ini akan menimbulkan rasa kasih sayang dan persahabatan antara diri kita dan orang lain. 3. Nilai Profesionalisme Nilai ini dapat dilihat dalam tembang Pocung pada bait 1.

whatsapp-image-2023-11-09-at-21-48-11-1-654d0b77ee794a12a332f712.jpeg
whatsapp-image-2023-11-09-at-21-48-11-1-654d0b77ee794a12a332f712.jpeg

Bagaimana teks tersebut mempromosikan pentingnya spritualitas dan nilai-nilai moral dalam kepemimpinan?

Pada Serat Wedha Tama mengedepankan pentingnya spiritualitas dan nilai-nilai moral dalam kepemimpinanan melalui berbagai ajaran dan nilai. Misalnya pada pupuh tembang Sinom umpan 9 disebutkan, "Anggung anggubel sarengat, Saringane tan den wruhi, Dalil dalaning ijemak, Kiyase nora mikani". Bagian ini menekankan perlunya untuk melampaui aturan dan ritual keagamaan yang tampak di permukaan, dan berusaha memahami esensi agama. Hal ini mengisyaratkan bahwa tanpa memahami hakikat agama, maka tidak akan ada hakikat agama dalam kepribadian kita dan tidak ada peningkatan kesadaran diri.

Lebih lanjut, teks tersebut menyoroti pentingnya budi pekerti luhur atau akhlak mulia dalam kepemimpinan. Dalam tembang Pocung umpan 11 disebutkan, "Lila lamun, kelangan nora gegetun, Trima yen ketaman, Sak serik sameng dumadi, Tri legawa nalangsa srah ing Bathara". Bagian ini menunjukkan bahwa penerimaan dan kepuasan hanya dapat dicapai ketika kita melihat dunia sebagai sebuah drama, sebuah tontonan. Hal ini menekankan bahwa kesuksesan dan kegagalan, suka dan duka, semuanya adalah bagian dari pertunjukan, dan kita harus menyikapinya dengan rasa tidak terikat dan pengertian.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun