"Sebaik-baik perkara ada pada pertengahan."
Muhammad SAW
Memanglah fakta bahwa manusia sebagai mahluk hidup perlu makan, minum, berhubungan seksual, dan lain-lain sebagainya yang bersifat jasmaniah, namun merupakan salah satu dari sekian banyak problem modernitas adalah bahwa manusia seringkali terjebak dalam elemen-elemen yang jasmaniah tersebut.Â
Makanan serta minuman dengan jutaan varian rasa dan coraknya membanjiri otak masyarakat modern, masyarakat modern telah mengalami pergeseran paradigma dalam memandang makanan serta minuman  dari "makanan-minuman sebagai sumber energi" menjadi "makanan-minuman sebagai ajang pemanjaan lidah", hubungan seksual juga sangat mudah sekali dilakukan dengan dalih "mutual consent" sehingga hubungan seksual kehilangan sama sekali elemen sakralnya sebagai aktivitas penyatuan kutub maskulin dengan kutub feminin dari dua manusia yang saling mencintai, alih-alih hubungan seksual dijadikan wahana dua insan untuk saling memberikan cinta kasih satu sama lain malah ia direduksi maknanya hanya sekedar menjadi hubungan dua manusia untuk melepaskan ketegangan basyariyahnya dibungkus dengan dalih kesepakatan dua belah pihak (consent).
Ada apa dengan segala fenomena downgrade massal masyarakat modern ini? Dalam bahasa sufistiknya, mungkin masyarakat modern kurang melakukan tirakat atau pembatasan diri, saya setuju jika dikatakan aktivitas tirakat adalah yang jarang dilakukan oleh orang banyak di era modern ini, tapi penulis tidak berhenti di "tirakat sebagai solusi keterpenjaraan basyariyah masyarakat modern" untuk saat ini.Â
Saya membaca bahwa ada misinterpretasi massal manusia modern terkait apa itu makna sejati dari "liberalisme", liberalisme memang tidak akan bisa dilepaskan dari term kebebasan, sebab memang akar kata liberalisme itu sendiri berakar dari kata Liber yang berarti bebas, namun manusia yang sungguh belum mengerti hakikat dirinya akan menjadikan premis-premis liberalistik sebagai landasan filosofisnya untuk hidup tanpa rambu-batas apapun, seolah jikalau kau sudah bebas maka tak ada lagi yang berhak membatasimu.Â
Orang seperti ini luput memahami bahwa disamping manusia memiliki kebebasan yang melekat secara fitrah di dalam dirinya, namun ia tidak terlepas dari term "tanggung jawab" dalam kehidupannya, dan kebermaknaan manusia akan ditemukan bukan karena ia bebas semata, tetapi karena ia menggunakan kebebasannya dengan penuh tanggung jawab.
Firdaus palsu masyarakat modern
Aktivitas-aktivitas biologis memang nikmat untuk dilakukan, tidak bisa berbohong bahwa kita lebih menginginkan memakan makanan restoran yang lezat nan mewah dibanding memakan nasi bercampur garam dan air untuk menghaluskannya, tidak bisa menipu bahwa kita menyukai hubungan seksual dengan lawan jenis kita, tidak bisa bersilat lidah bahwa kita mencintai minuman-minuman penuh gula dan rasa dibanding jamu pahit yang sungguh menyehatkan kita, itu sungguh manusiawi dan fitrahi.Â
Namun bagi seorang insan, kenikmatan sejati bukanlah terletak pada hal-hal biologis tersebut, bagi seorang insan, kenikmatan sejati justru ditemukan dalam membatasi diri dari banjir nikmat biologis yang akan melupakan diri kita akan apa hakikat kita untuk hadir di dunia fana ini.Â