Batasan-batasan ini apabila ia dipahami maka kita akan mencapai keseimbangan dalam kehidupan, dan hanya dalam keseimbangan, kita bisa menciptakan kebaikan bagi diri sendiri dan sesama, yang artinya pula adalah kita akan benar-benar bebas jika kita hidup seimbang dengan mengetahui batasan-batasan dari diri kita sebagai manusia, dan dari pengetahuan akan batas inilah ia dapat mengabdi pada sesuatu yang lebih besar dari dirinya. Karena hidup bukanlah pelampiasan, melainkan pengabdian.
Melampaui basyariyah, membudayakan tirakatÂ
Sesungguhnya manusia modern telah mengalami "keterpenjaraan basyariyah" akibat mereka menyalahgunakan kebebasan yang mereka miliki, penyalahgunaan ini terjadi akibat gagal paham terhadap apa itu hakikat kebebasan sebenarnya. Sungguh jenaka sekaligus mengenaskan manusia yang terjebak oleh biologisnya sendiri, ia terpenjara dalam kenestapaan dan kekeringan kehidupan akibat mulutnya sendiri, akibat alat kelaminnya sendiri, hidup mereka penuh akan kenikmatan festivalistik yang bersifat sementara. Namun, segala ledakan kenikmatan biologis yang dialaminya akan membuatnya terseret dalam kegelapan, ia akan memojok di dalam ruang gelap nan sepi dan bertanya "untuk apa aku hidup di dunia ini?". Wa mal hayatuddunya illa mata'ul-ghurur.
Menuju tahun 2023 ini, upaya membumikan aktivitas menahan diri atau tirakat adalah hal yang urgen untuk kita lakukan bersama-sama agar perahu kehidupan ini tidak karam akibat impulsivitas serta spontanitas biologis kita sendiri, penataan ulang pemahaman terkait makna kebebasan juga perlu untuk dilakukan agar kebebasan mampu digunakan dengan lebih bertanggungjawab.Â
Sungguh bahtera kehidupan ini tidak akan bertahan lama jika para penghuni di dalamnya tidak hidup mengabdi pada nilai dan hanya hidup dalam dialektika biologis yang tak berujung, dan aktivitas tirakat adalah solusi untuk mencegah semakin bocornya kapal kehidupan kita ini. Tirakat artinya adalah kemampuan untuk melawan upaya hegemoni biologis dalam kehidupan manusia itu sendiri,tirakat artinya adalah kemampuan untuk mengontrol elemen basyar dalam hidup kita agar kita mampu hidup sebagai insan kamil, manusia yang sejatinya manusia, bukan hewan bertopeng manusia.  Dan puncak dari tirakat adalah tiadanya "aku", karena aku telah menjadi satu dengan nilai-nilai itu sendiri.Â
"Puncak dari aku adalah tiadanya aku"
Nyawiji MFS, 22
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H