Mohon tunggu...
Muhammad Farras Shaka
Muhammad Farras Shaka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Free mind, reflective, and critical.

Seorang terpelajar mesti adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Membumikan Literasi: Matinya Kepakaran dan Upaya Menyehatkan Demokrasi Kita

14 Januari 2022   15:25 Diperbarui: 14 Januari 2022   15:44 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasus Covid-19 mulai melonjak naik hingga tahun 2021 vaksinasi mulai dilaksanakan dan terus-menerus digalakkan dengan berbagai macam kampanye yang turut dilaksanakan.

Ditengah dinamika wabah Covid-19 dan ditengah digalakkannya program vaksinasi kepada masyarakat, muncul fenomena yang cukup unik dan berani (baca: nekat), yakni fenomena dimana vaksinasi dianggap sebagai agenda untuk memenuhi suatu misi konspiratif tertentu, ada anggapan bahwa vaksinasi diciptakan untuk mengurangi jumlah populasi di dunia yang sudah sangat sesak ini, ada pula yang beranggapan bahwa vaksin mengandung magnet atau microchip, ada pula yang beranggapan bahwa vaksin membuat penerimanya menjadi mandul, dan berbagai macam spekulasi tidak berdasar lainnya.

Mengapa masyarakat mudah sekali menyebarkan dan percaya terhadap informasi-informasi tersebut? Ada beberapa dorongan-dorongan psikologis yang membuat beberapa kalangan masyarakat mudah sekali menyebarkan informasi-informasi semacam itu:

Efek Dunning-Kruger 

Dua orang psikolog bernama David Dunning dan Justin Kruger melakukan riset mengenai kemampuan logika, tata-bahasa, dan selera humor pada tahun 1999.

Dan kesimpulan dari riset tersebut adalah bahwa orang dengan kemampuan yang rendah cenderung memiliki keyakinan yang sangat tinggi bahwa mereka sebenarnya sangat mampu, artinya, orang yang tidak cukup kompeten cenderung memiliki keyakinan yang tinggi bahwa mereka sebenarnya sangatlah kompeten. 

Penemuan ini menjelaskan mengapa orang yang sebetulnya tidak paham mengenai ilmu akan suatu hal atau memiliki ilmu yang sedikit akan satu hal cenderung merasa menjadi ahli dalam hal tersebut, ini menjelaskan pula mengapa ada beberapa dari kerabat kita yang sangat yakin akan kebenaran berita-berita hoaks dan menyampaikannya dengan lantang, akan tetapi jika kita tanya kepada mereka mengenai hakikat terdalam persoalan tersebut, mereka tidak bisa menjawab, asas keyakinan mereka adalah "katanya", bukan "faktanya", dan kita mesti hati-hati agar tidak terjebak dalam dorongan ini, karena lebih bijak menjadi diam apabila tidak tahu dibanding memaksakan diri membentuk opini tanpa dasar pengetahuan yang jelas, orang yang bijaksana adalah orang yang tahu kalau dirinya tidak tahu.

Bias konfirmasi 

 "Si A pasti komunis, karena kemaren saya lihat dia pergi ke Rusia dan Cina." Kalimat tersebut adalah contoh kalimat yang bermuatan bias konfirmasi, bias konfirmasi adalah fenomena dimana seseorang cenderung membenarkan apa yang telah ia percayai sebelumnya dengan mencari bukti-bukti tertentu, sayangnya, upaya melacak bukti tersebut sudah tidak lagi objektif, pasalnya, orang dengan bias konfirmasi mencari bukti dengan menyingkirkan fakta-fakta yang bertentangan dengan asumsi yang ia yakini, dan akan mengambil fakta-fakta yang dibuat seolah-olah mendukung asumsinya sendiri, singkatnya, yang dicari bukanlah "kebenaran" melainkan "pembenaran", dan inilah yang membuat orang yakin bahwa vaksin bisa membunuh manusia, mengapa?

Si A bisa saja pergi ke Rusia dan Cina untuk berlibur, tetapi karena pelontar kalimat tersebut memaksa dirinya untuk percaya bahwa si A adalah komunis, maka jadilah si A dianggap komunis, buktinya, dia kemaren pergi ke Rusia dan Cina! Pola yang sama bekerja pada orang yang menganggap vaksin bisa membunuh manusia, dia menyingkirkan fakta bahwa telah banyak orang yang selamat dari penyakit menular karena telah divaksin, sekalipun terjangkit, resiko penyakit tersebut kepada pengidap akan menurun drastis. 

Sebaliknya, ia memercayai bukti-bukti palsu yang disampaikan oleh Astrid Stuckelberger yang menyatakan bahwa telah terjadi 18.000 kasus kematian akibat vaksinasi, padahal faktanya tidak demikian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun