"Psikologi " merupakan sebuah kata yang sudah tidak asing untuk didengar di seluruh kalangan elemen masyarakat, bukan hanya pada generasi milenial tetapi sudah umum diketahui bahkan lintas generasi, namun kebanyakan masyarakat pada umumnya mengetahui istilah psikologi adalah salah satu ilmu yang bisa membaca pikiran manusia, padahal ada banyak ilmu pengetahuan tentang jiwa manusia yang dapat dipelajari di dunia psikologi salah satunya adalah psikologi forensik. lalu apakah Psikologi Forensik   itu?
Istilah forensik berasal dari kata bahasa Latin forensis, yang bermakna "dari luar", dan seakar dengan kata forum yang bermakna "tempat umum". Barulah pada pertengahan abad ke-19 istilah
forensik dipersempit artinya dan bermakna penerapan prinsip-prinsip ilmu sains untuk membantu
proses penegakan hukum.Â
forensik itu sendiri, identik dengan kasus-kasus kriminal seperti pembunuhan atau juga kecelakaan dan juga tindak pidana lainnya, sebab forensik berfokus pada pemeriksaan jenazah dengan cara mendiagnosis dan mengumpulkan bukti sebanyaknya dengan akurat serta menyelidiki sampel bukti tersebut dengan berdasarkan morfologi organnya.
untuk lebih jauhnya, psikologi forensik adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang
mempelajari subyek dari segi kognitif, afektif dan perilaku dalam kaitannya dengan proses
hukum. Dengan kata lain, psikologi forensik merupakan titik temu antara bidang psikologi dan
bidang penegakan hukum.Â
dalam praktiknya seorang psikologi forensik memiliki  sekumpulan aturan, norma dan prinsip bagaimana seorang psikolog bersikap dan berperilaku, yang mana itu semua harus dipatuhi demi terwujudnya profesionalitas dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang psikolog, yang disebut dengan kode etik psikologi.
meskipun demikian telah ditetapkan aturan dan prinsip atau yang disebut dengan kode etik tadi, tidak menutup kemungkinan pelanggaran-pelanggaran terhadap kode etik oleh oknum tertentu kerap kali terjadi.
disebutkan dalam BAB X TENTANG PSIKOLOGI FORENSIK salah satunya pada pasal 58 (tanggung jawab) seorang psikologi forensik :
(1) Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi forensik yang melakukan praktik psikologi forensik
sesuai dengan kompetensinya memiliki tanggung jawab membantu proses peradilan pidana,
dalam kasus yang ditanganinya sehingga tercapainya penegakan kebenaran dan keadilan.
Dalam rangka menegakkan kebenaran dan keadilan maka psikolog dan/atau ilmuwan
psikologi forensik melakukan pekerjaannya dengan berdasarkan azas profesionalitas serta
memperhatikan kode etik psikologi.
Kode etik psikologi forensik HIMPSI, Juni 2010 )
berikut salah satu contoh kasus pelanggaran kode etik:
Seorang ilmuwan psikologi forensik yang sedang menangani kasus pembunuhan misterius, kemudian keluarga korban ingin kasus anaknya diusut tuntas serta ditempuh melalui jalur pidana dan tersangka dapat dikenai hukuman pidana. Akan tetapi seorang psikolog forensik tersebut sudah berusaha untuk menemukan barang bukti tersangka, tetapi tidak menemukan titik terang untuk kasus tersebut sehingga akhirnya ia angkat tangan dan menyerah dengan kasus yang ditanganinya.
analisis:
Dalam kasus ini seorang psikologi forensik melakukan pelanggaran kode etik dengan pasal 58 tentang tanggung jawab,wewenang dan hak. Di sini seorang psikologi forensik melepas tanggung jawabnya untuk menemukan kebenaran dalamkasus pembunuhan misterius dari anak keluarga korban, padahal dalam buku kode etik sudah dijelaskan bahwa seorang psikologi forensik harus bertanggung jawab membantu proses pidana dalam kasus yang ditanganinya bukan malah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang psikologi forensik
Â
kesimpulan:
kode etik sangatlah penting terutama bagi seorang psikolog, karena didalamnya mengandung panduan-panduan penting bersikap dan berperilaku seorang psikolog dalam menjalankan tugasnya, apabila
itu dilanggar yang dalam hal ini adalah lepas tanggung jawab terhadap perkara kasus yang ditanganinya terjadi, yang dirugikan bukan hanya kliennya saja.
tetapi juga secara tidak langsung berdampak terhadap kepercayaan serta mengundang statement buruk masyarakat terhadap profesi psikologi.
Oleh karena itu sangatlah penting untuk menjalankan serta mematuhi kode etik demi terjaganya kepercayaan klien serta masyarakat untuk membangun kualitas praktik psikologi yang lebih baik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H