Mohon tunggu...
Dani Demup
Dani Demup Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Seni UNU NTB

Book Antusiast

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rutinitas Mendongeng: Meningkatkan Daya Literasi Anak Sekolah Dasar

26 Maret 2023   13:35 Diperbarui: 26 Maret 2023   13:44 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Kelas berdongeng hari rabu. dokpri

Rambut panjang yang saya ikat, saya lepas untuk menambah kesan horor yang ingin dicapai. Perubahan nada suara serta gerak memperagakan setiap tokoh dalam cerita menjadi daya tarik yang selalu membuat para pendengar memperhatikan secara seksama. Tema yang saya pilih untuk kelas 4 dan 5 kali ini adalah sifat serakah, yang susah bersyukur atas nikmat yang telah tuhan berikan.

Di sebuah gubuk kecil, tinggallah seorang bapak dengan istri dan dua anaknya. Suaminya yang malas bekerja lebih suka mengisi waktunya dengan bermalas-malasan. Menjelang siang waktu makan tiba biasanya ia akan memarahi istrinya lantaran makanan yang disuguhkan tidak terlalu enak. Tak jarang perkelahian yang terjadi menjadikan anaknya sebagai korban pelampiasan. Anaknya selalu terkena pukulan bila bapaknya berkelahi dengan ibunya. Anak pertama yang paling besar bernama Asih sementara anak yang kedua bernama Tarsi. Asih sudah menginjak usia 13 tahun sedangkan Tarsi baru berusia 1 tahun. Setiap kali Tarsi menangis Asih sebagai kakak membantu ibunya menjaga dan menenangkan adiknya. Suara tangis Tarsi yang makin keras membuat bapaknya memarahi ibunya untuk segera memberinya susu. Apa daya, hari itu uang sudah habis susupun tak mampu dibeli. Jangankan membeli susu, untuk membeli makanan saja harus menghutang dulu. Meski demikian susahnya, bapak Asih tidak perduli dan masih ingin makan enak tanpa bekerja. Mendapatkan perlakuan setiap hari seperti itu membuat ibu Asih merencanakan sesuatu yang jahat.

Mata siswa yang mendengarkan cerita terjaga seperti mengintai, permainan nada dan gerak menjadi pilihan yang selalu saya ulangi demi terciptanya emosi yang berbeda. Suara tangis, kesakitan saya tirukan layaknya orang sedang menangis. Seketika suasana menjadi lebih hening, kadang-kadang ia juga dipenuhi dengan tawa. Sikap tidak bersukur dan mudah menyakiti orang lain menjadi pesan cerita memuakkan yang tidak boleh diwarisi oleh setiap pendengar. Menggiring pemahaman siswa akan pentingnya menjauhi sifat serakah, tidak bersyukur, suka menyakiti orang lain, saya lakukan dengan pilihan diksi dan alur cerita yang sudah saya susun.

Akhir cerita bapak yang penuh rasa amarah, yang selalu menuntut tanpa bersukur mendapatkan makanan daging dari istrinya. Hatinya yang gundah gulana, sifatnya yang pemarah seketika menjadi menyayangi istrinya dan melahap habis semua masakan yang disuguhkan.  Istrinya yang melihat suaminya memakan habis makanannya hanya tersenyum yang membuat suaminya bertanya,

" Kenapa dari tadi kamu hanya tersenyum?"

Sang istri yang mendengar pertanyaan itu mendadak meneteskan airmatanya sembari menjawab

            " Kamu tau apa yang kamu makan itu?"

            " Tidak, memangnya apa?

Suara tangis istrinya makin menjadi yang membuat suaminya makin penasaran.

            " Yang kamu makan itu adalah Tarsi anakmu sendiri".

Foto : Kelas berdongeng hari kamis. dokpri
Foto : Kelas berdongeng hari kamis. dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun