Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

SDGs Tanpa Kelaparan: Mungkinkah Terwujud Jika Pengangguran Merajalela?

31 Januari 2025   18:00 Diperbarui: 31 Januari 2025   16:51 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengangguran: Pemicu Utama Kelaparan

Di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, pengangguran menjadi penyebab utama ketidakmampuan masyarakat memenuhi kebutuhan dasar, terutama pangan. 

Tanpa pekerjaan, seseorang kehilangan sumber penghasilan yang stabil, membuatnya sulit membeli bahan makanan untuk diri sendiri dan keluarganya. Akibatnya, mereka harus mencari cara lain untuk bertahan, entah dengan berutang, mengandalkan bantuan sosial, atau bahkan mengurangi jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi setiap hari.

Lebih parahnya lagi, pengangguran tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga menciptakan efek domino dalam keluarga dan komunitas. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga tanpa penghasilan yang cukup sering mengalami gizi buruk, yang berujung pada masalah kesehatan dan gangguan perkembangan. 

Di sisi lain, orang dewasa yang mengalami kelaparan akibat pengangguran akan kehilangan energi dan produktivitas, membuat mereka semakin sulit untuk mencari pekerjaan atau mempertahankan pekerjaan yang mereka miliki.

Masalah ini semakin kompleks karena pengangguran di Indonesia bukan hanya soal kurangnya lapangan kerja, tetapi juga rendahnya kualitas pekerjaan yang tersedia. Banyak orang yang sebenarnya bekerja, tetapi dengan penghasilan yang jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak. 

Pekerja informal, buruh harian, dan pekerja dengan upah di bawah standar sering kali tetap berada dalam kondisi rawan kelaparan, meskipun mereka secara teknis tidak masuk dalam kategori pengangguran.

Dilema Keluarga: Makan atau Bayar Utang?

Banyak keluarga yang tidak lagi berpikir untuk makan makanan bergizi, melainkan hanya sekadar bertahan hidup. Bagi mereka, prioritas utama bukan lagi memastikan asupan protein, vitamin, atau mineral yang cukup, tetapi mencari apa saja yang bisa dimakan agar perut tidak kosong. 

Makanan bergizi seperti daging, ikan, atau sayur-mayur segar sering kali menjadi barang mewah yang sulit dijangkau. Sebagai gantinya, mereka mengandalkan makanan berkarbohidrat murah seperti nasi dengan garam, mi instan, atau makanan sisa yang didapat dari pasar atau tetangga.

Lebih menyedihkan lagi, kondisi ini memaksa banyak orang untuk mengambil keputusan ekstrem demi bertahan hidup. Beberapa terpaksa mengurangi jumlah makan dalam sehari, bahkan ada yang melewatkan makan sama sekali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun