Media sosial, khususnya Instagram dan TikTok, memainkan peran besar dalam mempopulerkan tren ini. Berbagai tagar seperti #ThriftHaul, #VintageFinds, dan #SecondhandStyle menjadi wadah bagi pengguna untuk memamerkan hasil belanja mereka.
Melalui video pendek dan foto yang menarik, mereka menampilkan proses berburu pakaian thrift, transformasi barang bekas menjadi outfit keren, hingga ide mix-and-match yang kreatif. Hal ini membuat thrifting terlihat menyenangkan dan mudah diakses oleh semua orang.
TikTok, dengan format video singkatnya, menjadi platform favorit bagi kreator untuk menunjukkan “sebelum dan sesudah” mereka mengolah pakaian secondhand. Tren ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan edukasi dan inspirasi kepada audiens untuk mencoba hal serupa.
Kreator konten juga sering berbagi tips memilih barang berkualitas, seperti cara mengecek kain, mencari merek premium, hingga trik menawar harga di pasar loak. Sementara itu, Instagram menjadi galeri visual untuk memamerkan gaya pribadi yang terbentuk dari hasil thrifting.
Akun-akun khusus yang menjual pakaian bekas curated juga marak bermunculan, menawarkan produk-produk yang sudah dipilih secara selektif dengan estetika tertentu. Ini membuat thrifting tidak lagi identik dengan barang usang, tetapi justru menjadi simbol gaya hidup yang modis dan modern.
Dampak Ekonomi dan Lingkungan
Di Indonesia, thrifting juga memiliki dampak positif bagi perekonomian lokal. Banyak pelaku UMKM dan pedagang kecil memanfaatkan tren ini untuk membuka usaha, baik di pasar tradisional, bazar, maupun melalui platform digital.
Toko-toko thrift lokal kini bermunculan, tidak hanya di kota-kota besar tetapi juga di daerah, menawarkan berbagai pilihan pakaian bekas dengan harga terjangkau. Para penjual ini tidak hanya berperan sebagai penyedia barang, tetapi juga sebagai kurator fesyen.
Mereka sering kali memilih pakaian dengan cermat, memperbaiki jika diperlukan, dan memasarkan produk mereka dengan sentuhan kreatif untuk menarik pembeli. Proses ini membuka peluang lapangan kerja baru, mulai dari penyortiran barang hingga pemasaran, yang semuanya mendukung roda perekonomian lokal.
Selain itu, bazar atau event thrifting yang sering diadakan di berbagai kota juga menjadi sarana bagi para pelaku usaha kecil untuk bertemu langsung dengan pelanggan. Event semacam ini tidak hanya menggerakkan perekonomian tetapi juga memperkuat rasa komunitas di antara pembeli dan penjual.
Pada akhirnya, viralnya tren thrifting mencerminkan perubahan positif dalam cara masyarakat memandang fesyen. Tidak lagi sekadar mengikuti tren pakaian baru, thrifting mendorong masyarakat untuk lebih bijak dalam memilih gaya hidup, memadukan kebutuhan estetika dengan kesadaran lingkungan.