Penelitian menunjukkan bahwa pasangan yang percaya pada gagasan soulmate lebih rentan merasa tidak puas ketika hubungan mereka tidak memenuhi ekspektasi ideal. Sebaliknya, pasangan yang melihat hubungan sebagai sesuatu yang dapat dibangun melalui kerja keras lebih cenderung bertahan dan menemukan kebahagiaan, meskipun menghadapi tantangan.
Konsep soulmate juga sering mengabaikan fakta bahwa manusia berubah seiring waktu. Psikolog menekankan bahwa kompatibilitas bukanlah sesuatu yang statis, melainkan sesuatu yang terus berkembang melalui pengalaman bersama. Alih-alih mencari pasangan sempurna, banyak ahli menyarankan untuk fokus pada kualitas-kualitas seperti komunikasi yang baik, empati, dan kesediaan untuk saling mendukung.
Soulmate dalam Perspektif Filosofis
Dari sudut pandang filosofis, gagasan soulmate dapat ditelusuri kembali ke era Yunani kuno, terutama melalui tulisan-tulisan Plato. Dalam dialog Symposium, Plato menggambarkan sebuah mitos tentang asal-usul manusia yang menarik.Â
Menurutnya, manusia pada awalnya adalah makhluk bulat dengan dua wajah, empat lengan, dan empat kaki. Mereka begitu kuat sehingga para dewa merasa terancam dan memutuskan untuk membelah mereka menjadi dua. Sejak saat itu, manusia terus mencari "setengah" lainnya untuk merasa utuh kembali.
Mitos ini mencerminkan hasrat mendalam manusia untuk menemukan koneksi yang sempurna seseorang yang mampu melengkapi kekosongan dalam diri kita. Namun, dari sudut pandang filosofis, mitos ini lebih berbicara tentang kebutuhan manusia akan hubungan, keintiman, dan rasa kebersamaan daripada sekadar mencari pasangan ideal. Filosofi ini juga mengingatkan bahwa pencarian soulmate sebenarnya adalah refleksi dari perjalanan untuk memahami dan menerima diri sendiri.
Selain itu, filsuf modern seperti Friedrich Nietzsche mengkritik gagasan soulmate sebagai fantasi romantis yang dapat menghambat pertumbuhan individu. Nietzsche percaya bahwa cinta sejati tidak hanya soal menemukan orang yang sempurna, tetapi juga tentang mengatasi konflik, menerima kekurangan, dan mendukung perjalanan satu sama lain menuju keutuhan.
Soulmate dalam Kehidupan Nyata
Banyak orang merasa telah menemukan soulmate mereka, tetapi sering kali konsep ini tidak didasarkan pada takdir, melainkan pada kompatibilitas, pengalaman bersama, dan cinta yang tumbuh dari waktu ke waktu. Hubungan yang tampak seperti "soulmate" sering kali adalah hasil dari usaha kedua belah pihak untuk memahami, menerima, dan mendukung satu sama lain, bukan karena mereka secara ajaib cocok sejak awal.
Dalam hubungan yang sehat, pasangan belajar untuk menghargai perbedaan mereka dan menemukan cara untuk bekerja sama menghadapi tantangan. Kebiasaan, nilai, dan tujuan hidup yang sejalan sering kali lebih penting daripada gagasan abstrak tentang takdir.Â
Misalnya, pasangan yang tumbuh bersama melalui pengalaman sulit, seperti menghadapi kesulitan finansial, kehilangan, atau tantangan hidup lainnya, cenderung memiliki ikatan yang lebih kuat dibandingkan hubungan yang hanya bergantung pada daya tarik awal.