Namun, pandangan bahwa generasi Z sepenuhnya apatis tidak sepenuhnya benar. Generasi ini justru menunjukkan keterlibatan politik yang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka cenderung memilih cara-cara yang lebih modern, fleksibel, dan berorientasi pada isu spesifik yang relevan dengan kehidupan mereka. Media sosial menjadi alat utama mereka untuk menyuarakan pendapat, menggalang dukungan, dan menyebarkan informasi terkait gerakan atau isu tertentu.
Misalnya, penggunaan tagar di Twitter atau Instagram sering kali menjadi bentuk protes digital yang efektif. Dalam beberapa kasus, kampanye yang diinisiasi oleh generasi Z berhasil menarik perhatian publik dan bahkan memengaruhi kebijakan pemerintah.Â
Contoh nyata adalah aksi penolakan terhadap rancangan undang-undang kontroversial yang beberapa tahun terakhir ramai diperbincangkan, di mana suara generasi Z di media sosial berkontribusi besar dalam menciptakan tekanan publik.
Selain itu, generasi Z juga aktif dalam berbagai gerakan sosial, seperti advokasi lingkungan, kesetaraan gender, dan hak asasi manusia. Mereka lebih memilih terlibat dalam isu-isu konkret yang memiliki dampak langsung terhadap masyarakat, daripada bergabung dengan struktur politik formal yang mereka anggap terlalu birokratis dan tidak efektif.Â
Dalam konteks ini, generasi Z menunjukkan bahwa mereka bukan tidak peduli, tetapi lebih selektif dan kritis terhadap cara mereka berkontribusi.
Faktor yang Mempengaruhi Sikap Politik Generasi Z
Ada beberapa faktor yang memengaruhi apakah generasi Z akan bersikap apatis atau aktif dalam politik. Salah satunya adalah pendidikan politik. Generasi Z sering kali tidak mendapatkan pembelajaran yang cukup mendalam tentang pentingnya partisipasi politik di sekolah.Â
Pendidikan formal cenderung fokus pada teori tanpa memberikan wawasan praktis tentang bagaimana mereka dapat berkontribusi dalam proses demokrasi. Kurangnya literasi politik ini membuat sebagian dari mereka merasa tidak percaya diri atau tidak tertarik untuk terlibat.
Akses informasi juga memainkan peran penting. Meski generasi Z hidup di era digital dengan banjir informasi, tidak semua dari mereka mampu memilah mana yang relevan dan kredibel. Derasnya arus berita, termasuk disinformasi dan hoaks, sering kali membuat mereka bingung atau bahkan enggan untuk menggali lebih dalam tentang isu politik. Di sisi lain, mereka yang mampu memanfaatkan informasi dengan baik cenderung lebih aktif dalam menyuarakan opini dan mengambil tindakan.
Selain itu, keteladanan dari para pemimpin juga sangat berpengaruh. Generasi Z cenderung lebih terinspirasi oleh tokoh-tokoh yang dianggap autentik, berintegritas, dan mampu menunjukkan perubahan nyata.Â
Ketika mereka melihat pemimpin yang transparan dan berani mendobrak sistem yang usang, mereka lebih terdorong untuk mendukung atau bahkan bergabung dalam gerakan politik. Sebaliknya, jika mereka melihat praktik politik yang kotor dan penuh kepentingan, rasa apatis mereka semakin meningkat.