Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mampukah Kelas Menengah Bertahan? Ini Rata-rata Penghasilan Mereka

31 Desember 2024   11:06 Diperbarui: 31 Desember 2024   11:01 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penghasil rata-rata kelas menengah (sumber gambar: freepik via Okezone.com)

"Kelas menengah sering disebut sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia."

Mereka berkontribusi besar terhadap pertumbuhan konsumsi domestik, yang merupakan salah satu pilar utama perekonomian negara. Selain itu, kelompok ini juga menjadi penggerak sektor-sektor penting seperti properti, pendidikan, dan pariwisata. Dengan daya beli yang lebih tinggi dibandingkan kelas bawah, mereka dianggap sebagai simbol kemajuan dan stabilitas ekonomi.

Namun, kenyataan menunjukkan bahwa posisi kelas menengah tidak sekuat yang dibayangkan. Meskipun mereka memiliki penghasilan lebih baik, beban finansial yang terus meningkat serta ketidakpastian ekonomi global dan lokal sering kali membuat mereka berada dalam situasi rentan. 

Inflasi, kenaikan biaya hidup, serta kurangnya perlindungan keuangan membuat mereka lebih mudah tergelincir ke jurang kemiskinan dibandingkan naik ke kelas atas.

Berapa Penghasilan Rata-rata Kelas Menengah?

"Menurut klasifikasi Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat penghasilan kelas menengah Indonesia pada tahun 2024 berkisar antara Rp2.040.262 hingga Rp9.909.844 per kapita per bulan. Sementara, rata-rata pengeluaran per kapita kelas menengah Indonesia pada tahun yang sama tercatat sekitar Rp3,35 juta per bulan, meningkat 142 persen dibandingkan dengan angka pada tahun 2019 yang hanya sebesar Rp2,36 juta per bulan." Senin, 30 Desember 3024. (Sumber: ekbis.sindonews.com)

Di kota-kota metropolitan, pengeluaran untuk kebutuhan dasar seperti perumahan, transportasi, pendidikan, dan kesehatan menyerap sebagian besar pendapatan. Sebagai contoh, sewa apartemen sederhana di Jakarta saja dapat mencapai Rp3 juta hingga Rp5 juta per bulan, belum termasuk biaya listrik, air, dan internet. Selain itu, harga bahan makanan yang terus meningkat dan biaya sekolah swasta yang tinggi membuat banyak keluarga kelas menengah kesulitan untuk menabung atau berinvestasi.

Sementara itu, mereka yang tinggal di daerah dengan biaya hidup lebih rendah mungkin merasa lebih leluasa dalam mengelola penghasilan. Namun, tantangan berbeda muncul, seperti terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan berkualitas, pendidikan yang memadai, atau peluang karier yang lebih baik. Akibatnya, meskipun penghasilan mereka secara nominal terlihat cukup, ketidakpastian ekonomi membuat kelas menengah tetap berada dalam kondisi yang rawan.

Mengapa Kelas Menengah Rentan?

Kelas menengah Indonesia berada dalam posisi yang unik, mereka tidak lagi bergantung pada bantuan sosial seperti kelas bawah, tetapi juga belum mencapai kemapanan finansial seperti kelas atas. Posisi ini membuat mereka rentan terhadap berbagai faktor eksternal yang dapat memengaruhi stabilitas keuangan mereka.

Salah satu penyebab utama kerentanan ini adalah tingginya biaya hidup yang terus meningkat. Inflasi menjadi tantangan besar, terutama untuk kebutuhan pokok seperti pangan, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kenaikan biaya ini sering kali tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan yang sepadan, sehingga daya beli kelas menengah terus tergerus.

Di sisi lain, gaya hidup modern yang didorong oleh konsumsi sering kali menempatkan kelas menengah pada risiko finansial. Keinginan untuk memenuhi standar hidup tertentu, seperti memiliki kendaraan, rumah, atau akses pendidikan berkualitas, membuat mereka bergantung pada kredit. Meski kredit mempermudah akses, ketergantungan yang tinggi dapat menjadi beban jika terjadi penurunan pendapatan atau krisis ekonomi.

Kerentanan kelas menengah juga diperburuk oleh minimnya tabungan dan investasi. Sebagian besar penghasilan mereka habis untuk konsumsi rutin, meninggalkan sedikit ruang untuk menyisihkan dana darurat. Ketika menghadapi situasi tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan atau biaya kesehatan yang mendadak, banyak dari mereka kesulitan untuk bertahan tanpa harus mengorbankan aset atau berutang.

Selain itu, kelas menengah sering kali kurang terlindungi dari guncangan ekonomi global atau perubahan kebijakan domestik. Fluktuasi harga bahan bakar, perubahan aturan perpajakan, atau bahkan dampak pandemi dapat mengguncang stabilitas finansial mereka dalam waktu singkat. Dengan ketergantungan yang besar pada pendapatan rutin, mereka tidak memiliki fleksibilitas untuk menghadapi krisis yang berkepanjangan.

Apa yang Harus Dilakukan?

Untuk mengurangi kerentanan kelas menengah, diperlukan langkah strategis baik dari sisi individu maupun pemerintah. Di tingkat individu, literasi keuangan menjadi kunci utama. Kelas menengah perlu memahami pentingnya menyusun anggaran, mengurangi pengeluaran yang tidak penting, dan memprioritaskan tabungan serta investasi. Dengan perencanaan keuangan yang matang, mereka dapat lebih siap menghadapi situasi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau biaya mendadak.

Selain itu, diversifikasi sumber pendapatan juga penting. Mengandalkan satu sumber penghasilan saja dapat meningkatkan risiko finansial jika terjadi krisis. Membangun usaha kecil, mengembangkan keterampilan baru, atau mencari peluang kerja sampingan bisa menjadi cara untuk menciptakan pendapatan tambahan yang berkelanjutan.

Di sisi pemerintah, kebijakan yang mendukung stabilitas kelas menengah sangat dibutuhkan. Program subsidi untuk kebutuhan dasar, seperti pendidikan dan kesehatan, dapat membantu meringankan beban finansial. Pengendalian inflasi, terutama untuk barang-barang pokok, juga menjadi langkah penting untuk menjaga daya beli masyarakat.

Tak kalah penting, pemerintah perlu menyediakan akses yang lebih luas terhadap program pelatihan dan pengembangan keterampilan. Hal ini dapat membantu kelas menengah meningkatkan produktivitas dan daya saing mereka di pasar kerja. Di era digital seperti sekarang, pelatihan berbasis teknologi juga dapat membuka peluang baru bagi mereka untuk mengembangkan bisnis atau menjangkau pasar global.

Selain itu, regulasi yang mendukung perlindungan terhadap pekerja dan pengusaha kecil juga perlu diperkuat. Dengan memberikan insentif pajak atau bantuan modal usaha, pemerintah dapat membantu kelas menengah membangun stabilitas ekonomi jangka panjang.

Kesimpulan

Kelas menengah Indonesia berada di persimpangan antara stabilitas dan kerentanan. Mereka memiliki peran penting dalam mendorong perekonomian negara, tetapi juga menghadapi tekanan besar dari berbagai tantangan finansial. Kenaikan biaya hidup, minimnya tabungan, dan ketergantungan pada kredit membuat posisi mereka tidak sekuat yang terlihat di permukaan.

Untuk menjaga keberlanjutan kelompok ini, diperlukan kesadaran individu untuk mengelola keuangan dengan lebih bijak serta langkah-langkah konkret dari pemerintah untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang mendukung. Kebijakan yang pro-kelas menengah, seperti subsidi, pengendalian inflasi, dan pengembangan keterampilan, dapat membantu mereka bertahan di tengah dinamika ekonomi yang tidak menentu.

Jika kelas menengah mampu mengatasi tantangan yang ada, mereka tidak hanya akan bertahan, tetapi juga dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat. Namun, jika tidak ditangani dengan serius, kerentanan ini dapat membuat mereka tergelincir ke dalam kemiskinan, yang pada akhirnya akan melemahkan fondasi ekonomi Indonesia secara keseluruhan. 

Sebuah sinergi antara individu, masyarakat, dan pemerintah sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa kelas menengah tidak hanya stabil, tetapi juga memiliki peluang untuk berkembang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun