Salah satu penyebab utama kerentanan ini adalah tingginya biaya hidup yang terus meningkat. Inflasi menjadi tantangan besar, terutama untuk kebutuhan pokok seperti pangan, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kenaikan biaya ini sering kali tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan yang sepadan, sehingga daya beli kelas menengah terus tergerus.
Di sisi lain, gaya hidup modern yang didorong oleh konsumsi sering kali menempatkan kelas menengah pada risiko finansial. Keinginan untuk memenuhi standar hidup tertentu, seperti memiliki kendaraan, rumah, atau akses pendidikan berkualitas, membuat mereka bergantung pada kredit. Meski kredit mempermudah akses, ketergantungan yang tinggi dapat menjadi beban jika terjadi penurunan pendapatan atau krisis ekonomi.
Kerentanan kelas menengah juga diperburuk oleh minimnya tabungan dan investasi. Sebagian besar penghasilan mereka habis untuk konsumsi rutin, meninggalkan sedikit ruang untuk menyisihkan dana darurat. Ketika menghadapi situasi tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan atau biaya kesehatan yang mendadak, banyak dari mereka kesulitan untuk bertahan tanpa harus mengorbankan aset atau berutang.
Selain itu, kelas menengah sering kali kurang terlindungi dari guncangan ekonomi global atau perubahan kebijakan domestik. Fluktuasi harga bahan bakar, perubahan aturan perpajakan, atau bahkan dampak pandemi dapat mengguncang stabilitas finansial mereka dalam waktu singkat. Dengan ketergantungan yang besar pada pendapatan rutin, mereka tidak memiliki fleksibilitas untuk menghadapi krisis yang berkepanjangan.
Apa yang Harus Dilakukan?
Untuk mengurangi kerentanan kelas menengah, diperlukan langkah strategis baik dari sisi individu maupun pemerintah. Di tingkat individu, literasi keuangan menjadi kunci utama. Kelas menengah perlu memahami pentingnya menyusun anggaran, mengurangi pengeluaran yang tidak penting, dan memprioritaskan tabungan serta investasi. Dengan perencanaan keuangan yang matang, mereka dapat lebih siap menghadapi situasi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau biaya mendadak.
Selain itu, diversifikasi sumber pendapatan juga penting. Mengandalkan satu sumber penghasilan saja dapat meningkatkan risiko finansial jika terjadi krisis. Membangun usaha kecil, mengembangkan keterampilan baru, atau mencari peluang kerja sampingan bisa menjadi cara untuk menciptakan pendapatan tambahan yang berkelanjutan.
Di sisi pemerintah, kebijakan yang mendukung stabilitas kelas menengah sangat dibutuhkan. Program subsidi untuk kebutuhan dasar, seperti pendidikan dan kesehatan, dapat membantu meringankan beban finansial. Pengendalian inflasi, terutama untuk barang-barang pokok, juga menjadi langkah penting untuk menjaga daya beli masyarakat.
Tak kalah penting, pemerintah perlu menyediakan akses yang lebih luas terhadap program pelatihan dan pengembangan keterampilan. Hal ini dapat membantu kelas menengah meningkatkan produktivitas dan daya saing mereka di pasar kerja. Di era digital seperti sekarang, pelatihan berbasis teknologi juga dapat membuka peluang baru bagi mereka untuk mengembangkan bisnis atau menjangkau pasar global.
Selain itu, regulasi yang mendukung perlindungan terhadap pekerja dan pengusaha kecil juga perlu diperkuat. Dengan memberikan insentif pajak atau bantuan modal usaha, pemerintah dapat membantu kelas menengah membangun stabilitas ekonomi jangka panjang.
Kesimpulan