Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Fenomena Cancel Culture, Melawan Ketidakadilan atau Hanya Drama?

18 Desember 2024   19:34 Diperbarui: 19 Desember 2024   13:33 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bahaya cancel culture terhadap kesehatan mental. (Sumber: iStockphoto/tumsasedgars via kompas.com)

Di sisi lain, cancel culture juga dapat menjadi bumerang. Ketika digunakan tanpa fakta yang jelas atau didorong oleh amarah kolektif, ia dapat menghancurkan kehidupan seseorang tanpa kesempatan untuk memperbaiki kesalahan atau menjelaskan sisi lain dari cerita. 

Fenomena ini berisiko menciptakan budaya takut yang membungkam dialog dan inovasi, menggantikan keadilan dengan hukuman sosial yang sering kali tidak proporsional.

Kunci utamanya adalah keseimbangan. Sebelum ikut serta dalam cancel culture, penting bagi kita untuk memastikan bahwa tindakan ini didasarkan pada informasi yang valid, dipandu oleh prinsip keadilan, dan ditujukan untuk solusi yang membangun. 

Jadi dengan pendekatan yang lebih bertanggung jawab, cancel culture dapat menjadi katalis perubahan positif, bukan sekadar drama yang merugikan. Akhirnya, mari kita jadikan cancel culture sebagai momen refleksi, bukan hanya reaksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun