Misalnya, lagu seperti "Old Town Road" oleh Lil Nas X dan "Made You Look" oleh Meghan Trainor mendapatkan perhatian besar setelah digunakan dalam jutaan video TikTok.
Di dunia mode, TikTok menjadi ruang eksplorasi yang mempopulerkan gaya seperti thrift fashion, cottagecore, dan tren Y2K, menghidupkan kembali elemen mode awal 2000-an. Pengguna dari berbagai latar belakang berbagi ide tentang gaya berpakaian, yang kemudian menciptakan gelombang besar di industri mode global, bahkan memengaruhi desainer terkenal.
Dalam hal makanan, TikTok memperkenalkan ide-ide kuliner kreatif seperti dalgona coffee, feta pasta, hingga berbagai resep masakan tradisional dari berbagai negara yang menjadi viral. Tren ini tidak hanya mendorong kreativitas di dapur tetapi juga memperkenalkan budaya kuliner dari satu wilayah ke wilayah lain.
Algoritma dan Demokratisasi Budaya Pop
Salah satu kekuatan utama TikTok terletak pada algoritma “For You Page” (FYP), yang memungkinkan siapa saja, terlepas dari jumlah pengikut, untuk mencapai audiens luas. Algoritma ini menganalisis preferensi pengguna berdasarkan aktivitas mereka seperti video yang disukai, komentar yang ditinggalkan, hingga waktu yang dihabiskan menonton video tertentu.
Dengan demikian, konten yang relevan dan menarik dapat langsung muncul di FYP pengguna, menciptakan peluang besar bagi kreator baru untuk viral dan mendapatkan perhatian global.
Keunikan ini membuat TikTok menjadi platform yang lebih demokratis dibandingkan media sosial lainnya, di mana popularitas tidak semata-mata bergantung pada jumlah pengikut atau status selebritas.
Bahkan kreator kecil dengan ide orisinal dapat menjadi bintang dalam semalam jika kontennya mampu menarik perhatian. Contohnya, banyak kreator yang memulai tanpa basis penggemar tetapi berhasil menciptakan tren besar yang memengaruhi budaya pop.
Namun, pendekatan algoritma ini juga menimbulkan tantangan. Konten yang viral cenderung didominasi oleh tema yang mudah diakses atau sensasional, sehingga terkadang mengorbankan kedalaman atau nilai edukasi. Selain itu, algoritma yang sangat personal juga dapat menciptakan echo chamber, di mana pengguna hanya melihat konten yang sejalan dengan preferensi mereka, membatasi eksposur terhadap perspektif yang berbeda.
Tantangan dan Kritik
Namun, pengaruh TikTok terhadap budaya pop juga menghadirkan tantangan. Salah satu isu utama adalah risiko homogenisasi budaya, di mana elemen-elemen unik dari budaya tertentu kehilangan maknanya karena disederhanakan untuk kebutuhan tren global. Misalnya, tarian tradisional atau musik etnik yang viral sering kali diadopsi tanpa memahami konteks budaya aslinya, yang dapat dianggap sebagai bentuk apropriasi budaya.