"Vasektomi adalah salah satu jenis kontrasepsi pria yang jarang dilirik oleh masyarakat Indonesia."
Padahal, vasektomi merupakan salah satu alternatif kontrasepsi yang efektif dan aman yang dapat dipertimbangkan oleh pasangan yang sudah merencanakan keluarga. Dalam prosedurnya, vasektomi melibatkan operasi kecil yang bertujuan untuk mencegah keluarnya sperma dari tubuh pria sehingga meminimalisir kemungkinan kehamilan pada pasangan yang tidak berencana untuk memiliki anak.
Meskipun memiliki berbagai keuntungan, mengapa vasektomi masih jarang dilirik di Indonesia? Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya antara lain:
1. Mitos yang salahÂ
Mitos bahwa vasektomi dapat menyebabkan impotensi atau bahkan mengurangi kejantanan pria masih menjadi salah satu faktor utama mengapa metode kontrasepsi ini belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Padahal, penggunaan vasektomi tidak memengaruhi kinerja seksual pria dalam mempertahankan kekuatan ereksi dan performa seksualnya.
Selain mitos, minimnya pengetahuan dan informasi mengenai vasektomi juga menjadi alasan mengapa jarang dilirik. Banyak pasangan tidak mengetahui bagaimana prosedur vasektomi dilakukan, berapa lama proses pemulihan setelah operasi, atau apakah metode ini dapat diubah kembali.Â
Oleh karena itu, penting bagi pasangan untuk mencari informasi mengenai vasektomi dari sumber yang terpercaya dan berkonsultasi dengan tenaga medis sebelum memutuskan untuk mengambil langkah ini sebagai opsi kontrasepsi yang dipilih.
Stigma sosial yang masih kuat terhadap kontrasepsi pria di Indonesia juga membuat vasektomi jarang dilirik. Banyak yang beranggapan bahwa tanggung jawab kontrasepsi harus ditanggung oleh wanita, sehingga opsi untuk melakukan vasektomi masih dianggap sebagai tindakan yang kurang 'maskulin' bagi pria.
Kurangnya tenaga medis yang terlatih menjadi tantangan tersendiri dalam penyebaran informasi dan pelayanan kontrasepsi termasuk vasektomi. Saat ini, masih banyak dokter dan rumah sakit yang belum menangani operasi vasektomi. Maka dari itu, diperlukan dukungan pemerintah dan lembaga kesehatan untuk meningkatkan pelatihan dan kesadaran di kalangan tenaga medis mengenai metode kontrasepsi ini.
2. Kurangnya pengetahuanÂ
Padahal, vasektomi memberikan banyak keuntungan sebagai metode kontrasepsi untuk pasangan yang ingin bertanggung jawab dalam merencanakan keluarga. Salah satu keuntungan dari vasektomi adalah tingkat keberhasilannya yang tinggi. Kontrasepsi ini diyakini 99,85% efektif dalam mencegah kehamilan dan dapat bertahan selamanya.
Selain itu, vasektomi juga termasuk metode kontrasepsi yang aman dan mudah dilakukan. Prosedurnya hanya memakan waktu sekitar 15-20 menit, dilakukan dengan teknik operasi minim-invasif yang tidak memerlukan rawat inap dan pasien dapat kembali ke aktivitas normal dalam waktu 1-2 hari setelah operasi. Selain itu, karena vasektomi hanya menghilangkan kemampuan sperma untuk bergerak ke luar tubuh, pria yang melakukan vasektomi masih dapat melakukan hubungan seksual seperti biasa.
Seperti halnya metode kontrasepsi lainnya, vasektomi juga dapat dikembalikan dengan prosedur yang disebut vasektomi reversal apabila pasangan ingin memiliki anak lagi di masa depan. Proses ini dilakukan dengan mengembalikan saluran kemih yang telah diikat kembali agar sperma dapat keluar lagi.
3. Stigma sosialÂ
Stigma sosial yang masih kuat terhadap kontrasepsi pria di Indonesia memang menjadi salah satu alasan mengapa vasektomi jarang dilirik. Beberapa kalangan masyarakat masih menganggap bahwa tanggung jawab kontrasepsi harus ditanggung oleh wanita. Disamping itu, banyak juga yang masih beranggapan bahwa melakukan vasektomi merusak citra maskulinitas seorang pria.
Stereotip dan tekanan sosial seperti inilah yang membuat sebagian besar pasangan enggan mempertimbangkan vasektomi sebagai opsi kontrasepsi. Hal ini tentu saja harus segera diubah, dengan lebih meningkatkan pemahaman dan informasi mengenai metode kontrasepsi ini.
Salah satu cara untuk mengurangi stigma sosial yang ada adalah dengan sosialisasi yang efektif mengenai vasektomi, mulai dari pembuatan kampanye hingga kegiatan pendidikan. Pemerintah dan tenaga medis dapat berperan aktif dalam membuka kesempatan bagi pasangan untuk bertanya, berkonsultasi, dan memperoleh informasi yang akurat dan dapat dipercaya terkait metode vasektomi.
Selain itu, peran penting juga dimainkan oleh media massa dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terkait metode kontrasepsi ini. Dalam menyampaikan informasi, media massa diharapkan mampu memenangkan kepercayaan masyarakat tentang vasektomi, sehingga stigma dan persepsi yang keliru mampu dihilangkan.
4. Belum banyak tenaga medis yang terlatihÂ
Meskipun vasektomi merupakan prosedur yang relatif sederhana, namun membutuhkan keahlian khusus dalam pelaksanaannya. Praktisi medis yang terlatih di bidang kontrasepsi pria harus memiliki keterampilan dan pengetahuan yang komprehensif tentang teknik, risiko dan manfaat dari vasektomi.
Namun, di Indonesia, masih terdapat banyak rumah sakit dan pusat kesehatan yang belum menawarkan layanan vasektomi atau mempekerjakan praktisi yang terlatih dalam melaksanakan prosedur tersebut. Hal ini tentu menjadi hambatan bagi pasangan yang ingin mencari opsi kontrasepsi yang tepat.
Dalam meningkatkan akses terhadap vasektomi, dibutuhkan dukungan dari pemerintah dalam meningkatkan jumlah tenaga medis yang terlatih dalam melaksanakan vasektomi. Ini juga perlu didukung dengan menambah fasilitas kesehatan yang mampu menangani pelayanan vasektomi, sehingga pasangan dapat menemukan dokter yang dapat melayani kebutuhan mereka.
Salah satu cara untuk mengatasi kurangnya tenaga medis yang terlatih di bidang kontrasepsi pria adalah melalui pelatihan atau program khusus bagi praktisi medis di seluruh Indonesia. Dengan meningkatkan jumlah tenaga medis yang terlatih, maka akan lebih mudah untuk memperluas layanan dan menghilangkan stigma negatif yang masih melekat pada prosedur vasektomi.
Kesimpulanya, vasektomi memiliki banyak kelebihan sebagai metode kontrasepsi. Dalam hal efektivitas, vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi pria yang paling efektif dengan tingkat kegagalan yang sangat rendah.
Vasektomi juga merupakan opsi kontrasepsi yang relatif mudah dan aman dilakukan. Prosesnya tidak memerlukan waktu yang lama dan pasien dapat kembali beraktivitas normal dalam waktu yang singkat. Selain itu, vasektomi juga merupakan salah satu metode kontrasepsi yang permanen, sehingga pasangan tidak perlu khawatir untuk melakukan prosedur kontrasepsi secara berkala.
Meskipun ada beberapa faktor yang membuat vasektomi jarang dilirik di Indonesia, seperti mitos yang masih melekat, minimnya pengetahuan mengenai vasektomi, stigma sosial, dan minimnya tenaga medis yang terlatih, namun hal ini dapat diatasi melalui pendidikan dan upaya sosialisasi dari pemerintah dan media massa.
Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai vasektomi, pemerintah perlu memberikan dukungan dan fasilitas bagi pasangan yang ingin memilih vasektomi sebagai opsi kontrasepsi. Selain itu, pemerintah juga perlu memperbanyak pelatihan bagi tenaga medis di seluruh Indonesia untuk meningkatkan keahlian dalam melaksanakan vasektomi.
Dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai vasektomi serta memperbanyak fasilitas dan tenaga medis yang terlatih, diharapkan vasektomi akan menjadi salah satu opsi kontrasepsi pria yang dapat mudah diakses dan dipertimbangkan oleh pasangan di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H