Padahal, vasektomi memberikan banyak keuntungan sebagai metode kontrasepsi untuk pasangan yang ingin bertanggung jawab dalam merencanakan keluarga. Salah satu keuntungan dari vasektomi adalah tingkat keberhasilannya yang tinggi. Kontrasepsi ini diyakini 99,85% efektif dalam mencegah kehamilan dan dapat bertahan selamanya.
Selain itu, vasektomi juga termasuk metode kontrasepsi yang aman dan mudah dilakukan. Prosedurnya hanya memakan waktu sekitar 15-20 menit, dilakukan dengan teknik operasi minim-invasif yang tidak memerlukan rawat inap dan pasien dapat kembali ke aktivitas normal dalam waktu 1-2 hari setelah operasi. Selain itu, karena vasektomi hanya menghilangkan kemampuan sperma untuk bergerak ke luar tubuh, pria yang melakukan vasektomi masih dapat melakukan hubungan seksual seperti biasa.
Seperti halnya metode kontrasepsi lainnya, vasektomi juga dapat dikembalikan dengan prosedur yang disebut vasektomi reversal apabila pasangan ingin memiliki anak lagi di masa depan. Proses ini dilakukan dengan mengembalikan saluran kemih yang telah diikat kembali agar sperma dapat keluar lagi.
3. Stigma sosialÂ
Stigma sosial yang masih kuat terhadap kontrasepsi pria di Indonesia memang menjadi salah satu alasan mengapa vasektomi jarang dilirik. Beberapa kalangan masyarakat masih menganggap bahwa tanggung jawab kontrasepsi harus ditanggung oleh wanita. Disamping itu, banyak juga yang masih beranggapan bahwa melakukan vasektomi merusak citra maskulinitas seorang pria.
Stereotip dan tekanan sosial seperti inilah yang membuat sebagian besar pasangan enggan mempertimbangkan vasektomi sebagai opsi kontrasepsi. Hal ini tentu saja harus segera diubah, dengan lebih meningkatkan pemahaman dan informasi mengenai metode kontrasepsi ini.
Salah satu cara untuk mengurangi stigma sosial yang ada adalah dengan sosialisasi yang efektif mengenai vasektomi, mulai dari pembuatan kampanye hingga kegiatan pendidikan. Pemerintah dan tenaga medis dapat berperan aktif dalam membuka kesempatan bagi pasangan untuk bertanya, berkonsultasi, dan memperoleh informasi yang akurat dan dapat dipercaya terkait metode vasektomi.
Selain itu, peran penting juga dimainkan oleh media massa dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terkait metode kontrasepsi ini. Dalam menyampaikan informasi, media massa diharapkan mampu memenangkan kepercayaan masyarakat tentang vasektomi, sehingga stigma dan persepsi yang keliru mampu dihilangkan.
4. Belum banyak tenaga medis yang terlatihÂ
Meskipun vasektomi merupakan prosedur yang relatif sederhana, namun membutuhkan keahlian khusus dalam pelaksanaannya. Praktisi medis yang terlatih di bidang kontrasepsi pria harus memiliki keterampilan dan pengetahuan yang komprehensif tentang teknik, risiko dan manfaat dari vasektomi.
Namun, di Indonesia, masih terdapat banyak rumah sakit dan pusat kesehatan yang belum menawarkan layanan vasektomi atau mempekerjakan praktisi yang terlatih dalam melaksanakan prosedur tersebut. Hal ini tentu menjadi hambatan bagi pasangan yang ingin mencari opsi kontrasepsi yang tepat.